Pengukuran Kuat Tarik dan Persentase Pemanjangan

32 volume dalam film sehingga film yang terbentuk lebih tebal dibandingkan dengan film tanpa PEG. Formulasi film juga memberikan perbedaan yang signifikan terhadap ketebalan film. Semakin banyak kitosan yang digunakan, semakin tebal film yang dihasilkan. Hal ini dapat dijelaskan dengan perbedaan berat molekul dari pektin dan kitosan yang digunakan. Berat molekul rata-rata pektin berkisar antara 50 - 150 kDa Sriamornsak, 2003, lebih rendah bila dibandingkan dengan rata-rata berat molekul kitosan yang berkisar antara 100 – 500 kDa Kumar, 1999. Oleh karena itu, film dengan konsentrasi kitosan yang lebih tinggi memiliki ketebalan yang lebih tinggi pula. Gambar 19. Grafik pengukuran ketebalan edible film

4. Pengukuran Kuat Tarik dan Persentase Pemanjangan

Kuat tarik tensile strength merupakan gaya tarik maksimum yang dapat ditahan oleh sebuah film hingga terputus. Kuat tarik merupakan parameter penting bagi sebuah edible film. Kuat tarik yang kecil mengindikasikan bahwa film yang bersangkutan tidak dapat dijadikan kemasan karena karakter fisiknya kurang kuat dan tidak dapat dicetak untuk kemasan rigid Astuti, 2008. Nilai kuat tarik film PEG berkisar antara 10,6 - 34,8 MPa, dan nilai kuat tarik film tanpa PEG berkisar antara 5,3 - 35,4 MPa. Gambar 20 menunjukkan grafik pengukuran nilai kuat tarik film. Dari grafik terlihat bahwa pada film pektin atau 100 : 0 75 : 25 50 : 50 25 : 75 0 : 100 PEG 58.9 66.1 84.4 92.8 118.3 Tanpa PEG 41.7 56.1 62.2 79.4 95.6 0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0 120.0 140.0 160.0 K e te b al an µ m Formulasi Pektin : Kitosan 33 kitosan murni, penambahan PEG menyebabkan penurunan nilai kuat tarik, sesuai dengan sifat umum penggunaan plasticizer. Pada film komposit, efek penggunaan plasticizer terhadap nilai kuat tarik film tidak terlihat, sebaliknya terjadi peningkatan nilai kuat tarik. Efek yang berkebalikan dari penggunaan plasticizer ini dikenal dengan fenomena antiplastifikasi. Interaksi yang kuat antara polimer dan plasticizer dalam jumlah kecil menghasilkan efek ikatan silang Suyatma et al., 2005, yang memungkinkan terjadinya peningkatan distribusi kuat tarik dalam film. Perbedaan efek plastifikasi terhadap nilai kuat tarik antara film murni dengan film komposit juga ditemui oleh García et al. 2009 yang melakukan plastifikasi pada film komposit kitosanmetil selulosa dengan gliserol. Gambar 20. Grafik pengukuran nilai kuat tarik edible film Analisis sidik ragam terhadap nilai kuat tarik pada taraf α = 5 menggunakan SPSS 15.0 Lampiran 7 menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara formulasi. Film pektin atau kitosan murni memiliki nilai kuat tarik yang lebih besar dibandingkan film komposit pektinkitosan. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Kim et al. 2006 bahwa keberadaan counter ion pektin negatif sedangkan kitosan positif dapat mengurangi kekuatan film yang dihasilkan. Semakin besar kitosan dalam film komposit, semakin menurun nilai kuat tarik. Hal ini menunjukkan bahwa kitosan memiliki adhesi interfasial yang rendah terhadap matriks komposit sehingga menurunkan distribusi kuat tarik dalam film 100 : 0 75 : 25 50 : 50 25 : 75 0 : 100 PEG 26.7 24.1 12.0 10.6 34.8 Tanpa PEG 32.0 21.2 10.9 5.3 35.4 0.0 5.0 10.0 15.0 20.0 25.0 30.0 35.0 40.0 45.0 Ten si le Str e n g h t M Pa Formulasi Pektin : Kitosan 34 komposit pektinkitosan, atau dapat pula berkaitan dengan efektivitas PEG sebagai plasticizer. Krochta dan Johnston 1997 melaporkan bahwa kisaran nilai kuat tarik yang dapat diaplikasikan untuk edible film yang standar antara 10 – 100 MPa. Dengan demikian, meskipun terjadi penurunan nilai kuat tarik dalam film komposit pektinkitosan, film yang dihasilkan tersebut masih sesuai untuk diaplikasikan sebagai edible film karena nilai kuat tariknya masih berada pada kisaran tersebut. Pengukuran kuat tarik film biasanya diikuti dengan pengukuran persen pemanjangan elongasi. Persen pemanjangan merupakan perubahan panjang maksimum sebelum edible film terputus Sumarto, 2008. Persen pemanjangan mempresentasikan kemampuan film untuk meregang secara maksimum. Persen pemanjangan edible film yang diplastifikasi berkisar antara 29,1 - 97,9, dan pada film yang tidak diplastifikasi persen pemanjangan berkisar antara 28,3 - 60,3. Grafik hasil pengukuran persen pemanjangan film dapat dilihat pada Gambar 21. Gambar 21. Grafik pengukuran persentase pemanjangan film Analisis sidik ragam terhadap persentase pemanjangan pada taraf α = 5 Lampiran 8 menunjukkan perbedaan yang signifikan akibat penggunaan plasticizer dan formulasi film. Film yang diplastifikasi dengan PEG memiliki persen pemanjangan yang lebih besar dari film yang tidak diplastifikasi. Plasticizer meningkatkan fleksibilitas film dengan mengurangi derajat ikatan 100 : 0 75 : 25 50 : 50 25 : 75 0 : 100 PEG 51.7 29.1 54.9 60.8 97.9 Tanpa PEG 30.9 28.3 53.1 52.3 60.3 0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0 E lo n g asi Formulasi Pektin : Kitosan 35 hidrogen dan meningkatkan jarak intermolekular dari polimer Lee dan Wan, 2006. Persen pemanjangan film berbanding lurus dengan jumlah kitosan. Semakin besar jumlah kitosan dalam film, semakin besar pula persen pemanjangan. Hal ini menunjukkan bahwa plasticizer yang digunakan, yaitu PEG 400, lebih sesuai atau efektif terhadap kitosan dibandingkan terhadap pektin. Efektivitas plasticizer ini juga terlihat dari nilai kuat tarik film komposit yang semakin rendah seiring dengan peningkatan jumlah kitosan. Krochta dan Johnston 1997 melaporkan karakteristik edible film standar mempunyai persen pemanjangan 10 - 50. Edible film komposit pektinkitosan yang dihasilkan memiliki persentase pemanjangan yang mendekati kisaran tersebut. Penggunaan plasticizer cenderung menurunkan nilai kuat tarik dan meningkatkan persen pemanjangan karena plasticizer dapat mengurangi gaya antar molekul, dan meningkatkan mobilitas rantai biopolymer McHugh dan Krochta, 1994. Plasticizer mengganggu ikatan rantai dan menurunkan rigiditas sehingga menghasilkan struktur film yang tidak teratur. Kondisi lingkungan saat produksi, penyimpanan, dan penggunaan bahan mempengaruhi sifat mekanis film. Fenomena ageing juga menyebabkan penurunan sifat mekanis, terutama persentase pemanjangan film García et al., 2009. Edible film memiliki nilai kuat tarik yang lebih rendah daripada plastik PET, PVC, polistiren, dan poliamide, sedangkan persen pemanjangannya sangat bervariasi. Beberapa edible film memiliki persen pemanjangan yang dapat dibandingkan dengan plastik pada umumnya. Pada kondisi RH yang tinggi, kekuatan fisik film lebih rendah dibanding pada kondisi RH rendah karena uap air yang diserap berfungsi sebagai plasticizer. Suhu juga merupakan variabel penting yang mempengaruhi sifat fisik dan mekanis edible film. Kekuatan fisik bahan menurun secara dramatis ketika suhu meningkat di atas suhu transisi gelas Han dan Gennadios, 2005.

