Pendekatan Semantik Pendekatan semantik dalam ilmu bahasa dimanfaatkan oleh

E. Pendekatan Semantik Pendekatan semantik dalam ilmu bahasa dimanfaatkan oleh

para pengkaji Islam untuk mempelajari teks-teks keislaman, terutama al-Qur’an. Bagian ini mencoba untuk mengelaborasi bagaimana pendekatan semantik digunakan untuk mempelajari struktur dan ketepatan sejumlah istilah kunci dan konsep dalam al-Qur’an yang pernah dilakukan oleh dua sarjana kontemporer, yaitu Toshihiko Izutsu (1914-1993) dan Syed Muhammad Naquib al-Attas (1931--), dan membandingkannya dengan al-Raghib al-Isfahani (w. ca 443/1060), penulis karya Kitab al-Mufradat fi Gharib al-Qur’an. Istilah-istilah kunci dan konsep-konsep yang dimaksud di sini adalah kata-kata yang digunakan al-Qur’an yang memainkan peran menentukan dalam menghiasi struktur konseptual dasar dari pandangan dunia al-Qur’an. Bagian ini berusaha menunjukkan bagaimana al-Qur’an telah mengubah secara mendalam dan karenanya juga mengubah makna istilah- istilah dalam bahasa Arab yang mapan, khususnya istilah-istilah kunci yang berhubungan dengan agama dan etika, dan menyoroti suatu kenyataan bahwa analisis semantik kontemporer terhadap kosa kata al-Qur’an telah memiliki akar sejak abad ke-11.

Toshihiko Izutsu adalah sarjana pertama yang akan diulas dalam bagian ini. Menurut Izutsu, al-Qur’an melalui keselu- ruhan kosa katanya memberikan ungkapan mengenai ontologi konkret dan dinamis, lebih dari sekadar pandangan abstrak dan metafisik tentang alam semesta. Ia menunjukkan hal ini melalui hasil kajiannya yang menggunakan pendekatan semantik dan

80 Zakiyuddin Baidhawy 80 Zakiyuddin Baidhawy

Menurut Izutsu (1964; 1965; 1966; 1959), al-Qur’an adalah suatu bidang semantik yang sangat luas, yang telah mengintegra- sikan seluruh sistem kata-kata, darimana pun asalnya, ke dalam suatu interpretasi sistematik baru yang menyeluruh. Ia menjelas- kan metodenya sebagai ”studi analitik terhadap kata-kata kunci dari suatu bahasa dengan memerhatikan kandungan konseptu- alnya yang mencerminkan pandangan dunia suatu masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut sebagai alat bukan semata untuk bicara dan berpikir, namun lebih penting dari itu adalah untuk mengkonseptualisasi dan menafsirkan dunia di sekitar mereka. Istilah ”pandangan dunia” memberikan kunci bagi pemahaman Izutsu tentang semantik sebagai studi tentang haki- kat dan struktur pandangan dunia suatu bangsa pada suatu peri- ode sejarahnya yang signifikan, yang dilakukan dengan menggu- nakan sarana analisis metodologis atas konsep-konsep kultural yang dihasilkan oleh bangsa itu sendiri dan terkristalisasi dalam kata-kata kunci bahasanya (Izutsu, 1964: 11; 1966: 7-9).

Dengan menganalisis lebih dari dua lusin kata kunci seperti Allah, islam, iman, kufr, nabi, wahy, karim, taqwa, dan seterus- nya (Izutsu, 1964: 25), Izutsu bukan hanya mampu mengkon- traskan teologi dan etika Jahiliyah dan al-Qur’an, bahkan juga memaparkan jaringan konseptual yang menggarisbawahi pan- dangan dunia semantik al-Qur’an. Ia menunjukkan misalnya, bagaimana istilah ”Allah” telah mengalami perubahan seman- tik radikal dan transformasi konseptual. Pada masa pra Islam, kata ”Allah” dipahami oleh orang Arab sebagai merujuk kepada

Model Pendekatan Kajian Teks-teks Islam: Studi Al-Qur’an Model Pendekatan Kajian Teks-teks Islam: Studi Al-Qur’an

