Konsep dan Teori
1.5 Konsep dan Teori
1.5.1 Konsep
Kata deskriptif merupakan kata sifat dari deskripsi. Pengertian studi deskriptif ialah tindakan atau kegiatan menguraikan gambaran situasi atau kejadian-kejadian yang terdapat dalam studi objek ilmiah. Menurut Echols Shadly (1990:179), deskripsi mempunyai pengertian gambaran atau lukisan. Dalam hal ini penulis akan mencoba menguraikan atau menggambarkan tentang upacara perkawinan adat suku Jawa sebagai bahan informasi untuk para pembaca yang membutuhkan.
Upacara perkawinan adat merupakan unsur budaya yang di hayati dari masa ke masa yang mengandung nila-nilai dan norma-norma yang sangat luas dan kuat, mengatur dan mengarahkan tingkah laku setiap individu dalam masyarakat (Suwondo, 1978:2), upacara perkawinan adat memiliki sebuah karya seni yang sangat universal yang di jaga dan di pertahankan karena memiliki proses panjang dari masa ke masa. Dalam proses tersebut terdapat banyak hal terhadap orang- orang yang bersangkutan. Apa saja yang mereka lakukan serta sikap tertentu sesuai dengan norma-norma yang berlaku. Setiap tindakan dalam bentuk gerak gerik tubuh memiliki makna, bukan hanya kata-kata yang di ucapkan. Upacara
Suku adalah kelompok etnik yang memiliki suatu kesatuan orang-orang yang secara bersama-sama menjalani pola-pola tingkah laku normatif, atau kebudayaan, dan yang membentuk suatu bagian dari populasi yang lebih besar, saling berinteraksi dalam kerangka suatu sistem sosial bersama, seperti Negara Menurut Abner Cohen yang di kutip oleh Zulyani Hidayah (1999). Menurut Koentjaraningrat (1989), suku bangsa merupakan kelompok sosial atau kesatuan hidup manusia yang mempunyai sistem interaksi, sistem norma yang mengatur interaksi tersebut, adanya kontinuitas dan rasa identitas yang mempersatukan semua anggotanya serta memiliki system kepemimpinan sendiri. Suku yang penulis maksud adalah suku Jawa.
Adapaun konsep musik dalam konteks upacara perkawinan adat suku Jawa yang dimaksud adalah musik melodi Monggang, Ladrang Wilujeng, kodok ngorek dan Ketawang Larasmaya yang dominan terdengar pada rekaman musik Gamelan Jawa di upacara perkawinan adat suku Jawa di Kecamatan Medan Selayang, Medan. Yang akan berpedoman pada pengertian musik, yakni kejadian bunyi atau suara dapat di pandang dan di pelajari jika mempunyai kombinasi nada, ritem, dan dinamika sebagai komunikasi secara emosi estetika atau fungsional dalam suatu kebiasaan atau tidak berhubungan dengan bahasa (Malm dalam terjemahan Takari
1.5.2 Teori
Teori merupakan hal pokok dan alat yang terpenting dari suatu pengetahuan. Tanpa teori hanya ada pengetahuan tentang serangkaian fakta saja, tetapi tidak akan ada ilmu pengetahuan (Koentjaraningrat, 1973:10).
Untuk mengkaji upacara perkawinan adat Jawa, dimulai dari persiapan hingga terselenggaranya prosesi upacara penulis menggunakan teori semiotika. Dalam melakukan pendekatan terhadap teori semiotika penulis menggunakan teori yang sesuai dengan penelitian ini, yaitu teori yang di kemukakan oleh Koentjaraningrat (1985:234) yang menyatakan bahwa komponen upacara ada 4, yaitu: (1) tempat upacara, (2) saat upacara, (3) alat-alat perlengkapan upacara, dan (4) pendukung dan pemimpin upacara.
Untuk mengkaji struktur musik rekaman gamelan Jawa gendhing Monggang, gendhing Ladrang Wilujeng, gendhing Kodok Ngorek, dan gendhing Ketawang Larasmaya yang digunakan dalam mengiringi upacara pada ritual temu temanten menggunakan teori wighted scale (bobot tangga nada). Teori weighted scale adalah sebuah teori yang mengkaji keberadaan melodi berdasarkan kepada delapan unsurnya, teori weighted scale dari Malm (1977:8) mengatakan bahwa ada beberapa karakteristik yang harus diperhatikan dalam mendeskripsikan melodi, yakni: (1) scale (tangga nada), (2) Nada dasar, (3) range (wilayah nada), (4) frequency of notes (jumlah nada-nada), (5) prevalent intervals (interval yang dipakai), (6) cadence patterns (pola-pola kadensa), (7) melodic formulas (formula-formula melodi), dan (8) contour (kontur). Dalam hal menganalisis rekaman melodi musik yang digunakan dalam upacara perkawinan adat suku Jawa