Interpretasi Hasil
5.1 Interpretasi Hasil
Uji coba model dilakukan dengan menggunakan tiga skenario. Skenario yang digunakan yaitu skenario optimis, pesimis, dan feasible. Skenario-skenario tersebut dibedakan atas target level yang ditetapkan di awal oleh pengambil keputusan. Pada skenario optimis, target level pada goal ditetapkan pada level yang tinggi. Pada skenario pesimis, target level pada goal ditetapkan pada level yang rendah. Sedangkan skenario feasible memiliki target level yang apabila target level dinaikkan dari sebelumnya, maka akan ada goal yang tidak tercapai.
Target level pada ketiga skenario tersebut ditetapkan berdasarkan peningkatan atau penurunan persentase pada masing-masing data yang ada pada Perum Perhutani (PP), Kesatuan Bisnis Mandiri Industri Kayu Brumbung (KBM IKB), dan juga berdasarkan peraturan pemerintah seperti persentase Corporate Social Responsibility (CSR) dan luas hutan yang dipertahankan. Pencapaian kriteria performansi pemasok dan pemanufaktur dapat dilihat secara berurutan pada Tabel 5.1 dan Tabel 5.2.
Tabel 5.1 Pencapaian Kriteria Performansi Pemasok
Kriteria Performansi
Skenario Pemasok (PP)
Target Level
Pencapaian Goal 1
≥5% Ya Goal 3
≥30% Ya Goal 5
non sarung tangan, masker
Ya
all Ya
commit to user
Tabel 5.2 Pencapaian Kriteria Performansi Pemanufaktur
Kriteria Performansi
Skenario Pemanufaktur (KBM IKB)
Target Level
Pencapaian Goal 2
≥2% Ya Goal 4
≤3% Ya Goal 7
all Ya
non baju kerja
Ya
all Ya Pada skenario optimis, target level untuk goal pertama yaitu profit PP
ditargetkan lebih besar atau sama dengan 20% dari profit PP. Goal kedua yaitu profit KBM IKB ditargetkan lebih besar atau sama dengan 10% dari profit KBM IKB. Target untuk goal ketiga tentang luas hutan yang dipertahankan adalah lebih besar atau sama dengan 30% dari total luas hutan. Target untuk goal keempat tentang limbah yang dihasilkan KBM IKB lebih kecil atau sama dengan 5% dari total limbah pengerjaan log jati. Goal kelima yaitu CSR yang dikeluarkan oleh PP ditargetkan lebih besar atau sama dengan 2% dari profit yang telah ditetapkan di goal pertama. Goal keenam tentang pengadaan Alat Pelindung Diri (APD) untuk karyawan PP ditargetkan pada pemenuhan semua peralatan APD yang dibutuhkan. Begitu pula pengadaan APD untuk karyawan KBM IKB pada goal ketujuh. Pada skenario optimis ini, terdapat goal yang tidak tercapai, yaitu goal pertama tentang profit PP, goal kedua tentang profit KBM IKB, goal keempat tentang limbah yang dihasilkan KBM IKB, dan goal kelima tentang CSR yang dikeluarkan PP. Oleh karena itu perlu dilakukan penyesuaian target level agar semua goal dapat tercapai dan mendapatkan pencapaian goal yang feasible.