Perubahan yang sama terjadi pada banyak istilah-istilah eti- ka dalam bahasa Arab. Kata ”karim” pada masa pra Islam berarti kehormatan warisan dan kebaikan yang terwujud melalui ke- murahan yang berlebihan. Dalam al-Qur’an kata ini bermakna lain, utamanya ketika dihubungkan denga kata ”taqwa”, suatu kata yang pada awalnya tidak memiliki konotasi keagamaan pada masa pra Islam. Taqwa, sebelum masa al-Qur’an bermakna semacam sikap pertahanan diri yang dikendalikan oleh rasa ta- kut yang dijumpai pada binatang. Al-Qur’an menggunakan kata ”taqwa” dengan makna ketakutan dan kebaktian kepada Tuhan. Maka kata ”karim” diterapkan pada siapa pun yang membe- lanjakan kekayaannya di jalan Allah dan dalam rangka kebak-

82 Zakiyuddin Baidhawy 82 Zakiyuddin Baidhawy

Singkatnya, Izutsu menyimpulkan bahwa meskipun banyak kata yang digunakan al-Qur’an sama dengan yang digunakan dalam bahasa Arab, namun kata-kata itu tidak memiliki peran yang sama atau merujuk pada konsep yang sama. Kedermawanan/ kemurahan ditunjukkan dengan tindakan berinfak di jalan Allah; keberanian diubah dari egoisme buta ke kesadaran berkorban di jalan Allah; solidaritas kesukuan telah digantikan dengan kekeluargaan berdasarkan iman, dst.

Hasil kajian yang paling diminati oleh para sejarawan agama-agama adalah pandangan Izutsu mengenai agama Arab pra Islam. Izutsu secara tegas menolak istilah ”agama” pada masa pra Islam. Ia tidak memandang agama Arab pra Islam sebagai agama, karena istilah ini tidak pernah muncul melampaui tingkat polydaemonisme yang telah menghasilkan banyak bid’ah, kebiasaan dan hal-hal duniawi, dan bangsa Arab khususnya Badui, pada umumnya kurang memiliki perhatian keagamaan yang serius. Menurutnya, solidaritas kesukuan (ashabiyyah) jauh lebih kokoh dibandingkan dengan agama (Izutsu, 1966: bab V). Ia juga menolak teori Arthur Jeffery and Wilfred Cantwell Smith tentang kata “din” dalam bahasa Arab berasal dari bahasa Persia. Ia menyatakan bahwa kata “din” dalam bahasa Arab yang digunakan al-Qur’an memiliki dua makna, sebagaimana pada masa Jahiliyyah. Din berarti agama baik sebagai keimanan personal maupun sistem kredo dan ritual formal yang dilakukan bersama oleh sebuah komunitas (Izutsu, 1964: 219-229). Akibatnya, jika Islam diklaim al-Qur’an sebagai satu-satunya agama yang diterima Allah, ini harus dipahami dalam arti Islam sebagai agama yang telah direifikasi dan tidak direifikasi.

Model Pendekatan Kajian Teks-teks Islam: Studi Al-Qur’an

Kepeloporan studi semantik Izutsu telah memberikan pengaruh luas atas Studi Islam kontemporer, khususnya di bidang studi al-Qur’an dan Bahasa Arab. Beberapa sarjana lain yang juga berpengaruh ialah Noldeke, Jeffery, dan Wansbrough. Izutsu telah membuat analisis semantik menjadi metodologi dominan dalam bidang kajian ini. Karya-karya berikutnya seperti Fazlur Rahman dalam Major Themes of the Qur’an, Nasr Hamid Abu Zayd dalam Mafhum al-Nass, dan Daniel A. Madigan dalam The Qur’an’s Self-Image, memiliki kesamaan dengan karya-karya Izutsu.

Sarjana Muslim lain yang menggunakan analisis semantik adalah Naquib al-Attas. Al-Attas mengikuti kuliah-kuliah Izutsu di McGill University pada musim semi 1962 dan 1963, dan ia banyak mengambil manfaat dari kuliah-kuliah tersebut. Al-At- tas juga menggunakan analisis semantik dalam beberapa karya- nya. Ia sepakat dengan pandangan Izutsu bahwa penggunaan al-Qur’an atas sejumlah kata dala bahasa Arab memiliki ske- ma konseptual yang baru dan ini menunjukkan suatu revolusi dalam sejarah pemikiran keagamaan dan moral bangsa Arab, yang menekankan bahwa transformasi semantik secara radikal atas kata-kata kunci dalam pandangan dunia mereka merupak- an salah satu alasan mengapa Nabi Muhammad dituduh oleh bangsa Arab pagan sebagai seorang tukang sihir, penyair, orang gila. Revolusi dan penggantian pandangan dunia Jahiliyyah den- gan pandangan dunia Islam disebut al-Attas sebagai proses “is- lamisasi”.

