Obat dan Obat Tradisional (OT) di rumah tangga
4.1. Obat dan Obat Tradisional (OT) di rumah tangga
Data obat yang disimpan di rumah tangga dalam Riskesdas 2013 meliputi obat keras, obat bebas, antibiotika, obat tradisional dan obat-obat yang tidak teridentifikasi. Proporsi rumah tangga yang menyimpan antibiotika dipisahkan dalam penyajian data ini karena penggunaan di masyarakat cukup tinggi dan tidak rasional dapat memicu perkembangan resistensi mikroba.
Gambar 4.1 menunjukkan bahwa dari 35,2 persen rumah tangga yang menyimpan obat untuk swamedikasi, terdapat obat keras, obat bebas, antibiotika, obat tradisional dan obat-obat yang tidak teridentifikasi.
Gambar 4.1 Proporsi rumah tangga yang menyimpan obat dan jenis obat yang disimpan, Indonesia 2013
Secara nasional proporsi RT yang menyimpan obat keras 35,7 persen dan antibiotika 27,8 persen. Tabel 4.1 menunjukkan variasi RT yang menyimpan obat untuk keperluan swamedikasi, dengan proporsi tertinggi rumah tangga di DKI Jakarta (56,4%) dan terendah di Nusa Tenggara Timur (17,2%). Rerata sediaan obat yang disimpan hampir 3 macam, tertinggi di Gorontalo (4 macam) dan terendah di Lampung (2 macam).
Berdasarkan karakteristik, hampir tidak ada perbedaan dalam hal jenis obat yang disimpan di rumah tangga (Tabel 4.2).
Tabel 4.1
Proporsi rumah tangga yang menyimpan obat, dan rerata jumlah obat yang disimpan menurut provinsi, Indonesia 2013
Menyimpan obat
Provinsi
Rerata jumlah obat Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Sumatera Selatan
Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Sulawesi Barat
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia
Tabel 4.2
Proporsi rumah tangga yang menyimpan obat berdasarkan jenis obat
menurut karakteristik, Indonesia 2013
Karakteristik
Obat keras
Obat tidak
teridentifikasi Tempat tinggal Perkotaan
6,8 Kuintil indeks kepemilikan Terbawah
12,6 Menengah bawah
13,9 Menengah atas
Dari 35,7 persen rumah tangga yang menyimpan obat, 81,9 persen rumah tangga menyimpan obat keras yang diperoleh tanpa resep dokter (Tabel 4.3). Variasi antar provinsi, proporsi tertinggi di Lampung (90,5%) dan terendah di Gorontalo (70,8%). Demikian halnya dengan antibiotika, delapan puluh enam persen rumah tangga menyimpan antibiotika tanpa resep, dengan proporsi tertinggi di Kalimantan Tengah (93,4%) dan terendah di Gorontalo (74,7%). Proporsi rumah tangga yang menyimpan antibiotik dan obat keras tanpa resep ini cukup tinggi.
Secara nasional Tabel 4.4 menunjukkan apotek dan toko obat/warung merupakan sumber utama mendapatkan obat rumah tangga dengan proporsi masing-masing 41,1 persen dan 37,2 persen. Berdasarkan tempat tinggal, proporsi rumah tangga yang memperoleh obat di apotek lebih tinggi di perkotaan, sebaliknya proporsi rumah tangga yang memperoleh obat di toko obat/warung lebih tinggi di perdesaan. Sebanyak 23,4 persen rumah tangga memperoleh obat langsung dari tenaga kesehatan (nakes), dengan proporsi tertinggi di perdesaan (31,5%). Semakin tinggi kuintil indeks kepemilikan, cenderung semakin rendah memperoleh obat dari sumber nakes. Proporsi rumah tangga yang mendapatkan obat dari pelayanan kesehatan formal (puskesmas, rumah sakit, klinik) tidak berbeda antara perkotaan (16,9%) dan perdesaan (16,6%).
Tabel 4.5 menunjukkan status obat yang ada di rumah tangga untuk tujuan swamedikasi. Status obat dikelompokkan menurut obat yang ‘sedang digunakan’, obat ‘untuk persediaan’ jika sakit, dan ‘obat sisa’. Obat sisa dalam hal ini adalah obat sisa resep dokter atau obat sisa dari penggunaan
sebelumnya yang tidak dihabiskan. Secara nasional 47,0 persen rumah tangga menyimpan obat sisa, sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan proporsi rumah tangga yang menyimpan obat untuk persediaan (42,2%). Proporsi rumah tangga yang menyimpan obat sisa juga lebih tinggi di perdesaan dan kuintil indeks kepemilikan terendah.
Tabel 4.3
Proporsi rumah tangga yang menyimpan obat keras dan antibiotika tanpa resep menurut provinsi, Indonesia 2013
Jenis obat tanpa resep Provinsi
Antibiotika Aceh
Obat keras
85,9 Sumatera Utara
87,0 Sumatera Barat
87,9 Sumatera Selatan
92,0 Bangka Belitung
86,7 Kepulauan Riau
87,7 DKI Jakarta
89,0 Jawa Barat
84,9 Jawa Tengah
87,1 DI Yogyakarta
90,2 Jawa Timur
87,1 Nusa Tenggara Barat
79,7 Nusa Tenggara Timur
77,7 Kalimantan Barat
90,2 Kalimantan Tengah
93,4 Kalimantan Selatan
90,6 Kalimantan Timur
87,1 Sulawesi Utara
81,4 Sulawesi Tengah
83,3 Sulawesi Selatan
79,7 Sulawesi Tenggara
74,7 Sulawesi Barat
80,1 Maluku Utara
86,1 Papua Barat
85,7 Papua
85,4 Indonesia
Tabel 4.4
Proporsi rumah tangga berdasarkan sumber mendapatkan obat
menurut karakteristik, Indonesia 2013
Yankes Nakes Yankes Penjual OT Karakteristik
orang lain
formal
- trad keliling
warung
Tempat tinggal Perkotaan
1,3 1,7 Kuintil indeks kepemilikan Terbawah
0,9 2,0 Menengah bawah
1,3 1,4 Menengah atas
Tabel 4.5 Proporsi rumah tangga berdasarkan status obat yang disimpan menurut karakteristik, Indonesia 2013
Karakteristik
Status obat di rumah tangga
Obat sisa Tempat tinggal
Sedang digunakan
Untuk persediaan
48,1 Kuintil indeks kepemilikan Terbawah
48,1 Menengah bawah
48,1 Menengah atas