3. Pengaruh Penggunaan POP terhadap Bobot Gabah Panen

tanamannya relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan perlakuan N,P,K + POP Lampiran 6.

4. 3. Pengaruh Penggunaan POP terhadap Bobot Gabah Panen

Tabel 5 menunjukkan hasil bobot gabah dari setiap perlakuan dalam ton per hektar tonha. Bobot gabah kering panen GKP dan bobot gabah kering giling GKG perlakuan POP dan perlakuan yang menggunakan 13 N,P,K dan 23 N,P,K, nyata lebih rendah dibandingkan perlakuan pupuk N,P,K standar. Penambahan POP pada perlakuan yang menggunakan 13 N,P,K 13 N,P,K + ½ POP, 13 N,P,K + ¾ POP, dan 13 N,P,K + 54 POP tidak berpengaruh nyata terhadap peningkatan bobot GKP dan GKG. Sama halnya dengan perlakuan yang menggunakan 23 N,P,K yang ditambahkan 1 POP dan ½ POP, tidak berpengaruh nyata meningkatkan bobot GKP dan GKG tanaman padi, dan nyata lebih rendah dibanding bobot GKP dan GKG N,P,K standar. Bobot GKP dan GKG perlakuan POP tidak berbeda nyata dengan perlakuan kontrol, dan nyata lebih rendah dibanding perlakuan N,P,K standar Lampiran 14. Tabel 5. Pengaruh Penggunaan Pupuk Organik POP dan Pupuk Anorganik terhadap Bobot Gabah Panen. Perlakuan tonha Bernas Hampa tonha hasil GKP GKG BKGB BKGH Kontrol 3.38 a 3.05 a 93.77 6.23 2.85 a 0.19 a 100.00 a N,P,K Standar 6.66 e 6.20 e 91.36 8.64 5.66 d 0.54 e 203.53 e POP 3.55 a 3.35 a 94.82 5.18 3.18 a 0.17 a 109.86 a 13 N,P,K + POP 5.32 c 4.95 c 92.48 7.52 4.58 c 0.37 bcd 162.56 c 23 N,P,K + POP 5.96 d 5.39 d 91.37 8.63 4.93 c 0.46 de 177.02 d N,P,K + POP 6.39 de 6.03 e 91.40 8.60 5.52 d 0.52 e 197.97 e 13 N,P,K + ½ POP 4.53 b 4.11 b 92.91 7.09 3.82 b 0.29 ab 134.83 b 13 N,P,K + ¾ POP 4.68 b 4.14 b 92.61 7.39 3.84 b 0.31 abc 135.98 b 13 N,P,K + 54 POP 4.68 b 4.08 b 92.72 7.28 4.09 b 0.29 ab 133.88 b 23 N,P,K + ½ POP 5.97 d 5.43 d 91.78 8.22 4.95 c 0.45 cde 177.10 d Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf α 0.05 berdasarkan uji Duncan. GKG : Gabah Kering Giling BKGB : Bobot Kering Gabah Bernas BKGH : Bobot Kering Gabah Hampa Perlakuan yang menggunakan pupuk POP dan perlakuan N,P,K standar tidak berpengaruh nyata terhadap persentase gabah bernas dan gabah hampa dan berpengaruh nyata terhadap persen hasil Tabel 5. Persen hasil adalah persentase yang didapat dari membandingkan petak percobaan dengan petak kontrol. Dari Tabel 5 menunjukkan bahwa bobot gabah perlakuan N,P,K standar lebih tinggi 103.53 203.53-100 persen hasil percobaan dikurangi persen hasil kontrol dari bobot gabah perlakuan kontrol dan perlakuan N,P,K + POP memiliki persen hasil lebih tinggi 97.97 dari bobot gabah kontrol; sedangkan bobot gabah perlakuan POP hanya lebih tinggi 9.86 dari bobot gabah perlakuan kontrol. Perlakuan yang menggunakan 13 N,P,K, persen hasilnya lebih tinggi 33.88-62.56 dari bobot gabah perlakuan kontrol; perlakuan yang menggunakan 23 N,P,K, persen hasilnya lebih tinggi 77.02-77.10 dari bobot gabah perlakuan kontrol. Lampiran 13 menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata terhadap Bobot Kering Gabah Bernas BKGB. Berdasarkan Tabel 5, nilai tertinggi BKGB terdapat pada perlakuan N,P,K standar dan tidak berbeda nyata dengan perlakuan N,P,K + POP. Sedangkan perlakuan kontrol memiliki nilai BKGB terendah dan tidak berbeda nyata dengan perlakuan POP. Perlakuan kontrol dan POP nyata lebih rendah bila dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Perlakuan dengan menggunakan 13 N,P,K dengan penambahan POP berapapun relatif tidak berbeda nyata satu dengan lainnya, namun nyata lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan N,P,K standar, perlakuan N,P,K + POP, dan perlakuan yang menggunakan 23 N,P,K. Demikian juga terjadi pada perlakuan yang menggunakan 23 N,P,K. Pengaruh nyata perlakuan terjadi pula terhadap Bobot Kering Gabah Hampa BKGH Lampiran 13. Nilai tertinggi BKGH terdapat pada perlakuan N,P,K yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan N,P,K + POP. Sedangkan nilai terendah BKGH terdapat pada perlakuan POP, dan tidak berbeda nyata dengan perlakuan kontrol, 13 N,P,K + ½ POP, 13 N,P,K + ¾ POP, 13 N,P,K + 54 POP dan nyata lebih rendah jika dibandingkan dengan perlakuan 13 N,P,K + POP, 23 N,P,K + POP, 23 N,P,K + ½ POP, N,P,K + POP, dan N,P,K standar. Potensi produksi dari padi varietas Ciherang mencapai 5-8.5 tonha GKG BBPADI, 2007. Selisih produksi padi antara perlakuan POP dengan perlakuan N,P,K standar, maupun dengan potensi produksi padi varietas Ciherang cukup tinggi berkisar antara 2-3 ton dan 4-5 ton. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi kekurangan hara pada padi yang menggunakan pupuk POP seperti telah dipaparkan sebelumnya halaman 20. Menurut Brady dan Weil 2002 nitrogen penting untuk pembentukan karbohidrat dalam tanaman, sehingga produksi padi yang menggunakan POP lebih rendah dibanding perlakuan N,P,K standar. Proses metabolisme yang berkaitan dengan pembentukan dan pengisian gabah padi dapat berjalan dengan baik, apabila kebutuhan akan N, P, dan K terpenuhi. Bobot GKG pada perlakuan yang menggunakan pupuk POP relatif rendah, menunjukkan padi mengalami defisiensi hara N dan K. Menurut Leiwakabessy dan sutandi 2004 semakin tinggi tingkat produksi, maka semakin tinggi hara yang dibutuhkan. Dengan kata lain, rendahnya produksi padi pada perlakuan yang menggunakan pupuk POP menunjukkan rendahnya jumlah hara POP dari kadar dan dosis yang diberikan melalui pupuk tersebut. 4. 4. Pengaruh Dosis Pupuk Terhadap Sifat Kimia Tanah dan Tanaman