Sarekat Islam (SI)

1. Sarekat Islam (SI)

Organisasi Sarekat Islam didirikan pada akhir tahun 1911 atau awal tahun 1912 6 di Surakarta oleh Samanhoedi, seorang pengusaha batik di Laweyan. Sarekat Islam Surakarta ini merupakan perkembangan dari Sarekat Dagang Islam (SDI) Surakarta yang didirikan atas inisiatif H. Samanhoedi. Terbentuknya

6 Van Niel menyebut tahun 1911 sebagai tahun didirikannya, tetapi pengamat-pengamat Eropa serperti Rinkes menyebut bahwa tanggal didirikannya

tidak lama setelah Februari 1912 A. P. E. Korver, Sarekat Islam. Gerakan Ratu Adil? , ( Jakarta: Grafiti Press, 1985), hlm, 11.

commit to user

bekerjasama dengan tokoh pendiri Sarekat Dagang Islam di Bogor. Penghapusan kata “dagang” dilakukan pada tahun 1912 dengan pertimbangan agar keanggotaannya bersifat lebih terbuka, bukan hanya untuk kaum pedagang. Syarat utama untuk bergabung menjadi anggota SI adalah beragama Islam. Masalah profesi menjadi lebih longgar karena tidak hanya dari kaum pedagang saja.

Terbentuknya Sarekat Islam Surakarta berawal dari keprihatinan Samanhoedi melihat keadaan bangsanya yang menjadi tangan bawah pemerintah kolonial. Menurut pemikirannya tekanan intensif pemerintah kolonial terhadap Bumiputera kian menjadi-jadi pasca kegagalan Perang Diponegoro. Kesempatan penjajah untuk mengeksploitasi rakyat semakin besar. Sejak itu di kalangan bangsa Indonesia mulai timbul gejala rendah diri yang lama-kelamaan menjadi rasa perbudakan. Rakyat kehilangan semangat dan patuh terhadap perintah penguasa meskipun mereka menyadari tindakan pemerintah tidak adil. Jika jiwa budak itu dibiarkan berkelanjutan, akibatnya kelangsungan hidup bangsa Indonesia akan hancur oleh karena itulah timbul pikiran-pikiran untuk memperkuatkan bidang keagamaan dan perdagangan. Tidak cukup sampai di situ, Samanhoedi juga menginginkan adanya pendidikan yang maju bagi pribumi. Jawaban dari keinginan-keinginannya adalah dengan membentuk Sarekat Islam yang pada saat itu telah menunjukkan adanya kesadaran berbangsa, bukan sekedar

komersil. 7

7 Lilik Yulianti, op.cit, hlm. 63-64.

commit to user

menunjukkan kekuatan mereka terhadap penindasan dari pemerintah kolonial dengan ideologi Islam yang menjadi dasar pengikat kuat para anggotanya. Tujuan dirikan Sarekat Islam dapat dilihat dari rumusan Anggaran Dasar organisasi. Menurut Anggaran Dasar Sarekat Islam yang disahkan di hadapan notaries B. Ter Kuille, organisasi ini bertujuan untuk:

1) Memajukan Perdagangan.

2) Memberi pertolongan kepada para anggota yang mendapat kesukaran yang terjadi bukan karena disengaja.

3) Memajukan kepandaian dan pengetahuan serta segala hal yang menjadikan kesenangan dan kemuliaan Bumiputera supaya derajat anak negeri terangkat.

4) Melawan pengertian yang sesat tentang agama Islam dan memajukan agama tersebut menurut hukum syariat dan cara agama itu. 8 Kegiatan-kegitan SI terarah guna meningkatkan kesejahteraan hidup para anggotanya. Upaya peningkatan kesejahteraan tersebut dibagi menjadi empat jenis, yaitu: 1) meningkatkan semangat dagang dan kepentingan materiil rakyat Indonesia dalam lapangan dagang, kerajinan dan pertanian; 2) memberikan bantuan kepada anggota yang sedang dalam kesulitan; 3) meningkatkan

pendidikan; 4) meningkatkan kehidupan beragama di kalangan anggota. 9

8 Tjaja Hindia, No. 12 Tahoen II, 1913.

9 Korver, op.cit, hlm.89.

commit to user

penyebaran perdagangan orang-orang Cina, selain itu juga melakukan pembelaan terhadap penghinaan kolonial Belanda terhadap agama Islam. Awalnya SI merupakan gerakan reaktif terhadap situasi kolonial. Pada langkah berikutnya gerakan SI menuju kearah rekonstruksi kehidupan bangsa yang kemudian menentukan identitasnya hingga akhirnya arah pergerakan SI tertuju pada agama sebagai pengikat anggotanya untuk membangkitkan revivalisme agama islam dan mengembangkan nasionalisme.