5. Laju Transmisi Uap Air Metode Gravimetri

Dokumen yang terkait

Pembuatan Dan Karakterisasi Komposit Karet Alam/Monmorillonite Menggunakan Polietilen Glikol Sebagai Pemodifikasi Organik

2 126 72

Pengaruh Konsentrasi Polietilen Glikol (PEG) 6000 Terhadap Disolusi Piroksikam Dalam Dispersi Padat

6 91 87

Pemanfaatan Gliserol Dan Turunannya Sebagai Plasticizer Pada Edible Film Gelatin Yang Diinkorporasi Dengan Minyak Atsiri Kulit Kayu Manis (Cinnamomum Burmanii) Sebagai Antimikroba

10 107 120

Pengaruh Polietilen Glikol (PEG) Terhadap Ukuran Partikel Magnetit (Fe3 O4 ) yang Disintesis dengan Menggunakan Metode Kopresipitasi

0 0 5

Aplikasi Karagenan Eucheuma cottonii dengan Penambahan Minyak Sawit dalam Pembuatan Edible Film

0 0 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karet Alam - Pembuatan Dan Karakterisasi Komposit Karet Alam/Monmorillonite Menggunakan Polietilen Glikol Sebagai Pemodifikasi Organik

0 2 18

Pembuatan Dan Karakterisasi Komposit Karet Alam/Monmorillonite Menggunakan Polietilen Glikol Sebagai Pemodifikasi Organik

0 0 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Polietilen Glikol (PEG) - Pengaruh Penambahan Polietilen Glikol 6000 Terhadap Sifat-sifat Fisik dan Pelepasan Natrium Diklofenak dari Cangkang Kapsul Alginat

0 0 19

Pengaruh Penambahan Polietilen Glikol 6000 Terhadap Sifat-sifat Fisik dan Pelepasan Natrium Diklofenak dari Cangkang Kapsul Alginat

1 0 16

Pemanfaatan Gliserol Dan Turunannya Sebagai Plasticizer Pada Edible Film Gelatin Yang Diinkorporasi Dengan Minyak Atsiri Kulit Kayu Manis (Cinnamomum Burmanii) Sebagai Antimikroba

0 0 13