Amplifikasi DNA Elektroforesis DNA Hasil Amplifikasi Analisis Data

dipasangkan sisir. Setelah membeku, gel agarosa dimasukkan ke dalam alat elektroforesis yang telah berisi larutan bufer TAE 1x. Sebanyak 5 µL larutan DNA dicampur dengan 1 µ L 6x loading dye, dihomogenkan dengan bantuan mikropipet, kemudian dimasukkan ke dalam sumur gel agarosa. Elektroforesis dilakukan selama 30 menit pada 100 volt. Pewarnaan dilakukan dengan cara merendam gel agarosa dalam larutan ethidium bromida 50 µLL selama 10 menit, kemudian dibilas dengan merendam gel agarosa dalam akuades selama 10 menit. Hasil elektroforesis dilihat dan sidokumentasi menggunakan alat Gel doc Universal Hood Biorad. Konsentrasi DNA hasil isolasi diuji dengan Nanodrop 2000c Thermo Scientific. Larutan yang digunakan sebagai blank dalam mengukur konsentrasi DNA hasil isolasi adalah larutan yang sama yang digunakan sebagai pelarut DNA, yaitu elute solution TE dari GenElute kit. Sebanyak 1 µL TE diteteskan pada bagian pedestal bagian dari alat tempat meletakkan sampel. Konsentrasi DNA akan muncul dalam satuan ngµL.

3.5 Amplifikasi DNA

Amplifikasi DNA dilakukan terhadap seluruh sampel dengan 14 pasang primer mikrosatelit Tabel 3, Lampiran 1. Amplifikasi DNA menggunakan volume larutan 15 µL yang mengandung 1x larutan bufer PCR, 0.3 mM untuk setiap primer, 100 µM dNTP mix, 1.5 unit enzim Taq polimerase, 2.5 mM larutan MgCl 2 , 2µ L DNA sampel 10 ngµL, dan ddH 2 O sebagai penyesuai volume. Campuran dimasukkan dalam tabung mikro PCR 0.2 mL, kemudian ditambahkan setetes mineral oil. Amplifikasi DNA dilakukan dengan mesin PCR Thermal Cycler Veriti 96 well Applied Biosystem dengan denaturasi awal 95°C selama 1 menit, denaturasi pada 94°C selama 30 detik, penempelan primer pada 51°C selama 60 detik, perpanjangan awal pada 72°C selama 120 detik untuk 35 siklus. Perpanjangan akhir dilakukan pada 72°C selama 8 menit.

3.6 Elektroforesis DNA Hasil Amplifikasi

Elektroforesis dilakukan menggunakan QIAxcel Sistem. Prinsip pemisahan QIAxcel dilakukan dalam kapiler cartridge gel, dimana setiap sampel otomatis masuk di dalam kapiler. DNA yang bermuatan negatif bermigrasi melalui kapiler ke ujung bermuatan positif melewati detektor yang mendeteksi dan mengukur sinyal serta mengubah sinyal emisi ke data elektronik yang kemudian ditampilkan sebagai gambar gel Gambar 4. Alat QIAxcel dan komputer yang akan digunakan dihidupkan, kemudian memasukkan QX alignment marker ke dalam tray alat. Sampel hasil amplifikasi dalam tabung mikro PCR 0.2 mL atau plate 96 well diletakkan dalam sampel tray alat. Pada tampilan “Instrumen Control” memerlukan beberapa informasi yang perlu diisi. Proses elektroforesis akan dimulai setelah mengklik “Run”. Hasil dari elektroforesis dengan alat QIAxcel diperoleh elektrogram dan hasil amplifikasi ditampilkan dalam gambar gel.