Syarat menjadi anggota SI bersifat longgar, calon anggota berumur sekurang-kurangnya 18 tahun dengan keharusan mengucap sumpah setia yang bersifat setengah keagamaan. Selain itu juga diharuskan membayar iuran keanggotaan minimal f 0,30. Para anggota harus mematuhi para pemimpin dan

peraturan-peraturan organisasi. 10

Pada perkembangannya di tahun 1913, syarat menjadi anggota SI mengalami perubahan. Mereka yang hendak masuk menjadi anggota SI dituntut harus bersih kelakuannya. Anggota SI yang reputasinya buruk dikenakan masa percobaan selama setengah tahun, selama waktu itu orang harus membuktikan bahwa telah memperbaiki kehidupannya, barulah ia diperkenankan menjadi anggota SI. Ketika sudah menjadi anggota mereka harus berjanji, antara lain, akan berusaha menanmbah pengetahuan, bersikap tidak berlebih-lebihan dalam segala

10 Lilik Yulianti, op.cit, hlm. 69-70.

commit to user

lain. 11 Mereka yang menjadi anggota adalah orang yang pantas dan berkelakuan baik. Mereka haruslah ikhlas dan suci hatinya, sanggup mentaati peraturan perhimpunan, dan sanggup menjalankan apa yang diperintahkan oleh perhimpunan Sarekat Islam, diantaranya;

a. Anggota harus mau mengalah demi kemaslahatan umum, namun bukan berarti mau dikalahi.

b. Anggota tidak boleh berkelakuan seperti hewan, panas hati, dengki, jahil, menghasut, dan sebagainya.

c. Anggota tidak boleh „menyukai‟ anak, istri, atau ibu dari para anggota SI.

d. Anggota dilarang berbuat segala hal yang bisa merusak perhimpunan, melakukan tindakan yang mengganggu pemerintah negeri dan keselamatan

umum. 12 Keorganisasian SI tidaklah memberatkan para anggotanya. Tujuan yang hendak dicapai organisasi ini, bersifat praktis dan yang melihat realita yang terjadi pada waktu itu. Hal-hal demikian mempercepat tumbuh kembangnya Sarekat Islam, sehingga dalam waktu singkat SI dapat menarik massa dalam jumlah besar dan Laweyan sebagai tempat lahir serta pusat kegiatan Sarekat Islam (SI) Surakarta, daerah ini juga sebagai pusat gerakan ekonomi dan keagamaan di

Surakarta. 13

11 Korver, op.cit, hlm. 52.

12 Tjaja Hindia, No. 1 Tahoen II,1913.

13 Lilik Yulianti, op.cit, hlm. 71

commit to user

Maret 1913 yang bertujuan untuk memilih pengurus besar yang selanjutnya bernama Centraal Comite . Melihat kenyataan yang terjadi pada tahun 1913, Sarekat Islam telah berhasil menembus benteng keraton dan menarik beberapa bangsawan istana, terutama Pangeran Hangabehi (putra PB IX).

