Karakterisasi Film Komposit PektinKitosan

17

2. Karakterisasi Film Komposit PektinKitosan

Edible film yang telah dikondisikan selanjutnya dikarakterisasi sifat fisikokimia, sifat mekanis, dan sifat termal, pengamatan mikrostruktur, serta dilakukan pengukuran kapasitas antimikroba. hanya untuk film yang akan diplastifikasi Gambar 7. Diagram pembuatan edible film dari komposit pektin dan kitosan + PEG 10 dari total padatan C A B Casting dalam cawan Petri Pengeringan Output film: A = Film kitosan murni B = Film pektin murni C = pectinchit blends ww: 2575; 5050; 7525 Kitosan Pektin Dilarutkan dalam asam sitrat 1 Dilarutkan dalam aquades Blending + Homogenisasi Conditioning 18

2.1 Pengukuran Warna dengan Chromameter

Pengukuran warna dilakukan menggunakan Chromameter CR 300 Minolta. Sampel edible film ditempatkan pada alas putih. Pengukuran menghasilkan nilai L, a, dan b. L menyatakan parameter kecerahan warna akromatis, 0: hitam sampai 100: putih. Sedangkan a dan b adalah koordinat-koordinat chroma. Parameter a adalah cahaya pantul yang menghasilkan warna kromatik campuran merah - hijau dengan nilai +a positif a dari nol sampai 100 merah dan nilai -a negatif a dari nol sampai 80 hijau. Parameter b adalah warna kromatik campuran biru - kuning dengan nilai +b positif b dari nol sampai 70 kuning dan nilai -b negatif b dari nol sampai 70 biru.

2.2 Pengukuran Aktivitas Air a

w Pengukuran aktivitas air dilakukan dengan menggunakan a w -meter Shibaura WA-360. Sebelum dilakukan pengukuran, terlebih dahulu alat dikalibrasi dengan menggunakan larutan garam jenuh NaCl. Pencatatan dilakukan terhadap nilai a w . Gambar 8. Pengukuran nilai a w Edible film

2.3 Pengukuran Ketebalan

Film yang dihasilkan diukur ketebalannya dengan menggunakan pengukur ketebalan mikrometer dengan nilai ketelitian 0,001 mm pada tiga titik berbeda. Nilai ketebalan ditentukan dari rata-rata tiga nilai pengukuran ketebalan film. 19

2.4 Pengukuran Kuat Tarik dan Persentase Pemanjangan

Kuat tarik dan persentase pemanjangan diukur dengan menggunakan Tensile Strength and Elongation Tester Industries model SSB 0500. Kuat tarik ditentukan berdasarkan beban maksimum pada saat film pecah dan persentase pemanjangan didasarkan atas pemanjangan film saat film pecah. Kuat tarik MPa = FA Keterangan: F = gaya kuat tarik N ; A = luas bidang gaya mm 2 Elongasi = b − a a × 100 Keterangan: a: panjang awal b: panjang setelah putus Gambar 9. Pengukuran kuat tarik dan persentase pemanjangan edible film

2.5 Laju Transmisi Uap Air Metode Gravimetri

Laju transmisi uap air terhadap film diukur dengan menggunakan metode gravimetri. Bahan penyerap uap air CaCl 2 diletakkan dalam kaleng. Kemudian sampel berukuran 3x3 cm diletakkan di atas kaleng tersebut dengan metode jendela menggunakan aluminium foil sedemikian rupa sehingga menutupi kaleng tersebut. Tutup dengan parafin untuk menutupi bagian antara wadah dengan aluminium foil sehingga tidak ada udara masuk. Cawan ditimbang dengan ketelitian 0.0001 g kemudian diletakkan dalam lemari kaca yang RH ruangannya terukur menggunakan RH-meter. Cawan ditimbang tiap hari pada jam yang sama dan ditentukan 20 pertambahan berat dari cawan. Selanjutnya dibuat grafik hubungan antara pertambahan berat dan waktu. Nilai WVTR dihitung dengan rumus: WVTR = slope luas sampel m 2 = gm 2 24 jam 90 RH, 30 o C kx = WVTR [P2-P1 x RH ruangan] P2 : tekanan uap air jenuh di luar kaleng mm Hg P1 : tekanan uap air jenuh di dalam kaleng mm Hg Gambar 10. Pengukuran laju transmisi uap air metode gravimetri: a kontrol dan b edible film

2.6 Analisis dengan Differential Scanning Calorimeter DSC

Sifat-sifat termal film komposit pektinkitosan dianalisis dengan DSC M-DSC 2920, TA Instruments, USA untuk menentukan suhu transisi gelas Tg dan titik leleh bahan Tm. Sebanyak 7-10 mg bahan diletakkan pada cawan aluminium DSC dengan menggunakan cawan DSC kosong sebagai pembanding. Scanning dilakukan dengan kecepatan peningkatan panas diatur 10°Cmenit.

