BAB II DESKRIPSI LOKASI
A. Lingkungan Geografis
Kraton Surakarta yang beribukota di Sala merupakan penerus Kerajaan Mataram yang didirikan oleh Susuhunan Paku Buwono II PB II. Kraton Surakarta
didirikan pada tahun 1746. Kraton Surakarta ini dapat disebut sebagai pengganti Keraton Kartasura yang telah hancur sebagai akibat dari peristiwa Geger Pacinan,
yaitu pemberontakan bersenjata yang dilancarkan oleh orang-orang Cina sebagai perwujudan protes pada VOC yang telah membantai kaumnya di Batavia.
Setelah pindah dari Kartasura ke desa Sala, nama Sala-pun diubah menjadi Surakarta Hadiningrat. Seorang ahli filologi Belanda yang bernama J.Brandes dalam
artikelnya yang berjudul “Yogyakarta” 1894 mengatakan bahwa ternyata nama Surakarta merupakan nama varian atau nama alias dari Jakarta yang pada masa lalu
juga disebut Jayakarta. Surakarta berasal dari gabungan kata Sura yang berarti berani dan kata Karta yang berarti sejahtera. Nama Surakarta yang dipakai sebagai nama
kraton yang baru tersebut dimaksudkan sebagai retisi atau imbangan dari nama Jayakarta. Nama ini digunakan sebab PB II mempunyai keinginan agar Surakarta
nantinya bisa setara dengan Jayakarta yang dapat berkembang dengan pesat. Dept. PK, 1999:8
Nama Sala juga tidak lagi digunakan oleh PB II. Karena konon, menurut kepercayaan rakyat, kata Sala berasala dari kata desa dan ala. Kedua kata tersebut
berarti menunjukkan keadaan yang tidak baik dan tentu saja juga menunjukkan ketidakberuntungan.
Selain itu nama Surakarta nampaknya juga tidak berbeda dengan nama Salakarta yang disebut-sebut dalam Serat Salasilah Para leluhur ing Kadanurejan
Yogya dan Babad Mataram Salakarta. Dari kedua sumber tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa nama asli kraton dan kediaman PB II yang baru memang
Salakarta, dan baru pada masa PB III nama kraton berganti menjadi Surakarta. Luas ibukota Kerajaan Surakarta kota Sala adalah 24 km persegi. Dengan
rincian 6 km membentang dari arah barat ke timur, dan 4 km dari arah utara ke selatan. Kota ini berada di dataran rendah di tepi sebelah barat sungai Bengawan
Solo. Luas wilayah Kraton Surakarta sekarang eks Karesidenan Surakarta
seluruhnya adalah 6.215 km persegi. Separuh dari daerah itu adalah milik Kasunanan, sedang separuhnya adalah milik Mangkunegaran. Penduduk Surakarta dapat
dikatakan homogen, artinya masing-masing etnik terkumpul dan menempati daerah- daerah tertentu secara terpisah dengan etnik yang lain. Beberapa etnik yang mendiami
di seputar wilayah ibukota kerajaan, yaitu Jawa yang paling dominan, kemudian terdapat juga etnis Cina, Arab, dan orang-orang Eropa. Dept. PK, 1999:9
Di pusat ibukota terdapat bangunan inti kerajaan yang berupa kraton yang terdiri dari kompleks bangunan yang dikelilingi tembok, tempat kediaman raja dan
istri-istrinya. Daerah inti tersebut dikelilingi oleh sepasang bangunan tembok yang tinggi. Di luar bangunan inti juga terdapat kompleks lain yang lebih luas. Di tempat
inilah terdapat tempat tinggal para pegawai, pejabat, anggota istana, para pekerja dan tukang yang mempunyai kaitan langsung dengan pekerjaan yang ada di dalam istana.
Di sebelah utara dan selatan dari kompleks tersebut terdapat dua lapangan yang luas, yang dinamakan alun-alun. Pada masing-masing alun-alun terdapat dua
pohon beringin besar yang merupakan simbol kekuasaan raja. Alun-alun utara berfungsi sebagai keraton Kraton, tempat berlangsungnya upacara-upacara yang
besar. Di sebelah selatan alun-alun utara terdapat pagelaran, sebuah pendhopo besar tempat menerima dan menunggu tamu. Lebih ke selatan lagi terdapat sitinggil, yaitu
pendhopo luar yang berfungsi sebagai tempat audiensi raja kepada rakyatnya saat berlangsung peristiwa besar atau upacara adat di kraton.
B. Lingkungan Fisik Kraton Surakarta