Paku Buwana X memandang Sarekat Islam sebagai suatu organisasi yang dapat membantunya mengembalikan kekuasaan para birokrat tradisional. Paku Buwana X tidak terlibat langsung, tetapi bentuk dukungan yang ia berikan untuk SI tercermin dalam bantuannya dengna menyumbangkan uang secara diam- diam untuk membangun beberapa masjid seperti yang terdapat di Langenharjo,

Boyolali, Ampel, Kedung Gudel, dan lain-lain. 14

Samanhoedi selaku pemimpin SI memberikan masukan kepada raja. Ia katakan bahwa raja adalah khalifah, penerus Nabi dan wakil Tuhan. Tidak pantas

jika raja tunduk pada perintah orang lain apalagi mereka adalah “orang-orang kafir”. Pernyataan demikian merupakan bentuk upaya SI untuk menarik dukungan

pihak keraton agar legitimasi organisasi ini semakin kokoh. 15

Pada awal munculnya SI, keraton belum menunjukkan keterlibatannya dalam organisasi bentukan Samanhoedi ini. Hubungan dengan keraton baru berubah setelah di Surakarta juga berdiri Sarekat Islam afdeling Surakarta. Karena nasionalisme Jawa pada hakekatnya merupakan reaksi terhadap dominasi orang asing dan campur tangan yang semakin banyak dalam adat istiadat Jawa. Suatu

14 Retno Cahyanti Nurpramesti, “Hubungan Kasunanan Surakarta dengan Pergerakan Sarekat Islam 1912-1921 ”, Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, (Surakarta: UNS, 2002), hlm. 59.

15 Ibid, hlm. 57.

commit to user

pembesar-pembesar istana lainnya untuk melawan pegawai-pegawai pemerintah yang banyak dipengaruhi oleh politik pemerintah Hindia Belanda.

Sunan diuntungkan dengan kehadiran SI sebab organisasi ini dapat ia manfaatkan sebagai alternative untuk menegakkan kembali kekuasaannya yang sudah berkurang sebagai akibat penetrasi pemerintah kolonial. Sarekat Islam hidup subur di daerah pedesaan Surakarta. Hal tersebut sebagai bukti bahwa gerakan politik di Surakarta mendapat dukungan dari lapisan atas yang terdiri dari para bangsawan dan priyayi, serta lapisan bawah. Baik Sunan maupun Sarekat Islam dalam hal ini bekerjasama dengan memobilisasi massa untuk mencari perimbangan kekuasaan yang secara tegas berguna untuk menanggulangi

pengaruh Barat yang semakin meluas. 16

Perkembangan Sarekat Islam dibagi menjadi beberapa periode seperti pada periode pertama tahun 1911-1916, dimana jumlah seluruh anggota SI kira-kira

700.000 orang di 180 cabang SI. 17 Pada tahun 1919 pendukung organisasi ini

mengalami penurunan. Tahun 1921-1927 organisasi ini bersaing keras dengan penggolongan komunis, disamping juga mengalami tekanan-tekanan yang dilancarkan oleh pemerintah Hindia Belanda. Tahun 1927-1942 yang memperlihatkan usaha organisasi ini untuk tetap mempertahankan eksistensinya

di forum politik Indonesia. 18

16 Lilik Yulianti, op.cit, hlm. 102.

17 A.P.E. Korver, op.cit., hlm. 195.

18 Deliar Noer, Gerakan Moderen Islam di Indonesia 1900-1942, ( Jakarta: LP3ES, 1973), hlm. 114.

commit to user

Salah satu organisasi sosial Islam yang hadir di Indonesia pada awal permulaan abad 20, adalah Muhammadiyah. Organisasi ini didirikan di Yogyakarta tanggal 18 November 1912 oleh K.H. Ahmad Dahlan atas saran yang

diajukan oleh murid-muridnya. 19 K.H. Ahmad Dahlan menyadari bahwa

pendidikan Islam sudah sangat kuno. Pendidikan Islam tidak mampu menghadapi tantangan baru yang dibawa oleh misi Kristen yang mendapat dukungan dari kekuasaan Kolonial Belanda. Sistem pendidikan yang ingin didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan adalah berusaha menggabungkan sistem pengajaran pesantren dengan barat yaitu dengan memberikan pengajaran keagamaan juga ilmu umum

dengan menggunakan metode barat. 20

Organisasi ini mempunyai maksud “menyebarkan pengajaran Kanjeng Nabi Muhammad S.A.W kepada penduduk bumiputera” dan “ memajukan hal agama Islam kepada anggota- anggotanya”. Untuk mencapai ini Muhammadiyah bermaksud mendirikan lembaga-lembaga pendidikan, mengadakan rapat-rapat dan tabligh dimana dibicarakan masalah-masalah Islam, mendirikan wakaf dan masjid-masjid serta menerbitkan buku-buku, brosur-brosur, surat-surat kabar dan

majalah-majalah. 21

Lambang dari organisasi Muhammadiyah berupa: “matahari yang bersinar putih bersih dan cemerlang, dengan sinarnya sebanyak 12 yang memancar

19 Ibid, hlm. 84.

20 Retna Ariyanti, “Pendidikan

Muhammadiyah

sebagai Strategi

Pembaharuan Sosial di Surakarta (1930-1970) ” , Skripsi, (Surakarta: UNS,2010), hlm.19.

