traktor untuk menarik kayu apabila tidak ada jalan lain sehingga harus membuat jalan pada kemiringan tersebut.
Jarak sarad yang dihitung yaitu jarak dari tunggak pohon rebah sampai ke TPn, jika ada jalan angkutan maka dimasukkan juga dalam perhitungan jarak
sarad. Pada semua petak yang dikerjakan oleh perusahaan masih terdapat jarak sarad yang melebihi jarak sarad standar RIL, sedangkan pada petak yang
dikerjakan oleh mitra kerja hanya 2 petak yang melebihi standar RIL. Masih terjadinya jarak sarad yang jauh melebihi standar dari RIL ini karena regu sarad
masih belum berpedoman pada peta perencanaan pemanenan sehingga dalam pembuatan TPn dan jalan sarad hanya berdasarkan pengalaman
.
4. Kegiatan Pasca Pemanenan
Kegiatan pasca pemanenan adalah kegiatan-kegiatan yang dilakukan setelah proses pemanenan selesai untuk memperkecil dampak pemanenan serta
memperbesar keuntungan ekonomis Klassen 2006. Akan tetapi, pada penelitian ini hanya dibatasi pada kegiatan yang berkaitan dengan penyaradan. Adapun
kegiatannya yaitu penutupan jalan sarad, penutupan TPn dan pembukaan jembatan sementara.
a. Penutupan Jalan Sarad
Kegiatan penutupan jalan sarad meliputi perataan ranting atau serasah pada jalan sarad dan pembuatan crossdrain. Kedua hal tersebut dibuat untuk
mengurangi laju erosi pada permukaan jalan sarad. Hasil temuan di lapangan menunjukkan bahwa jalan sarad yang sudah tidak dipakai belum dilakukan
perataan ranting atau serasah oleh regu sarad.
Menurut Klassen 2006, frekuensi pembuatan crossdrain tergantung pada kemiringan, curah hujan dan profil jalan sarad. Di sebagian besar kasus, operator
traktor dengan mudah memilih tempat-tempat sebagai crossdrain namun untuk memudahkan operator traktor dibuat pedoman umum yaitu kelerengan kurang
dari 10 tidak diperlukan pembuatan crossdrain, kelerengan 10-20 dibuat crossdrain setiap 30 m dan kelerengan lebih dari 20 dibuat crossdrain setiap
20 m. Perbandingan jumlah crossdrain yang dibuat dengan jumlah crossdrain
yang seharusnya ada berdasarkan pedoman menurut Klassen 2006 disajikan pada Tabel 17 untuk petak yang dikerjakan perusahaan dan Tabel 18 untuk petak
yang dikerjakan mitra kerja.
Tabel 17 Jumlah crossdrain pada petak yang dikerjakan perusahaan
No petak No TPn
Jumlah crossdrain
Kesesuaian jumlah crossdrain
Yang seharusnya ada Yang ditemukan
CU 46 2
38 38
100 CU 47
6 32
19 59,35
CU 48 1
44 31
70,45 CV 46
5 17
10 58,82
Jumlah 131
98 74,81
Tabel 18 Jumlah crossdrain pada petak yang dikerjakan mitra kerja
No Petak No TPn
Jumlah Crossdrain
Kesesuaian jumlah crossdrain
Yang seharusnya ada Yang ditemukan
DA 46 2
29 17
58,62 DA 47
4 19
13 68,42
DB 46 2
85 59
69,41 DB 47
5 30
29 96,67
Jumlah 163
118 72,39
Berdasarkan Tabel 17 dan Tabel 18 dapat diketahui bahwa jumlah crossdrain yang dibuat dalam petak pengamatan hampir semuanya belum sesuai
dengan pedoman. Hanya terdapat satu petak yang sesuai dengan pedoman yaitu petak CU 46 yang dikerjakan oleh perusahaan. Dimensi atau bentuk crossdrain
yang dibuat sedikit berbeda dengan bentuk crossdrain berdasarkan kaidah RIL menurut oleh Elias et al. 2001. Perbedaannya yaitu pada crossdrain yang dibuat
oleh di PT. Austral Byna tidak terdapat cekungan dengan sudut 45 yang
diarahkan ke dalam tegakan yang tidak rusak yang berfungsi untuk mengalihkan aliran air dari lintasan jalan sarad. Bentuknya juga sedikit berbeda, dimana
crossdrain yang dibuat di PT. Austral Byna tidak terdapat sudetan atau parit, hanya membuat seperti tanggul yang tingginya sekitar 30-50 cm dari permukaan
jalan sarad yang berarah dari TPn dan sekitar 30-100 cm dari arah sebaliknya. Pembuatan crossdrain yang tidak sesuai ini mengakibatkan pada beberapa
crossdrain terbongkar karena aliran air yang terus menerus mengikis tanggul tersebut Gambar 3 sehingga erosi yang terjadi pada permukaan jalan sarad
semakin besar. Pada Gambar 1 dan Gambar 2 dapat dilihat perbedaan bentuk crossdrain pada RIL dengan yang dibuat di PT. Austral Byna.
Gambar 2 Crossdrain menurut RIL.
Gambar 3 Crossdrain di PT. Austral Gambar 4 Crossdrain yang terkikis.
Byna.
b. Penutupan TPn