PEMBENTUKAN EDIBLE FILM KOMPOSIT PEKTINKITOSAN

10 Kitosan memiliki banyak gugus amina di sepanjang rantainya bersifat kationik sehingga mampu membentuk kompleks atau berinteraksi dengan komponen lain dan memperoleh karakter spesifik dari interaksi tersebut. Pada pH asam, terjadi protonasi gugus –NH 2 menjadi -NH 3+ , yang dapat berasosiasi dengan polianion untuk membentuk kompleks dan mengikat sisi anionik pada permukaan sel bakteri dan fungi. Pada pH yang lebih tinggi 4, kitosan dapat membentuk kompleks dengan pewarna dan logam berat Nieto, 2009. Kemampuan kitosan ini dapat bermanfaat dalam hal memperpanjang umur simpan dan keamanan produk makanan, serta mencegah proses oksidasi yang dikatalis oleh logam bebas pada makanan. Edible film kitosan yang telah banyak digunakan pada buah dan sayur menunjukkan aktivitas antimikroba terhadap Bacillus cereus, Brochothrix thermosphacta, Lactobacillus curvatus, Lactobacillus sakey, Listeria monocytogenes, Pediococcus acidilactici, Photobacterium phosphoreum, Pseudomona fluorescens, Candida lambica, Cryptococcus humiculus, dan Botrytis cinerea Olivas dan Barbosa-Cánovas, 2009. Karena kemampuannya membentuk film semipermeabel yang baik, kitosan diharapkan dapat memodifikasi atmosfer internal juga menurunkan kehilangan karena transpirasi dan memperlambat pematangan dari buah dan sayuran. Film kitosan memiliki sifat mekanik yang baik, fleksibel, dan sulit dirusak, juga merupakan barrier yang baik terhadap oksigen. Selain itu, film kitosan juga mampu mengkontrol pencoklatan enzimatis pada buah Lacroix dan Tien, 2005. Meskipun sifat hidrofilik dari film kitosan dapat mempengaruhi karakteristiknya sebagai kemasan, film tersebut tetap menunjukkan hasil yang baik saat diaplikasikan terhadap buah dan sayuran segar Olivas dan Barbosa-Cánovas, 2009.

D. PEMBENTUKAN EDIBLE FILM KOMPOSIT PEKTINKITOSAN

Proses blending dua polimer atau lebih mempunyai tujuan untuk menemukan material baru dengan sifat-sifat fungsional yang lebih baik. Terlebih lagi, upaya menemukan material baru dengan cara blending polimer adalah jauh lebih murah, lebih mudah dibandingkan mensintesis suatu polimer yang baru dari suatu monomer dimana sifat-sifatnya belum diketahui. Dari sudut pandang lingkungan, 11 campuran dari dua atau lebih polimer memungkinkan untuk meningkatkan laju biodegradasi film kompositnya dibandingkan polimer asal Ikejima et Inoue, 2000. Dalam proses blending ini, perlu dipelajari kriteria miscibilitas antar polimer penyusunnya untuk mencegah adanya pemisahan fase selama proses dan penggunaannya. Edible film komposit pektinkitosan dapat diproduksi sebagai film multilayer, bi-layer, atau dispersi yang stabil. Pada film multilayer dan bi-layer, kitosan membentuk lapisan lain di atas lapisan pektin, sedangkan pada komposit film dispersi, kitosan dilarutkan bersamaan dengan larutan pektin. Sistem film multilayer dan bi-layer dibuat dengan teknik dua langkah yang melibatkan casting lapisan kitosan di atas film pektin yang telah dibuat sebelumnya. Sistem film dispersi melibatkan dispersi larutan kitosan ke dalam larutan pektin membentuk campuran yang stabil dan tahap pengeringan untuk pembentukan film. Stabilisasi dispersi dihasilkan dari keseimbangan gaya dari materi yang berbeda, terutama gaya elektrostatis dan hidrofobik. Gambar 5 menunjukkan struktur edible film yang dibuat dengan sistem multilayer, bi-layer, dan sistem dispersi. Gambar 5. Pembentukan edible film komposit Perez-Gago dan Krochta, 2005 Pembentukan film pektinkitosan dengan metode multilayer telah dilakukan oleh Hoagland dan Parris 1996. Pada penggunaan metode multilayer tersebut ditemui adanya pertumbuhan fungi di antara kedua lapisan film dan permukaan film yang terbentuk tidak rata. Film bi-layer memiliki kecenderungan untuk Dispersion film: Bi-layer film: 12 terlepas antara lapisannya dan memberikan sifat mekanik yang lebih buruk dibanding film emulsi. Kesulitan lainnya adalah teknik ini membutuhkan beberapa langkah sehingga waktu pembuatannya lebih lama, penggunaan pelarut lebih banyak, dan penanganan lebih sulit Perez-Gago dan Krochta, 2005.

E. PLASTICIZER

Dokumen yang terkait

Pembuatan Dan Karakterisasi Komposit Karet Alam/Monmorillonite Menggunakan Polietilen Glikol Sebagai Pemodifikasi Organik

2 126 72

Pengaruh Konsentrasi Polietilen Glikol (PEG) 6000 Terhadap Disolusi Piroksikam Dalam Dispersi Padat

6 91 87

Pemanfaatan Gliserol Dan Turunannya Sebagai Plasticizer Pada Edible Film Gelatin Yang Diinkorporasi Dengan Minyak Atsiri Kulit Kayu Manis (Cinnamomum Burmanii) Sebagai Antimikroba

10 107 120

Pengaruh Polietilen Glikol (PEG) Terhadap Ukuran Partikel Magnetit (Fe3 O4 ) yang Disintesis dengan Menggunakan Metode Kopresipitasi

0 0 5

Aplikasi Karagenan Eucheuma cottonii dengan Penambahan Minyak Sawit dalam Pembuatan Edible Film

0 0 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karet Alam - Pembuatan Dan Karakterisasi Komposit Karet Alam/Monmorillonite Menggunakan Polietilen Glikol Sebagai Pemodifikasi Organik

0 2 18

Pembuatan Dan Karakterisasi Komposit Karet Alam/Monmorillonite Menggunakan Polietilen Glikol Sebagai Pemodifikasi Organik

0 0 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Polietilen Glikol (PEG) - Pengaruh Penambahan Polietilen Glikol 6000 Terhadap Sifat-sifat Fisik dan Pelepasan Natrium Diklofenak dari Cangkang Kapsul Alginat

0 0 19

Pengaruh Penambahan Polietilen Glikol 6000 Terhadap Sifat-sifat Fisik dan Pelepasan Natrium Diklofenak dari Cangkang Kapsul Alginat

1 0 16

Pemanfaatan Gliserol Dan Turunannya Sebagai Plasticizer Pada Edible Film Gelatin Yang Diinkorporasi Dengan Minyak Atsiri Kulit Kayu Manis (Cinnamomum Burmanii) Sebagai Antimikroba

0 0 13