21 Javasche Courant No. 71, 4 September 1914 dalam Deliar Noer, Gerakan Moderen Islam di Indonesia 1900-1942 , ( Jakarta: LP3ES, 1973), hlm. 86.

commit to user

kesegenap penjuru”. Matahari yang menyinari alam semesta, matahari termasuk salah satu ciptaan Allah SWT yang sinarnya sangat berguna bagi kehidupan semua makhluk hidup termasuk manusia. Tanpa sinar matahari dunia akan menjadi gelap gulita. Muhammadiyah akan memberikan cahayanya yang berupa keyakinan bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan selain Allah dan sesungguhnya

Nabi Muhammad itu adalah pesuruh Allah. 22 Muhammadiyah menyeru kepada

umuat manusia agar dengan sadar bersedia memeluk agama Islam, pada hakekatnya hati mereka telah terang benderang, jauh dari kegelapan.

Dalam rangka mengukuhkan organisasi Muhammadiyah, K.H. Ahmad Dahlan mengajukan permintaan Recht Persoon (Badan Hukum) kepada Gubernur Jenderal Belanda di Jakarta. Permintaan itu baru dikabulkan pada 22 Agustus 1914 dengan surat ketetapan Gouvernement Besluit No.81 tertanggal 22 Agustus 1914. Gubernur Jenderal Willem Frederik Idenburg dalam surat izin tersebut

ditentukan bahwa Muhammadiyah diizinkan hanya untuk daerah Yogyakarta. 23

Selanjutnya pengurus Muhammadiyah mengajukan surat agar Muhammadiyah dapat berkembang di luar Yogyakarta. Pengajuan permohonan dikabulkan pemerintah Hindia Belanda dengan Surat Ketetapan Pemerintah No. 40 tanggal 16 Agustus 1920 yang mengijinkan Muhammadiyah untuk memperluas gerakannya se-karesidenan Yogyakarata. Setahun kemudian berkat kegigihan dan upaya para pengurus Muhammadiyah pada waktu itu, maka keluarlah surat Ketetapan No. 36

22 Retna Ariyanti, op.cit, hlm. 21.

23 Imam Samroni, dkk, Daerah Istimewa Surakarta, ( Yogyakarta: Pura Pustaka Yogyakarta,2010), hlm.92.

commit to user

untuk bergerak dan mengembangkan aktivitasnya diluar Yogyakarta. 24 Surat keputusan dari pemerintah Hindia Belanda tahun 1921 tersebut memuat ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

1. Mensyahkan berdirinya Persyarikatan Muhammadiyah di Hindia Belanda untuk jangka waktu 29 tahun sejak tanggal berdirinya, dan diberi hak untuk menjalankan misinya dengan mengadakan berbagai kegiatan dan memyelenggarakan amal usaha sesuai dengan misi tersebut.

2. Karena Muhammadiyah berbadan hukum barat, maka dipersamakan kedudukannya dengan bangsa atau orang Belanda didalam dan diluar pengadilan.

3. Setiap kali ijin berdirinya habis, masa berlakunya dapat meminta perpanjangan.

Permohonan itu isinya agar Muhammadiyah diijinkan memperluas organisasinya ke seluruh nusantara, maka maksud dan tujuan Muhammadiyah berubah menjadi:

1. Memajukan dan menggembirakan pengajaran dan pelajaran Agama Islam di Hindia Belanda.

2. Memajukan dan menggembirakan kehidupan (cara hidup) sepanjang

kemauan Agama Islam kepada lid-lidnya. 25

24 Uittreksel: Uit het Register der Besluit van den Gouverneur General van Nederlands-Indie No. 36 Batavia den 2 den September 1921 dalam Retna

