1. Wirengan, terletak di sebelah barat daya keraton. Tempat tinggal para abdi dalem yang mengurusi masalah tarian, wayang orang, dan hiburan yang lainnya.
2. Lumbung, terletak di sebelah timur keraton sebagai tempat menyimpan bahan makanan milik keraton.
3. Carangan, terletak di sebelah utara lumbung. Merupakan tempat tinggal para abdi dalem prajurit carangan yang terdiri dari beberapa pasukan.
4. Tamtaman, terletak di sebelah utara carangan. Merupakan tempat tinggal para abdi dalem tamtama, yaitu prajurit pengawal raja.
5. Ksatriyan, terletak di sebelah barat laut tamtaman. Merupakan tempat sentana dalem yang menjadi abdi dalem prajurit. Sekaligus tempat berkumpulnya
para putera sentana dalem dan abdi dalem untuk melakukan kegiatan tertentu. 6. Sasanamulya, terletak di sebelah barat pintu gerbang utara. Merupakan
tempat berkumpulnya para putera raja beserta bawahannya untuk mengadakan upacara bersama raja.
7. Gambuhan, terletak di sebelah barat laut keraton. Tempat tinggal abdi dalem niyaga keraton dan ahli gendhing.
3. Lingkaran 3 : Paseban
Paseban merupakan lingkaran ketiga. Letaknya di sebelah utara pelataran kamandhungan. Ada dua tempat paseban, yaitu sasana sumewa atau tatag rambat
yang menghadap ke utara dan sitihinggil yang terletak menyatu di belakang sasana sumewa. Sasana sumewa atau yang juga disebut pagelaran merupakan tempat patih,
abdi dalem bupati, dan abdi dalem yang lain menghadap raja. Mempunyai tiang pilar
berjumlah 48 buah sebagai peringatan bahwa ketika dibangun bertepatan dengan usia PB X yang ke 48 tahun.
Di depan sasana sumewa diletakkan 3 buah meriam. Meriam-meriam tersebut berjajar dari timur ke barat, masing-masing bernama Kyai Pancawarna, Kyai Brasta,
Kyai Segara Wana. Selanjutnya adalah sitihinggil. Nama sitihinggil diambil dari kata siti yang
berarti tanah dan inggil yang artinya tinggi. Sitihinggil merupakan tempat yang tinggi dan keramat. Nama lengkapnya adalah sitihinggil binata warata, dibangun pada tahun
1701 Jawa atau 1774 M oleh PB III. Sitihinggil terletak di sebelah selatan dan menyatu dengan pagelaran, tetapi sitihinggil letaknya lebih tinggi dari pagelaran.
Antara pagelaran dengan sitihinggil dihubungkan dengan tangga berjumlah delapan buah dan dua buah pintu. Yaitu kori wijil I dan kori wijil II. Di tengah-tengah
antara pagelaran dan sitihinggil terdapat sebuah tempat bernama sela pemecat yang konon menurut cerita digunakan unutk memenggal kepala bagi orang yang mendapat
hukuman mati. Hingga saat ini tempat tersebut masih dianggap keramat.
4. Lingkaran 4 : Alun-alun
Alun-alun lapangan merupakan lingkaran ke-empat. Terdapat dua buah alun-alun, yaitu alun-alun lor utara dan alun-alun kidul selatan.
Alun-alun lor merupakan halaman depan kraton, berbentuk segi empat, berukuran 300 meter di setiap sisinya. Di tempat masuk alun-alun lor sebelah utara
terdapat dua patung raksasa, Cingkrabala dan Balaupata, yang juga dikenal sebagai penjaga pintu masuk khayangan. Di tengah alun-alun terdapat dua pohon beringin,
yaitu Jayandaru dan Dewandaru. Keduanya diapit oleh dua pasang pohon beringin yang lebih kecil yakni sepasang di depan pagelaran dan sepasang lainnya di sebelah
utara alun-alun di dekat kori pamurakan, dikenal dengan nama ringin wak dan ringin jenggot.
Di seputar alun-alun lor yakni di sebelah utara, timur dan barat terdapat deretan bangunan yang disebut dengan kapalan. Berfungsi sebagai tempat istirahat
bagi para abdi dalem setelah melakukan latihan perang-perangan gladhen watangan. Setelah tradisi tersebut tidak ada, yakni sejak PB XI, maka kapalan digunakan
sebagai tempat istirahat para abdi dalem yang akan menghadap raja ke istana. Oleh karena itu nama kapalan kemudian disebut paseban.
Sebagai pasangan dari alun-alun lor adalah alun-alun kidul, yang berperan sebagai alun-alun pengkeran belakang, terletak dalam lingkup tembok kraton. Alun-
alun kidul ini keadaannya lebih sederhana daripada alun-alun lor. Hal ini dapat dilihat dengan adanya bangunan sitihinggil yang tidak dilengkapi dengan pagelaran.
Sepasang pohon beringin yang berada di tengah alun-alun pun tidak diberi nama dan tidak diapit oleh dua pohon beringin yang lainnya. Adapun pintu terluar sebagai pintu
masuk dari arah selatan hanya terdiri dari satu kori saja, yaitu kori gading. Sedangkan pintu masuk dari arah utara di alun-alun lor terdapat dua buah kori yaitu kori gladag
dan kori pamurakan.
C. Kontroversi Penetapan Pengganti Raja 1. Munculnya Kontroversi Penetapan Calon Raja