Perilaku aktivitas fisik

12.3. Perilaku aktivitas fisik

Aktivitas fisik secara teratur bermanfaat untuk mengatur berat badan serta menguatkan sistem jantung dan pembuluh darah. Dikumpulkan data frekuensi beraktivitas fisik dalam seminggu terakhir untuk penduduk umur >10 tahun. Aktivitas fisik berat adalah kegiatan yag secara terus menerus melakukan kegiatan fisik minimal 10 menit sampai meningkatnya denyut nadi dan napas lebih cepat dari biasanya (misalnya menimba air, mendaki gunung, lari cepat, menebang pohon, mencangkul, dll) selama minimal tiga hari dalam satu minggu dan total waktu beraktivitas ≥1500 MET minute. MET minute aktivitas fisik berat adalah lamanya waktu (menit) melakukan

aktivitas dalam satu minggu dikalikan bobot sebesar 8 kalori. Aktivitas fisik sedang apabila melakukan aktivitas fisik sedang (menyapu, mengepel, dll) minimal lima hari atau lebih dengan total lamanya beraktivitas 150 menit dalam satu minggu. Selain dari dua kondisi tersebut termasuk dalam aktivitas fisik ringan (WHO GPAQ, 2012; WHO STEPS, 2012).

Dalam Riskesdas 2013 ini kriteria aktivitas fisik "aktif" adalah individu yang melakukan aktivitas fisik berat atau sedang atau keduanya, sedangkan kriteria 'kurang aktif' adalah individu yang tidak melakukan aktivitas fisik sedang ataupun berat.

Perilaku sedentari adalah perilaku santai antara lain duduk, berbaring, dan lain sebagainya dalam sehari-hari baik di tempat kerja (kerja di depan komputer, membaca, dll), di rumah (nonton TV, main game, dll), di perjalanan /transportasi (bis, kereta, motor), tetapi tidak termasuk waktu tidur.

Penelitian di Amerika tentang perilaku sedentari yang menggunakan cut off points <3 jam, 3-5,9 jam, ≥6jam, menunjukkan bahwa pengurangan aktivitas sedentari sampai dengan <3 jam per hari dapat meningkatkan umur harapan hidup sebesar 2 tahun (Katzmarzyk, P & Lee, 2012).

Perilaku sedentari merupakan perilaku berisiko terhadap salah satu terjadinya penyakit penyumbatan pembuluh darah, penyakit jantung dan bahkan mempengaruhi umur harapan hidup.

Berikut proporsi penduduk yang melakukan aktivitas fisik “aktif” dan “kurang aktif” (Tabel 12.6). Proporsi aktivitas fisik tergolong kurang aktif secara umum adalah 26,1 persen. Terdapat 22 provinsi dengan penduduk aktivitas fisik tergolong kurang aktif berada diatas rata-rata Indonesia. Lima tertinggi adalah provinsi penduduk DKI Jakarta (44,2%), Papua (38,9%), Papua Barat (37,8%), Sulawesi Tenggara dan Aceh (masing-masing 37,2%)

Tabel 12.6 Proporsi penduduk umur ≥10 tahun sesuai jenis aktivitas fisik

menurut provinsi, Indonesia 2013 Aktivitas fisik

Provinsi

Kurang aktif Aceh

Aktif

37,2 Sumatera Utara

23,5 Sumatera Barat

31,2 Sumatera Selatan

23,8 Bangka Belitung

20,0 Kepulauan Riau

33,5 DKI Jakarta

44,2 Jawa Barat

25,4 Jawa Tengah

20,5 DI Yogyakarta

20,8 Jawa Timur

14,2 Nusa Tenggara Barat

34,0 Nusa Tenggara Timur

28,7 Kalimantan Barat

32,2 Kalimantan Tengah

25,3 Kalimantan Selatan

19,8 Kalimantan Timur

35,7 Sulawesi Utara

31,7 Sulawesi Tengah

27,0 Sulawesi Selatan

31,0 Sulawesi Tenggara

32,0 Sulawesi Barat

36,8 Maluku Utara

31,9 Papua Barat

Tabel 12 .7 menunjukkan hampir separuh proporsi penduduk kelompok umur ≥10 tahun dengan perilaku aktifitas sedentari 3-5,9 jam (42,0%), sedangkan sedentari ≥6 jam per hari meliputi hampir satu dari empat penduduk. Lima provinsi dengan proporsi penduduk sedentari ≥6 jam adalah Riau (39,1%), Maluku Utara (34,5%), Jawa Timur (33,9%), Jawa Barat (33,0%), dan Gorontalo (31,5%).

Tabel 12.7 Proporsi penduduk ≥10 tahun berdasarkan aktivitas sedentari

menurut karakteristik, Indonesia 2013 Aktivitas sedentari

Provinsi

≥6 jam Aceh

<3 jam

3- 5,9 jam

11,2 Sumatera Utara

15,7 Sumatera Barat

16,5 Sumatera Selatan

11,7 Bangka Belitung

24,4 Kepulauan Riau

18,3 DKI Jakarta

12,9 Jawa Barat

33,0 Jawa Tengah

23,1 DI Yogyakarta

17,1 Jawa Timur

28,7 Nusa Tenggara Barat

15,1 Nusa Tenggara Timur

3,5 Kalimantan Barat

8,0 Kalimantan Tengah

13,9 Kalimantan Selatan

20,4 Kalimantan Timur

20,2 Sulawesi Utara

18,8 Sulawesi Tengah

30,9 Sulawesi Selatan

17,2 Sulawesi Tenggara

31,5 Sulawesi Barat

25,5 Maluku Utara

34,5 Papua Barat

Tabel 12.8 menunjukkan proporsi perilaku sedentari berdasarkan karakteristik penduduk umur ≥10 tahun. Berdasarkan kelompok umur terdapat kecenderungan semakin bertambah umur

semakin menurun proporsi perilaku sedentari ≥6 jam, namun proporsi tersebut mulai meningkat pada umur ≥50 tahun. Proporsi perilaku sedentari ≥6 jam lebih banyak pada perempuan,

penduduk dengan pendidikan rendah, tidak bekerja, tinggal di daerah perkotaan, dan penduduk dengan kuintil indeks kepemilikan lebih tinggi dibandingkan dengan yang lebih rendah.

Tabel 12.8 Proporsi penduduk ≥10 tahun berdasarkan aktivitas sedentari

menurut karakteristik, Indonesia 2013 Aktivitas sedentari

Karakteristik

≥6 jam Kelompok umur (tahun) 10-14

37,4 Jenis kelamin Laki-laki

26,1 Pendidikan Tidak sekolah

26,9 Tidak tamat SD

26,6 Tamat SD

24,3 Tamat SLTP

23,1 Tamat SLTA

22,4 Tamat D1-D3/PT

23,9 Pekerjaan Tidak bekerja

22,1 Petani/buruh/nelayan

22,6 Tempat tinggal Perkotaan

22,1 Kuintil indeks kepemilikan Terbawah

21,2 Menengah bawah

24,8 Menengah atas

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

PENGEMBANGAN TARI SEMUT BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER DI SD MUHAMMADIYAH 8 DAU MALANG

57 502 20

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

KEBIJAKAN BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN DAERAH (BAPEDALDA) KOTA JAMBI DALAM UPAYA PENERTIBAN PEMBUANGAN LIMBAH PABRIK KARET

110 657 2

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25

HUBUNGAN ANTARA STRES DAN PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA

11 143 2