berbeda pula. Variasi karakteristik ini dapat diperoleh jika digunakan metode ekstraksi yang berbeda sehingga diperlukan pemilihan metode ekstraksi untuk tiap
tujuan penggunaan karaginan. Hal ini mendorong dilakukannya penelitian ini yang salah satu tahapan penelitiannya adalah menentukan metode ekstraksi
karaginan untuk tujuan pembuatan edible film. Faktor lainnya yang mempengaruhi karakteristik edible film yang
dihasilkan adalah
konsentrasi karaginan
yang digunakan.
Suryaningrum et al. 2005 telah melakukan penelitian untuk menghasilkan edible film
dari kappa karaginan dengan perbandingan antara tepung kappa karaginan dan plasticizer tepung tapioka adalah 2:1. Penelitian mengenai pengaruh
konsentrasi tepung karaginan terhadap karakteristik edible film yang menggunakan gliserol belum dilakukan. Oleh karena itu, penelitian ini juga
dilakukan untuk mengetahui karakteristik edible film dari berbagai konsentrasi tepung kappa karaginan serta mempelajari pengaruh penggunaan edible film
tersebut dalam mempertahankan mutu udang kupas rebus.
1.2 Rumusan Masalah
Edible film adalah lapisan tipis yang dibuat dari bahan yang dapat
dimakan, diletakkan di antara komponen makanan yang berfungsi sebagai barrier atau penghalang terhadap transfer massa misal kelembaban, oksigen, lipida dan
zat terlarut serta sebagai carrier atau zat pembawa bahan makanan dan aditif untuk meningkatkan penanganan makanan Donhowe dan Fennema 1994.
Permintaan konsumen akan teknik pengemasan yang ramah lingkungan, produk yang lebih alami dan tanpa menggunakan bahan pengawet mengakibatkan
permintaan akan edible film terus meningkat khususnya untuk industri pangan. Dampak dari semua itu adalah diperlukannya bahan baku pembuatan edible film
dalam jumlah yang melimpah. Karaginan yang diekstrak dari rumput laut merah Rhodophyta
merupakan salah satu bahan baku yang potensial bagi pembuatan edible film. Sifat karaginan yang dapat membentuk gel dan elastis, dapat dimakan serta dapat
diperbarui merupakan alasan yang mendukung penggunaannya sebagai bahan baku edible film. Karaginan juga mengandung serat makanan yang baik untuk
pencernaan sehingga penggunaannya sebagai edible film dapat memberikan nilai tambah bagi edible film yang dihasilkan. Edible film yang terbuat dari hidrokoloid
mempunyai beberapa kelebihan, diantaranya baik untuk melindungi produk terhadap oksigen, karbondioksida dan lipida, dan memiliki sifat mekanis yang
diinginkan, serta dapat meningkatkan kesatuan struktural produk Arpah 1997. Suryaningrum et al. 2005 telah melakukan penelitian untuk
menghasilkan edible film dari kappa karaginan dengan perbandingan antara tepung kappa karaginan dan plasticizer tepung tapioka adalah 2:1.
Cha et al. 2002 meneliti pengaruh penambahan bahan antimikroba pada edible film
kappa karaginan untuk menghambat pertumbuhan beberapa bakteri patogen. Konsentrasi tepung kappa karaginan yang digunakan dalam penelitiannya adalah
1 dengan penambahan gliserol dan polietilen glikol sebagai plasticizer. Pengembangan metode esktraksi karaginan terus dilakukan untuk
meningkatkan karakteristik karaginan yang dihasilkan. Selain untuk meningkatkan karakteristik karaginan, pengembangan metode ekstraksi juga harus
disesuaikan dengan tujuan pengaplikasian karaginan. Hingga saat ini, berbagai penelitian mengenai metode ekstraksi karaginan belum dikaitkan dengan tujuan
aplikasinya. Penelitian mengenai pengaruh berbagai konsentrasi larutan KOH dalam proses ekstraksi kappa karaginan telah dilakukan oleh Basmal et al. 2005.
Suryaningrum et al. 2003 juga telah melakukan penelitian mengenai pengaruh volume larutan pengekstrak terhadap mutu karaginan kertas dari Kappaphycus
alvarezii. Pemanfaatan karaginan sebagai edible film dipengaruhi oleh karakteristik
dan konsentrasi karaginan yang digunakan, tetapi penelitian mengenai masalah tersebut belum ditemukan. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui karakteristik karaginan dan edible film yang dihasilkan serta untuk mengetahui pengaruh aplikasi edible film tersebut dalam mempertahankan mutu
udang kupas rebus.
1.3 Kerangka Pemikiran