Latar Belakang Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN 4. Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, MHum

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lembaga keuangan di Indonesia dibedakan menjadi dua yaitu lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan bukan bank. Dalam praktek kehidupan sehari- hari lembaga keuangan yang sudah tidak asing dikenal oleh masyarakat adalah bank. Bank merupakan salah satu bentuk lembaga keuangan yang bertujuan untuk memberikan kredit, pinjaman dan jasa-jasa keuangan lainnya, sehingga dapat dikemukakan bahwa fungsi bank pada umumnya adalah melayani kebutuhan pembiayaan dan melancarkan mekanisme sistim pembayaran bagi banyak sektor perekonomian. Lembaga pembiayaan merupakan salah satu bentuk usaha di bidang lembaga keuangan non bank yang mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembiayaan dan pengelolaan salah satu sumber dana pembangunan di Indonesia. Kegiatan lembaga pembiayaan dilakukan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal dengan tidak menarik dana secara langsung dari masyarakat melalui deposito, tabungan, giro dan surat sanggup bayar. Berdasarkan pengalaman usaha sewa guna usaha, maka pada tahun 1988 pemerintah mengeluarkan Paket Kebijaksanan 20 Desember 1988 atau pakdes 1988 yang mulai memperkenalkan usaha lembaga pembiayaan yang tidak hanya sewa guna usaha saja, tetapi juga meliputi jenis-jenis usaha pembiayaan lainnya. Paket 1 Universitas Sumatera Utara 2 kebijaksanaan Desember 1988 yang dikeluarkan oleh pemerintah dituangkan dalam keputusan presiden No. 61 tahun 1988 tanggal 20 Desember 1988 tentang lembaga pembiayaan dan keputusan menteri keuangan No. 125KMK.0131988 tanggal 20 Desember 1988 tentang Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan. Adanya keputusan Presiden ini, maka kegiatan lembaga pembiayaan diperluas sehingga menjadi 6 enam jenis kegiatan usaha yang meliputi: 1 1. Sewa Guna Usaha Leasing 2. Modal VenturaVenture Capital 3. Anjak Piutang Factoring 4. Pembiayaan Konsumen Consumer Finance 5. Kartu Kredit Credit Card 6. Perdagangan, Surat Berharga Security Wesel Salah satu sistim pembiayaan alternatif yang cukup berperan aktif dalam menunjang dunia usaha akhir-akhir ini yaitu pembiayaan konsumen atau dikenal dengan istilah consumer finance. Berdasarkan Pasal 1 angka 6 Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1988 Tentang Lembaga Pembiayaan, perusahaan pembiayaan konsumen adalah Badan usaha yang melakukan pembiayaan pengadaan barang untuk kebutuhan konsumen dengan sistim pembayaran berkala. Sejak diumumkannya Paket Kebijaksanaan 20 Desember 1988 Pakdes 20, 1988, mulai diperkenalkan pranata hukum baru di Indonesia, salah satu diantaranya 1 Budi Racmat, Multi Finance Sewa Guna Usaha, Anjak Piutang, Pembiayaan Konsumen, Jakarta: Pustaka Mandiri, 2002, hal. 1-2 Universitas Sumatera Utara 3 adalah Pembiayaan Konsumen. Dengan memanfaatkan Lembaga Pembiayaan ini, masyarakat yang tadinya sulit untuk membeli barang kebutuhannya secara tunai, kini dengan bantuan Pembiayaan Konsumen kebutuhan mereka dapat terpenuhi. Konsumen yang berkepentingan menghubungi Perusahaan Pembiayaan Konsumen agar dapat membayar secara tunai harga barang kebutuhan yang dibelinya dari pemasok Supplier dengan ketentuan pembayaran kembali harga barang itu kepada Perusahaan Pembiayaan Konsumen dilakukan secara angsuran. Dengan cara demikian, kebutuhan masyarakat konsumen dapat terpenuhi secara wajar. 2 Pembiayaan Konsumen ini mendapat dasar dan momentumnya dengan dikeluarkannya Keppres No 61 Tahun 1988 tentang Lembaga Pembiayaan yang kemudian ditindaklanjuti dengan Keputusan Menteri Keuangan No. 1251KMK.0131988 tentang “Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan, sebagaimana telah berkali-kali diubah, terakhir dengan Keputusan Menteri Keuangan RI No. 448KMK 0172000 tentang Perusahaan Pembiayaan”. Dimana ditentukan bahwa salah satu kegiatan dari Lembaga Pembiayaan tersebut adalah menyalurkan dana dengan sistem yang disebut “Pembiayaan Konsumen”. Menurut ketentuan Pasal 1 angka 6 Keppres Nomor 61 Tahun 1988 tentang Lembaga Pembiayaan, Pembiayaan Konsumen adalah pembiayaan pengadaan barang untuk kebutuhan konsumen dengan sistem pembayaran angsuran atau berkala. 