Ariyanti, Pendidikan Muhammadiyah sebagai Strategi Pembaharuan Sosial di Surakarta (1930-1970), Skripsi, ( Surakarta: UNS,2010), hlm. 23.

commit to user

hambatan yang Ia alami, baik secara fisik maupun mental. Cobaan itu bukan saja dari masyarakat sekitar melainkan juga dari pihak keluarganya. Berbagai tuduhan, fitnah dan hasutan dilemparkan kepadanya. Ada yang menuduh dia ingin mendirikan agama baru yang menyalahi agama Islam, ada pula yang menuduhnya kiai palsu atau kiai kafir, karena Ia meniru cara-cara Barat. Bahkan ada pula yang ingin membunuhnya. Namun seluruh hambatan tersebut diterimanya dengan lapang hati dan keyakinan bahwa apa yang Ia lakukan adalah suatu kebenaran.

Cikal bakal terbentuknya Muhammadiyah di Surakarta berawal dari organisasi Islam yang bernama SATV. Organisasi ini dibentuk pada tahun 1917 ol eh K.H. Ahmad Dahlan, merupakan kepanjangan dari “ Sidiq Amanah Tabligh Vatonah”. Tujuannya utamanya adalah memperkuat kebenaran Islam dan memajukan Islam meniru Muhammadiyah Yogyakarta. Dasar keyakinan SATV

adalah membuat agama Islam “bergerak” yang sekaligus menjadi slogan SATV. Dasar dan tujuan dari SATV sama dengan Muhammadiyah. SATV merupakan

akronim dari sifat-sifat nabi yang memiliki arti sebagai berikut:

1. Sidiq atau jujur, untuk menjadi seorang pemimpin yang baik sangatlah diperlukan adanya kejujuran.

2. Amanah atau dapat dipercaya, apabila seseorang ingin menjadi pemimpin yang baik diperlukan adanya sifat amanah, maka masyarakat yang dipimpin tidak akan menjadi lemah.

25 Retna Ariyanti, “Pendidikan Muhammadiyah sebagai Strategi Pembaharu an Sosial di Surakarta (1930-1970) ” , Skripsi, ( Surakarta: UNS,2010), hlm.23-24.

commit to user

atau kebenaran dan kebaikan kepada rakyat yang dipimpin.

4. Vatonah atau cerdas, seorang pemimpin haruslah cerdas selain itu juga dituntut kreatif dan inovatif dalam menghadapi masalah yang ada agar

dapat memajukan rakyatnya. 26

Misbach tampil sebagai mubaligh terkemuka SATV, bukan karena kata- katanya tetapi karena perbuatan dan usahanya untuk menggerakkan Islam, mengadakan pertemuan tabligh, menerbitkan jurnal, mendirikan sekolah, menentang tindakan melawan wabah penyakit yang merugikan serta semua bentuk-bentuk penindasan.

Aktivitas SATV tidak banyak berbeda dengan yang dilakukan oleh Muhammadiyah Yogyakarta. Sama halnya dengan Muhammadiyah, SATV mengadakan pertemuan tabligh, mendirikan sekolah Bumiputera modern dengan memadukan pelajaran keagamaan dan ilmu pengetahuan, mulai menerjemahkan Al- Qur‟an dan teks-teks keagamaan klasik berbahasa Arab ke dalam bahasa Jawa.

Medan Moeslimin 27 dan Islam Bergerak 28 menjadi media propaganda SATV.

26 Ibid, hlm. 43-44.

27 Medan Moeslimin berdiri tahun 1916. Media bulanan dengan penyampaian bahasa Jawa dan Melayu, dipimpin dan diterbitkan oleh H. Misbach

di Kauman Solo dengan pembantu utamanya Sastrosiswoyo dan pembantu- pembantu tetap Marco Kartodikromo sebagai redaktur Doenia Bergerak, Raden Sosrokornia sebagai redaksi administrasi Sarotama, Mas Ngabehi Sastrosadargo dari Jawi Kondo. Media ini merupakan bentuk kerja sama surat kabar yang menjadi kebanggan pada waktu itu. Medan Moeslimin terbit tiap tanggal 15. Nomor pertama tahun 1 terbit pada 15 Januari 1916.

