Peran Ulama dalam Kekuasaan Tradisional Jawa

B. Peran Ulama dalam Kekuasaan Tradisional Jawa

Ulama pada masa kepemimpinan Paku Buwono X memiliki peran penting dalam susunan struktur organisasi dalam Kasunanan Surakarta, hal ini dapat dilihat dan dicermati seperti berikut ini:

a. Jabatan Ulama

Dalam kehidupan sosial masyarakat ulama merupakan seorang tokoh masyarakat yang ahli dalam bidang agama, sebagai guru dan sebagai seorang pemimpin dalam urusan agama bagi masyarakat. Peranan ulama sebagai pemangku persoalan dalam bidang keagamaan di lingkungan Keraton Surakarta, diawali dengan diakuinya abdi dalem ulama sebagai pegawai kerajaan. Dalam melaksanakan tugas sebagai panatagama raja mengangkat

3 Ma‟mun Pusponegoro,dkk, Kauman: Religi, Tradisi dan Seni,

(Surakarta: Paguyuban Kampung Wisata Batik Kauman, 2007), hlm. 5.

commit to user

sekaligus menjadi penasehat raja. 4

Dalam struktur birokrasi di keraton Kasunanan Surakarta terdapat satu kelompok pejabat dimana merupakan bagian terpenting dari kerajaan ialah para ulama yang mengurusi masalah keagamaan serta kehidupan rohani dalam istana yang bertugas untuk membantu raja mengurusi ibadah agama Islam, masjid, upacara keagamaan serta urusan dalam pengadilan agama.

Ulama biasa juga berperan sebagai guru agama Islam, biasanya diantara mereka ada yang memiliki sekolah agama seperti madrasah dan pesantren. Masyarakat menganggap ulama adalah seorang pemimpin dan pemuka agama yang memiliki karisma luar biasa, selain mengetahui tentang pendidikan agama Islam juga dinilai mengetahui segalanya serta sebagai penasehat bagi masyarakat.

Islam dapat berkembang di dalam keraton karena adanya penghulu atau ulama yang masuk ke dalam birokrasi pemerintahan keraton. Adanya perkembanan zaman memberi pengaruh terhadap sikap dan bentuk sebuah pemikiran dan keputusan. Para ulama kraton dalam struktur birokrasi pemerintahan mengurusi masalah social keagamaan, dan kehidupan duniawi dan membawa pengaruh perubahan sesuai dengan perkembangan zaman.

4 Nur Lufika Muhiba, “Peran Penghulu Mangkunegaran Pada Masa Pemerintahan Mangkunegara VII Tahun 1916- 1944”, Skripsi, (Surakarta:

UNS,2008), hlm. 43.

commit to user

maupun di lingkungan kraton belum mengenal agama Islam lebih dalam banyak di antara mereka yang memuja patung dan belum mengetahui hukum Islam secara mendalam.

Hadirnya kelompok ulama ini bertujuan untuk memberi bimbingan dan pelajaran kepada masyarakat dan priyayi tentang kehidupan secara Islami. Ulama di mata masyarakat dianggap sebagai orang yang benar, ulama menjadi kelompok yang sangat di agungkan masyarakat dan memiliki anyak simpatisan.

Tabligh yang sekarang tampak sebagai perbuatan biasa, pada waktu itu adalah perbuatan luar biasa. Tabligh mempunyai dua implikasi, yaitu perlawan tidak langsung terhadap idolatry (pemuja tokoh) ulama dan perlawanan tidak langsung terhadap mistifikasi agama (agama di buat misterius). Seperti yang diketahui pada waktu itu kedudukan ulama dalam masyarakat sangat tinggi. Mereka adalah mediator antar manusia dengan Tuhan, elit agama dalam

masyarakat dan guru dalam menyampaikan agama. 5

b. Kriteria Ulama

Ulama berasal dari bahasa Arab dan semula merupakan bentuk jamak dari kata „alim‟, yang berarti orang yang pandai dalam ilmu pengetahuan

tentang agama Islam. Dalam kehidupan bermasyarakat, ulama mempunyai kedudukan sosial yang tinggi.

5 Abdul Munir Mulkhan, Islam Murni Dalam Masyarakat Petani, (Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya, 2000), hlm. xiv.

commit to user

birokrasi. Ulama bebas yaitu ulama yang berada di tengah-tengah masyarakat, untuk membantu masyarakat dalam urusan keagamaan, tidak tergantung pada penguasa, serta lebih mendekatkan diri kepada lapisan masyarakat kelas bawah.

Ulama bebas mengembangkan sikap budaya sendiri dan dalam lapangan politik cenderung bersikap kritis terhadap penguasa. Dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, ulama bebas lebih dekat hubungannya dengan golongan bawah dari pada golongan atas. Kewibawaan serta karismanya didapatkan atas dasar kesalehan dan kemampuan serta pengetahuan keIslaman yang

dimilikinya. 6

Ulama terikat adalah Ulama yang berada di dalam birokrasi pemerintahan, ulama ini menjadi seorang abdi dalem kraton. Dalam bidang politik Ulama terikat sehingga tidak begitu leluasa seperti ulama bebas. Ulama terikat ini diangkat menjadi seorang pegawai kraton berdasarkan pilihan. Ulama terikat mengabdikan hidup dan ilmu agamanya untuk kepentingan

didalam pemerintahan atau di dalam kraton. 7

Menjadi seorang Ulama terikat tidaklah mudah, dibutuhkan pengetahuan ilmu agama Islam dan minimal telah menyelesaikan sekolah atau madrasah penghulu baik di pesantren maupun dari lulusan madrasah penghulu sendiri. Mempunyai pengetahuan yang luas, serta mampu dalam mengemban tugas di

6 Nur Lufika, op.cit, hlm. 46.

7 Ibid.

commit to user

pemerintahan bagi Land Raad. 8