2.7 Analisis dengan X-Ray Diffraction XRD

Pola difraksi sinar-X film komposit pektinkitosan dianalisis dengan Rigaku X-ray diffractometer Rigaku Dmaks 2500vpc pada kondisi operasi 40kV dan 200 mA. Sebelum dianalisis, film terlebih dahulu dikeringkan secara alami pada suhu ruang. a b 21

2.8 Analisis dengan FTIR Spectroscopy

Analisis dengan FTIR spectroscopy digunakan untuk melihat ada tidaknya interaksi spesifik pektin dan kitosan dalam campuran. Analisis dengan spectroskop FTIR dilakukan dengan pellet KBr dengan menambahkan 1 mg film dalam bentuk tepung halus ke dalam 200 mg KBr. Spektra FTIR untuk setiap sampel direkam pada suhu kamar dalam selang 400-4000 cm -1 , dengan menggunakan 100 scan dan resolusi 4 cm -1 .

2.9 Pengujian Aktivitas Antimikroba Pranoto et al., 2005

Pengujian aktivitas antimikroba edible film dilakukan dengan metode cakram Pranoto et al., 2005. a Persiapan kultur uji Kultur uji disiapkan terlebih dahulu dengan menginokulasikan satu ose kultur murni dari agar miring Nutrient Agar NA ke dalam 10 ml medium cair Nutrient Broth NB secara aseptik. Kultur uji kemudian diinkubasi 37 o C selama 24 jam. Kultur uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bacillus cereus dan Eschericia coli. Diagram alir persiapan kultur uji dapat dilihat pada Gambar 11. Gambar 11. Diagram alir persiapan kultur uji b Pengujian aktivitas antimikroba dengan metode cakram Pengujian aktivitas antimikroba film komposit pektinkitosan dapat diukur dengan menggunakan metode cakram. Kultur uji diinokulasikan sebanyak 0,2 ml ke dalam media NA 100 ml sehingga diperoleh konsentrasi 0,2 yang telah siap dituang ke cawan petri steril. Selanjutnya 20 ml media NA yang telah berisi kultur uji dituangkan ke cawan petri. Kultur murni Diinkubasi pada suhu 37ºC selama 24 Diinokulasikan ke dalam 10 ml Nutrient Kultur uji 22 Media agar dibiarkan membeku, kemudian film yang berdiameter 1 cm diletakkan di atas media yang berisi kultur uji tersebut. Media yang telah diletakkan film kemudian disimpan pada inkubator 37 o C selama 24 jam. Setelah diinkubasi, akan terlihat zona penghambatan yang diperlihatkan dengan daerah bening di sekitar film yang telah ditempelkan di atas media. Diagram alir metode cakram dalam pengujian aktivitas antimikroba film komposit pektinkitosan dapat dilihat pada Gambar 12. Gambar 12. Diagram alir metode cakram

3. Rancangan Percobaan dan Analisis Data

Dokumen yang terkait

Pembuatan Dan Karakterisasi Komposit Karet Alam/Monmorillonite Menggunakan Polietilen Glikol Sebagai Pemodifikasi Organik

2 126 72

Pengaruh Konsentrasi Polietilen Glikol (PEG) 6000 Terhadap Disolusi Piroksikam Dalam Dispersi Padat

6 91 87

Pemanfaatan Gliserol Dan Turunannya Sebagai Plasticizer Pada Edible Film Gelatin Yang Diinkorporasi Dengan Minyak Atsiri Kulit Kayu Manis (Cinnamomum Burmanii) Sebagai Antimikroba

10 107 120

Pengaruh Polietilen Glikol (PEG) Terhadap Ukuran Partikel Magnetit (Fe3 O4 ) yang Disintesis dengan Menggunakan Metode Kopresipitasi

0 0 5

Aplikasi Karagenan Eucheuma cottonii dengan Penambahan Minyak Sawit dalam Pembuatan Edible Film

0 0 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karet Alam - Pembuatan Dan Karakterisasi Komposit Karet Alam/Monmorillonite Menggunakan Polietilen Glikol Sebagai Pemodifikasi Organik

0 2 18

Pembuatan Dan Karakterisasi Komposit Karet Alam/Monmorillonite Menggunakan Polietilen Glikol Sebagai Pemodifikasi Organik

0 0 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Polietilen Glikol (PEG) - Pengaruh Penambahan Polietilen Glikol 6000 Terhadap Sifat-sifat Fisik dan Pelepasan Natrium Diklofenak dari Cangkang Kapsul Alginat

0 0 19

Pengaruh Penambahan Polietilen Glikol 6000 Terhadap Sifat-sifat Fisik dan Pelepasan Natrium Diklofenak dari Cangkang Kapsul Alginat

1 0 16

Pemanfaatan Gliserol Dan Turunannya Sebagai Plasticizer Pada Edible Film Gelatin Yang Diinkorporasi Dengan Minyak Atsiri Kulit Kayu Manis (Cinnamomum Burmanii) Sebagai Antimikroba

0 0 13