28 Islam Bergerak berdiri tahun 1917, surat kabar ini menggunakan sebagian aksara dan bahasa Jawa sebagian lagi aksara latin bahasa Jawa. Nomor 1 tahun 1

terbit di Surakarta pada Senin Legi tanggal 1 Januari 1917. Terbit tiga kali dalam sebulan dengan redaktur Joyodikromo, Tohir dan Kusen.

commit to user

Muhammadiyah pusat dalam 2 hal yaitu; (1) Muhammadiyah menempati posisi strategis di tengah masyarakat keagamaan Yogyakarta, sedang SATV dipimpin oleh seorang pedagang batik muslim saleh yang merasa dikhianati oleh pejabat- pejabat keagamaan dan manipulasi melalui kebohongan, penipuan yang dilakukan pemerintah kapitalius dan misionaris Kristen. (2) Militansi Propaganda Muhammadiyah bergerak atas dasar keyakinan bahwa bekerja untuk Muhammadiyah berarti hidup sebagai Muslim sejati. Militansi SATV berasal dari ketakutan akan manipulasi dan dari keinginan membuktikan keislaman mereka

melalui perbuatan. 29

Tahun 1921, Muhammadiyah Yogyakarta sudah diijinkan mendirikan cabang-cabangnya di luar Yogyakarta. Pada 25 Januari 1922, K.H. Ahmad Dahlan didampingi oleh Muhammad Husni dan R.M. Prawirowiworo datang ke Surakarta untuk meresmikan berdirinya Muhammadiyah cabang Surakarta, namun Surat Ketetapan Resminya baru di keluarkan pada 1 Juli 1928 dengan Ketetapan (Besluit) No. 8 Tahun 1928. Diresmikannya SATV menjadi cabang dari Muhammadiyah maka SATV berubah nama menjadi Muhammadiyah Afdeling Surakarta (Muhammadiyah Cabang Surakarta). Setelah adanya perubahan nama baru ini, Muhammadiyah Cabang Surakarta dapat menjalankan pergerakannya dengan dasar dan tujuan yang sama dengan Muhammadiyah Yogyakarta yaitu

sesuai dengan Al- Qur‟an dan Hadist. 30

29 Takashi Shiraishi, Zaman Bergerak : Radikalisme Rakyat di Jawa 1912- 1926 , (Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti, 2005), hlm. 172.

30 Retna Ariyanti, op.cit, hlm 46-47.

commit to user

pengusaha batik kaya, generasi Misbach. Para pengusaha batik ini siap mengumpulkan dana dan menyumbangkan uang pribadi mereka untuk berbagai kegiatan Muhammadiyah cabang Surakarta, seperti penerbitan jurnal, pendirian sekolah Muhammadiyah, perpustakaan serta menyelenggarakan pertemuan tabligh.

Gambar. 1

Foto Pembukaan Konggres Muhammadiyah yang diselenggarakan di Alun-alun Selatan Solo tahun 1935

Kegiatan tabligh Muhammadiyah Surakarta pada awal berdirinya mempunyai tujuan untuk menumbuhkan rasa sebagai bagian dari Muhammadiyah

commit to user

Boechari. Sosoknya yang masih muda dan pintar, selain pandai membaca tulisan Arab juga menguasai dengan baik teks-teks agama serta dapat membaca tulisan Belanda. Aktivitas tabligh yang dilakukan Moechtar Boechari juga diterapkan di kalangan anggota muda Abdi Dalem Keraton Kasunanan Surakarta dan di kalangan siswa sekolah HIS (Sekolah Pribumi Belanda) dan Normal School (Sekolah Latihan Guru Bumiputera) yang sebagian murid-muridnya merupakan

anak-anak priyayi Solo. Aktivitas tabligh ini disebut Kursus Islam. 31 Seiring dengan perkembangan Muhammadiyah di Surakarta, pada tahun 1937 Sekolah Muhammadiyah resmi didirikan. Selain pendidikan, organisasi Muhammadiyah juga mendirikan organisasi khusus wanita yaitu Aisiyah, dan organisasi kepanduan pemuda Muhammadiyah Hisbul Wathan.