Duduk Perkara Sumber Bahan Hukum

“Ketentuan lebih lanjut mengenai proses seleksi diatur oleh Mahkamah Agung dan Komisi Yudisial ” dan Pasal 14A ayat 2, ayat 3 undang nomor 51 tahun 2009 ketentuan ayat 2 berbunyi “Proses pengangkatan Hakim Pengadilan Tata Usaha Negara dilakukan bersama oleh Mahkamah A gung dan Komisi Yudisial” dan ayat 3 berbunyi “ Ketentuan lebih lanjut mengenai proses seleksi yang diatur bersama oleh Mahkamah Agung dan Komisi Yudisial” . Bahwa dengan ketentuan ketentuan tersebut diatas 3 telah mengurangi hak konstitusional para pemohon khususnya dalam mengusulkan promosimutasi hakim yang baik dan berprestasi, Menjaga dan mempertahankan prinsip peradilan yang bebas dan mandiri, Membina dan meningkatkan kemampuan hakim untuk dapat menjalankan tugas dan kewajiban memeriksa, mengadili dan memutus perkara secara baik, serta menjaga kemerdekaan dan independensi peradilan untuk kepentingan seluruh warga negara pencari keadilan Justitiabelen.

B. Pertimbangan Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi

1. Kewenangan Mahkamah

Kehadiran Komisi Yudisial di Indonesia didasari pemikiran bahwa hakim agung yang duduk di Mahkamah Agung dan para Hakim merupakan figur-figur yang sangat menentukan dalam perjuangan menegakkan hukum dan keadilan. Apalagi Hakim Agung duduk pada tingkat peradilan tertinggi dalam susunan peradilan. Sebagai negara hukum, masalah keluhuran martabat, serta perilaku seluruh Hakim merupakan hal yang sangat strategis untuk mendukung upaya menegakkan peradilan yang handal dan realisasi paham Indonesia adalah negara hukum. 3 Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 43PUU-XIII2015, h.10 Melalui Komisi Yudisial ini, diharapkan dapat diwujudkan lembaga peradilan yang sesuai dengan harapan rakyat sekaligus dapat diwujudkan penegakan hukum dan pencapaian keadilan melalui putusan Hakim yang terjaga kehormatan dan keluhuran martabat serta perilakunya. 4 Berdasarkan Pasal 24B ayat 1 UUD 1945 menyebutkan Komisi Yudisial dibentuk dengan kewenangan: 1. Mengusulkan pengangkatan Hakim Agung. 2. Menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim. Untuk mengemban dua amanat tersebut, Komisi Yudisial harus bersifat mandiri atau independen dari pengaruh pengaruh di luarnya khususnya kekuasaan kehakiman. Dua hal yang patut diperhatikan adalah kedudukan Komisi Yudisial dalam struktur ketatanegaraan Indonesia. 5 Kalau melihat rumusan Pasal 24 B Perubahan Ketiga UUD 1945 Komisi Yudisial termasuk ke dalam lembaga negara non pemerintah setingkat Presiden dan bukan lembaga negara tambahan state auxiliary agency, karena dua alasan sebagai berikut : 1. Berbeda dengan komisi-komisi yang lain, kewenangan Komisi Yudisial diberikan langsung oleh UUD 1945, yaitu Pasal 24 B 2. Berbeda dengan komisi komisi yang lain, Komisi Yudisial merupakan Bagian dari kekuasaan kehakiman, bukan dari kekuasaan eksekutif, karena pengaturannya ada dalam Bab IX Kekuasaan Kehakiman yang terdapat dalam UUD 1945. 3. Tidak dapat dipungkiri Komisi Yudisial merupakan salah satu bagian dari paket reformasi peradilan mengingat berbagai sorotan buruk terhadap kinerja 4 Majelis Permusyawaratan Rakyat RI, “Panduan dalam Memasyarakatkan UUD Negara RI Tahun 1945”, Jakarta: Sekretariat Jenderal MPR Rl, 2003, h. 195 5 A. Ahsin Thohari .“ Komisi Yudisyal di Indonesia dan Relevansinya dengan Kekuasaan Kehakiman yang Merdeka”,Jakarta: Jurnal Keadilan Vol 3 No.6, Center for Law and justice studies, 2004, h. 37