Kedua dalam bab ini penulis akan membahas eksistensi Komisi Yudisal yang berkaitan dengan Sejarah Komisi Yudisial dan Komisi Yudisial
sebagai Lembaga Negara Bantu State Auxiliary Organs, Teori Pemisahan
Kekuasaan. Ketiga dalam bab ini penulis berusaha menguraikan tentang
Mengusulkan Pengangkatan Hakim Agung Kepada Dewan Perwakilan Rakyat, Menegakkan Kehormatan, Keluhuran Martabat dan Menjaga
Perilaku Hakim, Serta Tugas dan Kewenangan Komisi Yudisial. Keempat dalam bab ini memuat analisis yang bertujuan untuk
menjelaskan Apa yang menjadi Pertimbangan Hukum Pada Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 43PUU-XIII2015 dalam judicial review
Undang Undang Nomor 18 tahun 2011 terkait dengan seleksi pengangkatan Hakim Agung, Faktor Apa yang memengaruhi terhadap putusan Mahkamah
Konstitusi Nomor 43PUU-XIII2015 Kelima dalam bab ini merupakan penutup kajian ini, dalam bab
ini penulis akan menyimpulkan berkaitan dengan pembahasan yang penulis lakukan sekaligus menjawab rumusan masalah yang penulis gunakan dalam
bab. Uraian terakhir adalah saran yang dapat dilakukan untuk kegiatan lebih lanjut berkaitan dengan apa yang telah penulis kaji.
20
BAB II EKSISTENSI KOMISI YUDISIAL DALAM SISTEM
KETATANEGARAAN INDONESIA
A. Sejarah Lahirnya Komisi Yudisial
Undang Undang Dasar 1945 dalam perubahan ketiga yang disahkan pada tanggal 10 November 2001 menegaskan bahwa Indonesia adalah negara hukum.
1
Sejalan dengan ketentuan tersebut, maka salah satu prinsip penting negara hukum adalah adanya
jaminan penyelenggaraa kekuasaan kehakiman yang merdeka, bebas dari campur tangan kekuasaan lain untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan ketertiban,
keadilan, kebenaran, dan kepastian hukum yang mampu memberikan pengayoman kepada masyarakat.
2
Perubahan Undang Undang Dasar 1945 yang menyangkut kelembagaan kekuasaan kehakiman sebagaimana di atas, telah mengintroduksi suatu lembaga baru
yang kewenangannya berkaitan dengan penyelenggaraan kekuasaan kehakiman yaitu Komisi Yudisial. Kehadiran Komisi Yudisial sebagai lembaga negara baru dalam sistem
ketatanegaraan Republik Indonesia berdasarkan pada kesepakatan bahwa perlu ada suatu lembaga khusus untuk menjalankan fungsi fungsi tertentu yang berhubungan dengan
kekuasaan kehakiman.
3
Keberadaan Komisi Yudisial sebagai lembaga negara dijamin kemandiriannya dalam UUD 1945 yaitu dalam hal mengusulkan pengangkatan hakim
1
Undang-Undang Dasar 1945 Perubahan III, Bab I Tentang Bentuk dan Kedaulatan, Pasal 1 ayat 3
2
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman, Bab I Ketentuan Umum, Pasal 1 menyebutkan: “Kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan negara yang merdeka untuk menyelenggarakan
peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila, demi terselenggaranya Negara Hukum Republik Indonesia.”
3
Mahkamah Agung Republik Indonesia, Naskah Akademis Rancangan Undang-Undang Tentang Komisi Yudisal, 2003, h. 12
agung sekaligus berwenang untuk menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat serta perilaku hakim.
4
Berdasarkan perubahan tersebut, ditegaskan bahwa kekuasaan kehakiman dilaksanakan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan lain yang berada
di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan Peradilan Agama, lingkungan Peradilan Militer, lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara dan oleh sebuah
Mahkamah Konstitusi.
5
Kekuasaan kehakiman bukanlah suatu lembaga yang dapat menuntaskan segala persoalan yang menyangkut kekuasaan kehakiman. Beberapa aspek seperti
pengangkatan, promosi, mutasi, pemberhentian, dan tindakan atau hukuman terhadap hakim merupakan persoalan di dalam kekuasaan kehakiman yang apabila tidak terkelola
dengan baik akan berpengaruh besar terhadap kinerja kekuasaan kehakiman secara keseluruhan.
6
Persoalan menjadi semakin rumit ketika menyangkut perekrutan Hakim Agung. Hal ini dikarenakan Hakim Agung adalah jabatan yang sangat strategis
sehingga selalu mengundang intervensi pemegang kekuasaan politik DPR dan Presiden dalam rangka menempatkan orang orangnya untuk dapat memperjuangkan
kepentingan kepentingannya di kemudian hari.
4
Di dalam Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman Paragraf 6 menyebutkan
“Komisi Yudisal bersifat mandiri yang berwenang mengusulkan pengangkatan Hakim agung dan mempunyai wewenang lain dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat serta perilaku hakim.”
5
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman, Bab I Ketentuan Umum. Pasal 2 menyebutkan bahwa “Penyelenggaraan kekuasaan kehakiman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1
dalam undang-undang ini adalah dilakukan oleh sebuah Mahkama Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan Peradilan Umum, lingkungan Peradilan Agama, lingkungan Peradilan Militer,
lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara, dan oleh sebuah Ma hkamah Konstitusi”.
6
Ahsin Thohari, “Komisi Yudisal Reformasi Peradilan”, Jakarta: Elsam, 2004, h.157