Evaluasi Kegiatan Pemanenan Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Sejarah Pemanfaatan Hutan

F. Evaluasi Kegiatan Pemanenan

Menurut Klassen 2006, tujuan dari evaluasi pemanenan adalah untuk: 1. Memberikan ukuran keberhasilan dalam implementasi rencana pembalakan kepada pihak manajemen perusahaan. 2. Mengidentifikasi masalah dalam proses implementasi rencana pembalakan sesuai dengan standar RIL. Misalnya jalan sarad yang tidak perlu, zona penyangga yang dilanggar, pemotongan batang yang buruk, log yang ditinggalkan serta crossdrain yang tidak tepat dan sebagainya. 3. Mengidentifikasi area-area yang memerlukan tindakan pemulihan. Misalnya crossdrain, pembersihan penyeberangan pada sungai, dan identifikasi area-area yang perlu ditanam karena mengalami dampak pembalakan yang berat. BAB III METODOLOGI

A. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan di IUPHHK PT. Austral Byna, Kabupaten Barito Utara, Provinsi Kalimantan Tengah dan dilakukan selama ± 4 bulan yaitu bulan Februari – Mei 2010.

B. Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan antara lain : alat tulis, pita ukur, clinometer dan GPS. Bahan yang digunakan pada penelitian ini antara lain: peta rencana pemanenan dan LHP Laporan Hasil Produksi.

C. Prosedur Penelitian

Di IUPHHK-HA PT. Austral Byna pada Rencana Karya Tahunan RKT 2009 terdapat dua pelaksana kegiatan penyaradan yaitu pihak perusahaan dan mitra kerja. Pengambilan data dilaksanakan pada 8 petak tebang yang terdiri dari 4 petak yang dikerjakan pihak perusahaan dan 4 petak yang dikerjakan oleh mitra kerja dimana masing-masing petak tebang memiliki luas yang sama yaitu 100 Ha. Keterangan : Petak yang dikerjakan perusahaan Petak yang dikerjakan mitra kerja Gambar 1 Sketsa petak tebang pada RKT 2009 di PT. Austral Byna.

1. Penentuan Efektifitas dan Efisiensi Kegiatan Penyaradan

a. Pengukuran Luas Keterbukaan Areal Akibat Penyaradan dan TPn

Luas areal yang terbuka akibat penyaradan adalah luas areal yang terbuka akibat jejak traktor atau bekas lintasan batang kayu yang disarad. Luas areal yang terbuka akibat penyaradan dapat ditentukan dengan mengukur panjang dan lebar jalan sarad, kemudian dihitung luas jalan sarad tersebut . Panjang sarad didapat dari tracking di sepanjang jalan sarad dengan bantuan GPS lalu mengolah data dari GPS tersebut dengan software Arc View 3.2 dan Microsoft Excel. Lebar jalan sarad diukur pada tiap trayek jalan sarad dengan menggunakan pita ukur pada interval jarak 20 m lalu dirata-ratakan untuk mendapatkan rata-rata lebar jalan sarad dari tiap trayek. Setelah mendapatkan nilai panjang jalan sarad dan rata-rata lebar jalan sarad akan didapatkan luasan daerah yang terbuka dengan satuan luas meter persegi m 2 . Pengukuran luas keterbukaan akibat TPn didapat dari melakukan tracking mengelilingi TPn dengan menggunakan GPS sehingga diketahui luasannya dalam satuan meter persegi m 2 . Setelah mendapatkan luas keterbukaan areal akibat jalan sarad dan TPn, lalu dijumlahkan untuk mengetahui total luas keterbukaan areal akibat penyaradan dan TPn.

b. Efektifitas Pembuatan Rencana Penyaradan

Efektifitas jalan sarad adalah rasio realisasi dari jumlah pohon yang berhasil disarad dengan panjang jalan sarad dibagi dengan rasio rencana jumlah pohon yang disarad dengan rencana panjang jalan sarad. Pohon yang berhasil disarad dapat diartikan sebagai pohon yang disarad dari posisi pohon roboh dan sampai menuju TPn. Data jumlah pohon yang berhasil disarad didapat dari LHP Laporan Hasil Produksi, karena pengambilan data untuk pembuatan LHP berasal dari TPn. Data rencana jumlah pohon yang akan disarad berasal dari jatah tebangan yang ada dalam RKT 2009. Perhitungan efektifitas penyaradan dapat diformulasikan sebagai berikut : Keterangan : Efe = Efektifitas jalan sarad ph 1 = Realisasi jumlah pohon yg dapat disarad dalam satu petak pohon p 1 = Realisasi panjang jalan sarad dalam satu petak hm ph 2 = Jumlah pohon yg direncanakan dapat disarad dalam satu petak pohon p 2 = Panjang jalan sarad yang direncanakan dalam satu petak hm Dilakukan juga evaluasi terhadap TPn untuk mengetahui sejauh mana kesesuaian pembuatan TPn berdasarkan rencana baik itu dari jumlah TPn maupun letak TPn di lapangan sehingga satuan dari kesesuaian pembuatan TPn ini berupa persentase . Data yang diperlukan dari tiap petak yaitu jumlah dan letak TPn dalam rencana dan realisasinya. Kesesuaian jumlah TPn dari tiap petak didapat dari perbandingan antara jumlah TPn dari realisasi dengan rencananya sedangkan untuk kesesuaian letak TPn didapat dari perbandingan jumlah TPn yang letaknya sesuai dengan jumlah TPn yang telah dibuat di lapangan.