Pada skenario pesimis, target level ditetapkan lebih rendah daripada skenario optimis. Target dari goal pertama, profit PP ditargetkan lebih besar atau sama dengan 3% dari profit PP. Target dari goal kedua, profit KBM IKB ditargetkan lebih besar atau sama dengan 2% dari profit KBM IKB. Target untuk goal ketiga tentang luas hutan yang dipertahankan disesuaikan dengan aturan pemerintah yaitu minimal 30% dari total luas hutan. Target untuk goal keempat tentang limbah yang dihasilkan KBM IKB lebih kecil atau sama dengan 3% dari total limbah pengerjaan log jati. Goal kelima yaitu CSR yang dikeluarkan oleh PP ditargetkan lebih besar atau sama dengan 2%. Goal keenam tentang pengadaan APD untuk karyawan PP ditargetkan tanpa menyertakan sarung tangan dan
commit to user
masker. Sedangkan pengadaan APD untuk karyawan KBM IKB atau goal ketujuh ditargetkan tanpa menyertakan baju kerja jika dibandingkan dengan pengadaan APD pada skenario optimis. Pada skenario pesimis semua goal dapat tercapai, namun goal keenam dan ketujuh tentang pengadaan APD di PP dan KBM IKB belum memiliki kelengkapan APD. Oleh karena itu, perlu dilakukan penyesuaian target level. Penyesuaian target level dilakukan dengan menurunkan atau menaikan target level tersebut.
Skenario feasible merupakan skenario yang apabila target level dinaikkan atau diturunkan lagi maka akan ada goal yang tidak tercapai. Target level untuk goal pertama yaitu profit PP ditargetkan lebih besar atau sama dengan 5% dari profit PP. Goal kedua yaitu profit KBM IKB ditargetkan lebih besar atau sama dengan 2% dari profit KBM IKB. Target untuk goal ketiga tentang luas hutan yang dipertahankan adalah lebih besar atau sama dengan 30% dari total luas hutan. Target untuk goal keempat tentang limbah yang dihasilkan KBM IKB lebih kecil atau sama dengan 3% dari total limbah pengerjaan log jati. Goal kelima yaitu CSR yang dikeluarkan oleh PP ditargetkan lebih besar atau sama dengan 2%. Goal keenam tentang pengadaan APD untuk karyawan PP ditargetkan pada pemenuhan semua peralatan APD yang dibutuhkan. Begitu pula pengadaan APD untuk karyawan KBM IKB pada goal ketujuh. Dengan menggunakan skenario tersebut, dihasilkan semua goal dapat tercapai.
Dilihat dari skenario feasible, target level PP dapat dicapai baik dari segi ekonomi, lingkungan, maupun sosial. Dari segi ekonomi, profit PP yang ditargetkan 5% lebih besar dari profit PP semula dapat dicapai. Dari segi lingkungan, sesuai dengan ketetapan Pemerintah bahwa hutan yang dipertahankan oleh PP harus lebih besar atau sama dengan 30% dari total luas hutan dapat dicapai. Dari segi sosial, aturan dari Pemerintah menunjukkan bahwa CSR yang dikeluarkan oleh PP maksimal sebesar 2% dari profit yang didapatkan oleh PP. Aturan ini telah diterapkan dalam model dan hasil uji coba model menunjukkan bahwa kewajiban PP mengeluarkan CSR dapat dipenuhi. Selain itu, dari segi sosial PP dapat memberikan APD untuk menjaga kesehatan dan keselamatan karyawannya.
commit to user
Seperti pada PP sebagai pemasok, target level KBM IKB sebagai pemanufaktur dapat dicapai baik dari segi ekonomi, lingkungan, dan sosial. Dari segi ekonomi, profit KBM IKB yang ditargetkan 2% lebih besar dari profit KBM IKB semula dapat dicapai. Dari segi lingkungan, pengurangan limbah yang dihasilkan dari pengolahan log jati adalah lebih kecil atau sama dengan 3% dari total limbah hasil pengolahan log jati. Pengurangan limbah ditargetkan pada level yang kecil karena KBM IKB telah memaksimalkan penggunaan log jati dalam proses produksinya. Semakin sedikit limbah yang dihasilkan maka akan semakin baik karena log jati digunakan secara optimal. Dari segi sosial, KBM IKB dapat memberikan Alat Pelindung Diri (APD) untuk karyawan yang bekerja di lantai produksi. Hal ini diharapkan agar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) karyawan KBM IKB dapat meningkat.