Dalam karya tentang Hamzah Fansuri, al-Attas (1970: 163-169) menjelaskan perubahan semantik yang diprakarsai Hamzah dalam menggunakan kata Melayu ”ada” dan ”titah”, yang menunjukkan adalah perubahan drastis dan radikal dalam

84 Zakiyuddin Baidhawy 84 Zakiyuddin Baidhawy

Kata “titah” dalam bahasa Melayu berarti perintah yang biasanya digunakan oleh raja. Oleh Hamzah kata ini menghendaki makna relasional yang bukan semata mengandung arti posisi wewenang karismatik namun juga posisi wewenang ketuhanan sekaligus. Perubahan semantik atas kata “titah” terjadi sebagai akibat penggunaan Hamzah atas kata ini untuk menerjemahkan kata “amr” dalam bahasa Arab, yang dalam al-Qur’an dikaitkan dengan perintah Tuhan (al-Attas, 1970: 145-146).

Contoh lain dari kajian al-Attas atas kata-kata kunci Islam dengan analisis semantik dijumpai dalam kuliahnya tentang “Islam: the Concept of Religion and the Foundation of Ethics and Morality,” yang disampaikan di sebuah konferensi Islam internasional di London 1976. Ia mengatakan bahwa istilah “din” dalam bahasa Arab digunakan al-Qur’an dengan merujuk kepada al-Islam (QS. Ali Imran/3:19, 85; al-Maidah/5:3). Kata ini mengungkapkan konsep agama yang secara hakiki berbeda

Model Pendekatan Kajian Teks-teks Islam: Studi Al-Qur’an Model Pendekatan Kajian Teks-teks Islam: Studi Al-Qur’an

Menurut al-Attas, semua makna ini dapat direduksi menjadi empat unsur: hutang, tunduk, kekuasaan pengadilan, dan kecen- derungan alamiah (al-Attas, 2001: 42). Dapat dikatakan bahwa konsep agama sebagaimana terungkap dalam kata ”din” dan se- bagai diterapkan dalam kata ”al-Islam” jauh lebih komprehen- sif dan mendalam daripada yang dipahami di kalangan bangsa Arab pagan (yang meliputi kebiasaan, ketaatan, keimanan per- sonal, dan praktik ritual) dan tidak sama dengan yang dipahami dalam istilah ”agama” di Barat. Istilah din mengandung konsep kefakiran manusia di hadapan Tuhan, ketundukan total manu- sia kepada Tuhan, kekuasaan pengadilan, dan merefleksikan

86 Zakiyuddin Baidhawy 86 Zakiyuddin Baidhawy

Al-Husyan ibn Muhammad ibn al-Mufaddal, yang lebih dikenal dengan al-Raghib al-Isfahani adalah salah satu ahli bahasa paling dikenal selama masa Abasiyah. Ia memberikan kontribusi dalam bidang tafsir, etika, teologi, mistisisme, dan sastra. Karyanya Al-Mu`jam al-Mufradat Alfaz al-Qur’an mencerminkan analisis semantik dan menjadi tengara kemajuan bagi studi sistemtik tentang al-Qur’an. Karya ini memberikan pengaruh besar pada sarjana-sarjana kemudian termasuk al-Fairuzabadi (w. 817/1415), penulis al-Qamus al-Muhit, dan Murtada al- Zabidi (w. 1205/1791) penulis leksikon Taj al-’Arus. Sayangnya karya al-Isfahani dilupakan oleh para sarjana kontemporer yang berminat dengan semantik al-Qur’an.