3.7 Analisis Data

Data penelitian yang diperoleh berupa pita-pita DNA hasil amplifikasi menggunakan primer mikrosatelit tanpa adanya ulangan. Setiap pita yang muncul pada gel merupakan satu alel tertentu. Profil DNA merupakan data alel yang teramati dengan ketentuan adanya pita DNA berdasarkan ukuran produk PCR pada satu lokus yang sama dari beberapa bahan tanam yang digunakan. Alel-alel tersebut diterjemahkan menjadi data biner. Setiap alel dianggap mewakili satu karakter dan diberi nilai berdasarkan ada tidaknya suatu alel. Nilai 1 diberikan bila ada alel dan nilai 0 bila tidak ada alel. Hasil skoring pita-pita yang muncul maupun yang tidak ditabulasikan ke dalam bentuk excel dan diubah dalam data biner untuk memudahkan proses pada software. Dianalisis menggunakan analisis parsimony dengan Distance Method DM program Phylogenetic Analysis Using Parsimony PAUP versi 4b.10 sehingga diperoleh hasil pengelompokan dalam bentuk dendogram pohon filogenetik. Analisis menggunakan PAUP versi 4b.10 untuk menjelaskan urutan perubahan karakter yang terjadi pada kelompok Swofford 2003. Tabel 3 Kode primer, sekuen primer, dan suhu penempelan primer mikrosatelit yang digunakan dalam penelitian No. Kode Primer Posisi di Kromosom Sekuen Primer 5’-3’ Suhu °C 1 mEgCIR0059 4 F TGCAGGGGATGCTTTTATT 51 R CCCTTAATTCCTGCCTTATT 2 mEgCIR 2414 12 F CAATCATTGGCGAGAGA 51 R CGGTCACCTTTCAGGATATG 3 mEgCIR 2144 15 F ACAAGGCTCTTCAAGAGAT 51 R CCACTGCCAACACTAGTAC 4 mEgCIR 3639 16 F ACGTTTTGGCAACTCTC 51 R ACTCCCCTCTTTGACAT 5 mEgCIR 2518 3 F GATCCCATGGTAAAGACT 51 R AAGCCTCAAAAGAAGACC 6 mEgCIR 3399 13 F AGCCAATGAAGGATAAAGG 51 R CAAGCTAAACCCCTAATC 7 mEgCIR 3555 13 F CATCAGAGCCTTCAAACTAC 51 R AGCCTGAATTGCCTCTC 8 mEgCIR 3569 14 F AAGGCTTGGAGTTGAGGTAT 51 R CACCATTGCATCATTATTCC 9 mEgCIR 3519 10 F CCACTGCTTCAAATTTACTAG 51 R GCGTCCAAAACATAAATCAC 10 mEgCIR 0878 11 F CAAAGCAACAAAGCTAGTTAGTA 51 R CAAGCAACCTCCATTTAGAT 11 mEgCIR 3808 8 F CCGCTAACTTGGTATAC 51 R ATTTCCAGCAGCTAATC 12 mEgCIR 0521 15 F GTGACTTTGGGCTGAAT 51 R ACAGCATCTCCAACTCTATC 13 mEgCIR 3886 9 F TTCTAGGGTCTATCAAAGTCATAAG 51 R AGCCACCACCACCATCTACT 14 mEgCIR 3683 2 F GTAGCTTGAACCTGAAA 51 R AGAACCACCGGACTTAC Billotte et al. 2005; Hatorangan et al. 2010; Lampiran 1 Gambar 4 Proses pemisahan sampel menggunakan QIAxcel Sistem Qiagen 2011 Tingkat kekuatan hubungan antara perubahan alel yang terjadi pada tanaman klon yang berasal dari tahap panen embrioid pertama, kedua, dan ketiga dianalisis menggunakan analisis korelasi Pearson. Persentase perubahan alel yang muncul pada setiap tanaman klon dibandingkan dengan semua alel yang muncul pada tanaman ortet. Setiap pita yang muncul pada tanaman klon diasumsikan sebagai alel yang dimiliki oleh tanaman klon tersebut. Alel-alel tersebut dibandingkan dengan alel yang muncul pada tanaman ortet kelapa sawit Tenera DxP. Alel-alel pada tanaman klon yang tidak muncul atau muncul namun tidak dimiliki oleh tanaman ortet, diasumsikan sebagai alel yang mengalami perubahan selama proses kultur jaringan. Nilai kestabilan alel diperoleh dengan membandingkan banyaknya alel pada tanaman klon yang sama dengan alel pada tanaman ortet kontrol dibagi seluruh alel yang muncul pada tanaman ortet.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Dokumen yang terkait

Pendugaan Cadangan Karbon Pada Tegakan Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Umur 10 Tahun di Perkebunan Kelapa Sawit PT. Putri Hijau, Kabupaten Langkat

3 83 102

Indeks Keragaman Jenis Serangga pada Pertanaman Kelapa Sawit (Elais guinensis Jacq.) di Kebun Rambutan

1 58 50

Kemampuan AntiFungi Bakteri Endofit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Terhadap Ganoderma boninenese Pat

5 53 66

Indeks Keanekaragaman Jenis Serangga Pada Pertanaman Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Di Kebun Tanah Raja Perbaungan PT. Perkebunan Nusantara III

6 91 53

Perubahan Pola Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis, Jacq) Dengan Pemberian ZPT Atonik Pada Media Campuran Pasir Dengan Blotong Tebu Di Pre Nursery

4 33 67

Model pendugaan cadangan karbon pada kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) umur 5 tahun di perkebunan kelapa sawit PT. Putri Hijau, Kabupaten Langkat.

6 77 76

Pendugaan Cadangan Karbon Pada Tegakan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Umur 15 Tahun di Perkebunan Kelapa Sawit Putri Hijau, Besitang Sumatera Utara

5 61 75

Molecular Analysis of Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq) Flowering Associated Genes and their Potential Application in Breeding Programmes

0 4 109

INTRA- AND INTER-POPULATION GENETIC DIVERSITY OF OIL PALM (Elaeis guineensis Jacq.) PISIFERA CLONES ORIGINATED FROM NIGERIA BASED ON SSR MARKERS ANALYSIS

0 5 8

Keragaman Genetik Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Asal Angola Menggunakan Marka SSR Genetic Diversity of the Angola-originated Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) Using SSR Markers

0 0 7