Luas Keterbukaan Areal Akibat Penyaradan dan TPn

9. Traktor bergerak maju mengikuti jalan sarad yang telah terbuka. Pada jarak tertentu, traktor akan berhenti dan menggulung kabel choker agar kayu tertarik keluar dari posisi awal. Jika kondisi tanah datar, traktor akan menyarad kayu dengan kabel choker yang tergulung sehingga kayu bergerak mengikuti pergerakan badan traktor. Jika daerahnya cukup curam, traktor akan bergerak maju tanpa menarik kayu dengan cara mengendurkan kabel choker. Pada jarak tertentu traktor akan berhenti dan menarik kabel choker hingga kayu tersarad. Hal ini juga dilakukan jika menyarad kayu dengan volume besar walaupun pada kondisi tanah yang datar. 10. Setelah sampai di TPn, kayu disimpan di tempat yang kosong dan helper melepas choker dari kayu. Traktor kemudian menguliti kulit kayu tersebut jika perlu dengan menggunakan pisaunya yang menyisir sisi atassamping kayu. Tidak jarang pula traktor menggunakan rantai rodanya yang digesekan ke sisi samping kayu.

B. Efektifitas dan Efisiensi Penyaradan

1. Luas Keterbukaan Areal Akibat Penyaradan dan TPn

Luas keterbukaan areal akibat kegiatan penyaradan dapat diketahui dengan menjumlahkan luas jalan sarad dengan luas TPn. Luas jalan sarad diketahui dari pengukuran panjang jalan sarad dan lebar rata-rata jalan sarad. Perbandingan antara rencana dan realisasi panjang jalan sarad pada petak yang dikerjakan oleh perusahaan disajikan dalam Tabel 4 dan luas keterbukaan akibat penyaradan tercantum dalam Tabel 5. Tabel 4 Panjang dan lebar rata-rata jalan sarad dari rencana dan realisasi pada petak yang dikerjakan perusahaan No Petak Rencana panjang jalan sarad m Realisasi panjang jalan sarad m Persentase realisasi panjang jalan sarad terhadap rencananya Selisih total panjang jalan sarad m Realisasi lebar rata- rata jalan sarad m CU 46 9943,24 8059,62 81,06 1883,63 4,51 CU 47 12498,40 8164,99 65,33 4333,41 4,35 CU 48 7441,18 11623,19 156,20 4182,01 4,43 CV 46 8276,48 8578,17 103,65 301,69 4,52 Rata- rata 2675,19 4,45 Tabel 5 Luas keterbukaan areal akibat penyaradan yang dikerjakan perusahaan No Petak Jalan sarad m 2 TPn m 2 Total m 2 CU 46 36348,87 7006,71 43355,58 4,34 CU 47 35517,71 7217,24 42734,95 4,27 CU 48 51490,74 10884,37 62375,11 6,24 CV 46 34660,62 6512,57 41173,19 4,12 Rata-rata 39504,49 7905,22 47409,71 4,74 Berdasarkan Tabel 4 diketahui bahwa semua realisasi panjang jalan sarad tidak ada yang sama persis dengan rencananya dengan selisih yang cukup besar. Hal ini menunjukkan bahwa jalan sarad yang dibuat belum berpedoman pada rencana penyaradan. Luas keterbukaan areal akibat jalan sarad dan TPn yang tercantum pada Tabel 5 menunjukkan bahwa luas keterbukaan yang terjadi memiliki nilai yang beragam, dan luas keterbukaan terbesar terjadi pada petak CU 48 sebesar 62.375,11 m 2 . Beragamnya nilai keterbukaan areal ini dikarenakan beberapa faktor seperti kondisi topografi, jumlah pohon yang disarad dan letak pohon yang disarad. Kondisi topografi yang relatif curam menyebabkan pembuatan jalan sarad yang lebih panjang dibanding yang datar. Semakin banyak pohon dan jauh jarak antar pohon akan membuat semakin panjang jalan sarad yang dibuat sehingga