Definisi dan Ruang Lingkup sul fikih dan fikih mempunyai hubungan yang sangat
A. Definisi dan Ruang Lingkup sul fikih dan fikih mempunyai hubungan yang sangat
erat. Yang pertama merupakan akar dari hukum Islam
yang membahas indikasi-indikasi dan metode-metode di mana aturan-aturan fikih dideduksi dari sumber-sumbernya. Indikasi-indikasi ini dijumpai utamanya dalam Al-Qur’an dan Sunnah yang merupakan sumber utama syariah. Aturan-aturan fikih berasal dari Al-Qur’an dan Sunnah yang sejalan dengan sejumlah prinsip dan metode yang secara kolektif dikenal dengan sebutan usul fikih. Sebagian sarjana menjelaskan usul fikih sebagai metodologi hukum, suatu penjelasan yang akurat namun tidak lengkap. Meskipun metode-metode penafsiran dan deduksi merupakan perhatian utama bagi usul fikih namun ia bukan semata diperuntukkan pada metodologi. Katakanlah
Pengantar Penulis Pengertian dan Metodologi Studi Islam
Mendeduksi aturan-aturan fikih dari indikasi-indikasi yang tersedia dalam sumber-sumber merupakan tujuan dari usul fikih. Fikih pada dasarnya merupakan hasil atau produk dari usul fikih, dan keduanya merupakan disiplin yang terpisah meskipun saling berkaitan. Perbedaan utama antara fikih dan usul fikih ialah bahwa fikih berkaitan dengan pengetahuan tentang aturan-aturan rinci dalam hukum Islam dalam berbagai percabangannya, dan usul fikih berkaitan dengan metode-meto-
de yang diterapkan dalam mendeduksi aturan-aturan itu dari sumbernya. Fikih, dengan kata lain, merupakan hukum itu sen- diri sementara usul fikih ialah metodologi hukum. Hubungan antara kedua disiplin ini seperti ikatan antara tata bahasa dengan bahasa, atau antara logika dengan filsafat. Usul fikih dalam pengertian ini menyediakan kriteria standar untuk mendeduksi secara benar aturan-aturan fikih dari sumber-sumber syariah. Pengetahuan memadai tentang fikih menghendaki hubungan erat dengan sumber-sumbernya. Inilah yang membawa kita pada suatu pengertian bahwa fikih merupakan ilmu tentang aturan- aturan praktis syariah yang diperoleh dari bukti-bukti rinci dari
156 Zakiyuddin Baidhawy 156 Zakiyuddin Baidhawy
Tujuan utama usul fikih adalah mengatur ijtihad dan membimbing fukaha dalam upaya mendeduksi hukum dari sumber-sumbernya. Kebutuhan akan metodologi usul fikih merupakan keharusan ketika orang biasa berusaha untuk melakukan ijtihad, dan risiko kesalahan dan kebingungan dalam perkembangan syariah menjadi sumber kekhawatiran ulama. Tujuan usul fikih ialah membantu fukaha untuk memperoleh pengetahuan memadai tentang sumber-sumber syariah dan tentang metode-metode deduksi dan inferensi fikih. Usul fikih juga mengatur penerapan qiyas, istihsan, istishab, istislah, dst, yang pengetahuannya membantu fukaha untuk membedakan metode deduksi mana yang paling sesuai untuk memperoleh hukum syar`i dalam masalah tertentu. Lebih jauh, usul fikih membantu fukaha untuk menentukan dan membandingkan kekuatan dan kelemahan dalam ijtihad dan memberikan preferensi dalam memilih ijtihad yang selaras dengan nash.
Pada dasarnya fikih memang lebih dulu daripada usul fikih karena usul fikih baru berkembang pada abad kedua hijrah.
Pengantar Penulis Pengertian dan Metodologi Studi Islam
157 157
Selama abad pertama hijrah belum ada kebutuhan akan usul fikih. Ketika nabi masih hidup, petunjuk dan solusi untuk setiap masalah yang dihadapi dapat diperoleh dari Nabi langsung melalui wahyu atau melalui perintahnya. Selama periode itu pula para sahabat berhubungan erat dengan ajaran-ajaran Nabi dan keputusan-keputusan sahabat yang diilhami oleh peristiwa yang sudah ada. Kedekatan pada sumber dan pengetahuan yang lekat tentang peristiwa-peristiwa membuat para sahabat memiliki otoritas untuk menjawab masalah praktis tanpa membutuhkan metodologi (Khallaf, ‘Ilm, p. 16; Abu Zahrah, Usul, pp. 16-17). Namun, bersamaan dengan semakin luasnya wilayah Islam, para sahabat mulai tersebar dan akses langsung pada mereka semakin sulit. Dengan demikian, kemungkinan terjadi kebingungan dan kekeliruan dalam memahami sumber-sumber teks menjadi lebih tampak. Perselisihan dan keragaman pemikiran fikih di berbagai wilayah berbeda menekankan perlunya metodologi usul fikih. Asy-Syafi’i datang pada saat kontroversi fikih telah terjadi antara fukaha Madinah dan Irak, yang dikenal sebagai ahl al-hadis dan ahl ar-ra’y. Pada masa ini pula para ulama hadis berhasil mengumpulkan dan mendokumentasi hadis. Pada akhirnya para fukaha menjamin keberadaan Sunnah, dan mereka mulai mengelaborasi hukum, dan karenanya membutuhkan metodologi untuk mengatur ijtihad menjadi semakin penting. Konsolidasi usul fikih sebagai disiplin syariah merupakan kesimpulan logis dari kompilasi sejumlah besar literatur hadis.
Beberapa Contoh Perbedaan antara Fikih dan Usul Fikih
Fikih mengajarkan Usul Fikih mengajarkan
Beribadah hanya wajib Bicara tentang apa arti haram, apa jika seseorang telah cukup
itu mustahab, dst. kesadarannya (aqil) dan telah mencapai umur (baligh)
158 Zakiyuddin Baidhawy
Jika seseorang bicara Bagaimana menurunkan aturan dalam salat, maka ia telah
dari sumber yang secara Islam membatalkan salatnya
dapat diterima (bagaimana kita memahami berbagai perintah sebagai sunnah yang bertentangan dengan fardu)
Haram hukumnya makan Siapa yang memiliki otoritas untuk babi
mempersoalkan masalah hukum dan mendeduksi aturan-aturan hukum Islam dari sumber-sumber hukum Islam. Dengan kata lain, apa syarat-syarat seorang mujtahid dan apa yang harus ia lakukan ketika sumber-sumber legislasi tampak kontradiksi
Mengeluarkan zakat adalah Apa yang dapat digunakan sebagai kewajiban
bukti untuk fatwa (mufti dapat menggunakan Al-Qur’an atau mufti tidak dapat menggunakan horoskop masa kini)
Jika seseorang kentut maka ia Bagaimana mendamaikan antara batal wudhu
dua bukti yang tampak saling bertentangan
Salat hanya diwajibkan ketika Bagaimana menafsirkan kode-kode waktunya tiba
bahasan yang bermacam-macam Wajib hukumnya salat lima
Bagaimana mendeduksi aturan baru waktu sehari
berdasarkan aturan yang sudah ada dalam sumber-sumber hukum Islam