Dalam Al-Mu`jam al-Mufradat Alfaz al-Qur’an, al-Isfahani menggunakan prosedur sebagai berikut: Pertama, ia menjelas- kan makna leksikal kosa kata, menganalisis morfologi dan menelusuri etimologinya. Kedua, ia memberikan contoh-con- toh pengunaannya dalam berbagai konteks dengan mengutip al-Qur’an, tradisi, dan puisi. Ketiga, ia menjelaskan makna is- tilah yang ada dalam al-Qur’an dalam kaitannya dengan ayat- ayat lain dengan menggunakan pendekatan al-Qur’an dengan al-Qur’an. Di samping itu ia juga mengutip pendapat-pendapat

Model Pendekatan Kajian Teks-teks Islam: Studi Al-Qur’an Model Pendekatan Kajian Teks-teks Islam: Studi Al-Qur’an

Kata “Allah” adalah suatu kata yang diberi imbuhan ma’rifah ”al-” di depan kata benda ”ilah” yang artinya tuhan. Empat teori bicara tentang morofologi ”Allah” antara lain: teori yang menyatakan bahwa kata ini berasal dari alaha-ya’luhu, artinya beribadah; teori yang mengatakan bahwa kata ini berasal dari aliha-ya’lihu, artinya sesuatu yang mengagumkan, mempesona; teori yang menjelaskan bahwa kata ini berasal dari wilah, huruf waw kemudian diubah menjadi hamzah, artinya sesuatu yang dipuji dan dicintai; dan teori bahwa kata ini berasal dari laha- yaluhu-liyahan, artinya sesuatu yang tertutup atau tetap tersem- bunyi. Dalam tradisi Arab pagan, kata ”Allah” digunakan seba- gai nama bagi setiap berhala atau objek sesembahan (ism li kulli ma`bud), baik yang maskulin maupun feminin. Jadi, matahari disebut ilahah, dewa-dewa, dan sejumlah dewa merujuk kepa-

da bentuk pluralnya alihah. Kemudian al-Isfahani menyatakan bahwa penggunaan kata semacam ini tidak benar dan karena itu dikoreksi oleh al-Qur’an (al-Isfahani, tth.: 82-83).

Kata kerja ”dana-yadinu” berarti berhutang atau memiliki sesuatu yang diambil dari orang lain, dan ”adana-yudanu” berarti memberikan pinjaman kepada seseorang. Kata ”din” digunakan dengan arti ketaatan dan balasan, yaitu sesuatu yang diberikan atau diterima sebagai kompensasi/balasan bagi perilaku yang bernilai atau sebagai ganjaran bagi tindakan kejahatan. kata ini kemudian digunakan secara metaforis untuk hukum-hukum Tuhan. Kata ”din” serupa dengan ”millah”, yang mengandung gagasan tentang ketaatan dan kepasrahan kepada hukum-hukum Tuhan, seperti dalam ayat: ”Sungguh, agama yang diterima

88 Zakiyuddin Baidhawy 88 Zakiyuddin Baidhawy

Penjelasan tentang perubahan-perubahan semantik mem- bawa kita pada pemahaman tentang sejarah bahasa Arab yang lebih bernuansa. Tidak ada persoalan bahwa semua bahasa tentu saja berubah dari waktu ke waktu dan bahkan terus me- ngalir sejalan dengan perubahan konotasi yang terjadi pada teks. Perubahan-perubahan ini dapat berupa perubahan grammatika (yang melibatkan morfologi dan syntaks, perubahan semantik makin luas atau menyempit maknanya, berubah maknanya atau ganda maknanya), dan seringkali terjadi sebagai akibat kontak kultural. Bahasa Arab tanpa kecuali. Penjelasan tentang perubah- an-perubahan semantik akan menyingkap tirai-tirai yang selama ini dipertahankan selama berabad-abad, karena alasan bahwa bahasa Arab adalah bahasa wahyu Islam. Karena perubahan- perubahan semacam ini, maka para filolog dan orientalis Barat mengklasifikasikan bahasa Arab ke dalam masa klasik, perte- ngahan, dan modern. Namun demikian, bahasa Arab modern yang tertulis sangat sulit dibedakan dari tulisan-tulisan bahasa Arab pertengahan. Hal ini bisa dilihat melalui studi perbanding- an semantik. Berdasarkan kajian tiga sarjana di muka, mereka menyatakan bahwa ada banyak kata kunci dan istilah kunci yang pada hakikatnya masih tidak berubah meskipun terjadi peru- bahan lingkungan historis dan tanpa memandang konteks ke- budayaan yang bervariasi.

Model Pendekatan Kajian Teks-teks Islam: Studi Al-Qur’an

Dokumen yang terkait

Studi Kualitas Air Sungai Konto Kabupaten Malang Berdasarkan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Sumber Belajar Biologi

23 176 28

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

STRATEGI PUBLIC RELATIONS DALAM MENANGANI KELUHAN PELANGGAN SPEEDY ( Studi Pada Public Relations PT Telkom Madiun)

32 284 52