c. Efisiensi Kegiatan Penyaradan

Penilaian efisiensi jalan sarad merupakan perbandingan antara volume kayu yang dapat dikeluarkan dari satu petak tebang dengan panjang jalan sarad dalam satu petak tebang dan satuan untuk efisiensi jalan sarad yaitu m 3 hm. Volume kayu yang dikeluarkan dalam satu petak tebang didapat dari LHP. Perhitungan efesiensi penyaradan dapat diformulasikan sebagai berikut : Keterangan : Efi = Efisiensi jalan sarad m 3 hm v = volume kayu yang dapat dikeluarkan dalam satu petak tebang m 3 p = panjang jalan sarad dalam satu petak hm

2. Penerapan Kaidah RIL dalam Kegiatan Penyaradan

Pengambilan data penilaian penerapan kaidah RIL dalam kegiatan penyaradan dilakukan dengan observasi langsung ke areal bekas penyaradan pada petak yang sama dengan sebelumnya yaitu 4 petak yang dikerjakan sendiri dan 4 petak yang dikerjakan pihak lain. Pengambilan data lapangan hanya dilakukan pada salah satu TPn dari masing-masing petak yang dipilih berdasarkan pertimbangan letaknya yang mudah diambil untuk pengambilan data. Parameter yang diambil untuk mengetahui penerapan kaidah RIL dalam kegiatan penyaradan, antara lain : a. Peta perencanaan pemanenan b. Kelengkapan regu sarad c. Konstruksi jalan sarad d. Kegiatan pasca pemanenan BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah Pemanfaatan Hutan

Pengelolaan IUPHHK PT. Austral Byna ditetapkan dengan Keputusan Menteri Pertanian berupa Forestry Agreement FA No. FAJ080IX73 tanggal 9 April 1969 dan SK HPH No. 635KptsUmX74 tanggal 2 Oktober 1974 dengan luas 370.000 ha yang merupakan hasil penggabungan dari 2 HPH yaitu PT. Yuling Byna Corporation dan PT. Byna Harapan. HPH PT. Yuling Byna Corporation ditetapkan berdasarkan Forestry Agreement FA No. FAIV007IX69 tanggal 9 April 1969 dan SK HPH No. 446KptsUm1169 tanggal 13 November 1969 dengan luas 150.000 ha. Sedangkan PT. Byna Harapan ditetapkan berdasarkan Forestry Agreement FA No. FA110047071 dan SK HPH No. 407KptsUm971 tanggal 23 September 1971 dengan luas 70.000 ha, oleh karena itu dalam SK HPH No. 635KptsUm74 ditetapkan areal HPH. PT. Austral Byna seluas 370.000 ha, yang berlaku selama jangka waktu pengusahaan hutan 20 tahun, yaitu dari 13 November 1969 s.d. 12 November 1989. Areal tersebut dilaporkan adanya tumpang tindih dengan areal HPH PT. Indexim Utama Corporation seluas 70.000 ha, hingga kemudian pada tahun 1975 sesuai dengan Surat Direktorat Jenderal Kehutanan No. 3162DJI75 tanggal 20 November 1975 disetujui pemisahan areal HPH. PT. Indexim Utama Corporation, sehingga luas HPH. PT. Austral Byna menjadi 300.000 ha. Sejak tahun 1979 IUPHHK PT. Austral Byna telah berubah status dari Penanaman Modal Asing PMA menjadi Penanaman Modal Dalam Negeri PMDN, sehingga status perusahaan berubah menjadi seluruhnya modal dalam negeri sesuai dengan Undang-Undang No. 6 tahun 11968 Jo. Undang-Undang No. 12 tahun 1970 tentang penanaman Modal Dalam Negeri. Perusahaan PMDN ini telah disetujui oleh BKPM dengan surat No. 19V1979 tanggal 3 Desember 1979. Setelah jangka pengusahaan hutan selama 20 tahun pertama 13 November 1969 s.d. 12 November 1989. PT. Austral Byna memperoleh izin perpanjangan HPHsekarang IUPHHK pada Hutan Alam berdasarkan SK Menteri Kehutanan No. 142Kpts-II93 tanggal 27 Februari 1993 untuk jangka waktu pengusahaan hutan 20 tahun berikutnya, terhitung dari tanggal 13 November 1989 sampai dengan 12 November 2009 dengan areal seluas 294.600 ha, yang termasuk kelompok hutan S. Teweh –S. Lahei dan S. Montallat–S. Sampirang di Kabupaten Barito Utara, Provinsi Kalimantan Tengah. Terjadi pengurangan areal semula seluas 300.000 ha karena adanya pengurangan areal berupa hutan lindung seluas 500 ha dan 4.900 ha dialokasikan untuk HPHTI sekarang IUPHHK pada Hutan Tanaman Pola Transmigrasi PT. Purwa Permai yang dikeluarkan dari areal IUPHHK PT. Austral Byna. Setelah jangka pengusahaan hutan berakhir kembali pada tanggal 12 November 2009. PT. Austral Byna memperoleh izin perpanjangan IUPHHK-HA berdasarkan SK Menteri Kehutanan No. 557MENHUT-II2009 tanggal 17 September 2009 untuk jangka waktu 45 tahun berikutnya, terhitung dari tanggal 12 November 2009 sampai dengan 12 November 2054, yang berlaku efektif sejak 12 November 2009 dengan luas areal 255.530 ha.

B. Letak dan Luas Areal