semakin luas TPn yang dibuat untuk menampung kayu yang disarad. Tabel 6 Panjang dan lebar rata-rata jalan sarad dari rencana dan realisasi pada petak yang dikerjakan mitra kerja No Petak Rencana panjang jalan sarad m Realisasi panjang jalan sarad m Persentase realisasi panjang jalan sarad terhadap rencananya Selisih total panjang jalan sarad m Realisasi lebar rata- rata jalan sarad m DA 46 2557,20 2490,32 97,39 66,87 4,50 DA 47 8297,45 6639,57 80,02 1657,88 4,44 DB 46 8368,05 8334,37 99,60 33,69 4,55 DB 47 12449,74 12519,01 100,56 69,27 4,63 Rata- rata 456,93 4,53 Tabel 7 Luas keterbukaan areal akibat penyaradan yang dikerjakan mitra kerja No Petak Jalan sarad m 2 TPn m 2 Total m 2 DA 46 11206,46 3828,48 15034,94 1,50 DA 47 29479,68 7122,14 36601,82 3,66 DB 46 37921,37 7357,06 45278,42 4,53 DB 47 57963,02 8397,79 66360,81 6,64 Rata-rata 34142,63 6676,37 40819,00 4,08 Total panjang jalan sarad pada petak yang dikerjakan oleh mitra kerja yang tercantum pada Tabel 6 menunjukkan bahwa semua realisasi panjang jalan sarad tidak ada yang sama persis dengan rencananya namun selisihnya tidak sebesar pada petak yang dikerjakan oleh perusahaan. Luas keterbukaan areal akibat jalan sarad dan TPn yang tercantum pada Tabel 7 menunjukkan bahwa untuk luas keterbukaan terbesar terjadi pada petak DB 46 sebesar 66.360,81 m 2 , namun itu berbeda jauh dengan petak DA 46 yang luas keterbukaan arealnya hanya 15.034,94 m 2 hal ini terjadi karena pengerjaan kegiatan penebangan pada petak DA 46 terbatasi waktu dari izin penebangan untuk RKT tahun 2009 sehingga kegiatan penebangannya tidak selesai 100. Tabel 8 Rekapitulasi perhitungan luas keterbukaan pada petak yang dikerjakan perusahaan dan mitra kerja No Parameter Perusahaan Mitra kerja 1 Rata-rata selisih panjang jalan sarad m 2675,19 456,93 2 Rata-rata lebar jalan sarad m 4,45 4,53 3 Rata-rata keterbukaan areal jalan sarad m 2 39504,49 34142,63 4 Rata-rata keterbukaan areal TPn m 2 7905,22 6676,37 5 Rata-rata keterbukaan areal m 2 47409,71 40819,00 Berdasarkan Tabel 8 untuk rata-rata selisih panjang jalan sarad pada petak yang dikerjakan oleh perusahaan jauh lebih besar dibandingkan yang dikerjakan oleh mitra kerja, yaitu 2.675,19 m dibanding 456,93 m. Lebar rata-rata jalan sarad pada petak yang dikerjakan oleh perusahaan lebih kecil dibanding yang dikerjakan oleh mitra kerja, yaitu 4,45 m dibanding 4,53 m. Bila dibandingkan dengan standar dari pedoman RIL, baik perusahaan maupun mitra kerja belum memenuhi standar dari RIL dimana lebar jalan sarad yang diperbolehkan maksimal 4 m. Rata-rata luas keterbukaan areal akibat penyaradan yang dilakukan perusahaan lebih besar dibandingkan yang dilakukan oleh mitra kerja. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nasution 2009 di PT. Austral Byna namun pada RKT yang berbeda menunjukkan rata-rata luas keterbukaan areal akibat penyaradan sebesar 46.083,01 m 2 . Apabila dibandingkan dengan luas keterbukaan areal yang dilakukan pada RKT 2009 dapat dilihat bahwa perbedaannya tidak terlalu jauh. Hal ini menunjukkan bahwa belum ada perubahan signifikan dalam teknik kegiatan penyaradan dibanding sebelumnya.

2. Efektifitas Pembuatan Rencana Penyaradan