2 Abdulkadir Muhammad dan Rilda Murniati, Segi Hukum Lembaga Keuangan dan Pembiayaan, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2000, hal. 250. Universitas Sumatera Utara 4 Berdasarkan definisi tersebut dapat dipahami dan dirinci unsur-unsur pengertian Pembiayaan Konsumen sebagai berikut: 3 1. Subjek adalah pihak-pihak yang terkait dalam hubungan hukum pembiayaan konsumen, yaitu Perusahaan Pembiayaan Konsumen kreditor, Konsumen debitor, dan penyedia barang PemasokSupplier. 2. Objek adalah barang bergerak keperluan konsumen yang akan dipakai untuk keperluan hidup atau keperluan rumah tangga, misalnya televisi, kulkas, mesin cuci, alat-alat dapur, perabot rumah tangga, kendaraan, dan lain-lain. 3. Perjanjian adalah perbuatan persetujuan pembiayaan yang diadakan antara Perusahaan Pembiayaan Konsumen dan konsumen, serta jual beli antara pemasok dan konsumen. Perjanjian tersebut didukung oleh dokumen- dokumen. 4. Hubungan kewajiban dan hak, dimana perusahaan pembiayaan konsumen wajib membiayai harga pembelian barang keperluan konsumen dengan membayar tunai kepada pemasok untuk kepentingan konsumen, sedangkan konsumen wajib membayar harga barang secara angsuran kepada perusahaan pembiayaan konsumen dan pemasok wajib menyerahkan barang kepada konsumen. 5. Jaminan berupa kepercayaan terhadap konsumen debitor merupakan jaminan utama bahwa konsumen dapat dipercaya untuk membayar angsurannya sampai selesai. Barang yang dibiayai oleh perusahaan 3 Ibid., hal.246. Universitas Sumatera Utara 5 pembiayaan konsumen merupakan jaminan pokok secara fidusia, semua dokumen kepemilikan barang dikuasai oleh perusahaan pembiayaan konsumen fiduciary transfer of ownership sampai angsuran terakhir dilunasi. Di samping kedua jaminan yang disebutkan itu, pengakuan hutang promissory notes merupakan jaminan tambahan. Konsumen adalah pihak yang paling mengetahui barang-barang yang dibutuhkannya dan mempunyai inisiatif pertama untuk menghubungi perusahaan pembiayaan konsumen. Sebelum menghubungi perusahaan tersebut, konsumen telah menetapkan daftar barang yang dibutuhkan dengan harganya berdasarkan penawaran dari pihak pemasok. Atas permohonan konsumen, perusahaaan pembiayaan konsumen menyiapkan dokumen pendahuluan berupa barang permohonan kredit credit application form untuk diisi oleh konsumen, barang permohonan kredit tersebut kemudian diperiksa oleh petugas yang ditunjuk oleh perusahaan surveyor report, dan bila sudah memenuhi syarat, perusahaan menerbitkan Surat Persetujuan Kredit Credit Approval Memorandum. 4 Pada era globalisasi saat ini, masalah kebutuhan dan pemenuhan kebutuhan hidup merupakan sebuah ungkapan yang tidak asing dalam lingkup perekonomian, kebutuhan yang tak terbatas dengan alat pemenuhan yang sangat terbatas, hal yang demikian akibat pada masyarakat tidak diimbangi dengan kemampuan sumberdaya manusia yang memadai. Pada akhirnya akan menimbulkan berbagai masalah 4 Ibid, hal.253. Universitas Sumatera Utara 6 keuangan bagi sebagian kalangan yang tingkat perekonomiannya menengah ke bawah. Keinginan individu terhadap pemenuhan pangan, sandang dan papan, baik yang kebutuhan barang atau jasa, merupakan kebutuhan mendasar yang tidak dapat dielakkan begitu saja, sehingga pentingnya pemenuhan terhadap segala aspek kebutuhan yang ada menyebabkan setiap individu masyarakat berusaha untuk mencari barangjasa yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Pada akhirnya banyak masyarakat yang menggunakan jasa perusahaan finansial yang memberikan alternatif jasa permodalan, pembiayaan maupun tabungan kepada masyarakat, sehingga masyarakat dapat memilih salah satu dari sekian banyak alternatif yang dipandang sesuai untuk meningkatkan kesejahteraan pribadi masyarakat yang bersangkutan. Dengan begitu masyarakat ingin mengedepankan sebuah kualitas kehidupan yang ditunjang oleh kualitas penghasilan secara ekonomi. Salah satu alternatif yang ditawarkan bagi masyarakat yang menginginkan tambahan modal ataupun hanya sekedar keluar dari permasalahan keuangan untuk membangun dan mengembangkan usahanya adalah dengan memanfaatkan jasa lembaga pembiayaan dalam bentuk pembiayaan konsumen. Lahirnya pemberian kredit dengan sistem pembiayaan konsumen ini sebenarnya sebagai jawaban atas kenyataan-kenyataan sebagai berikut: 5 1. Bank-bank kurang tertarik atau tidak cukup banyak dalam menyediakan kredit kepada konsumen yang umumnya merupakan kredit-kredit berukuran kecil. 5 Munir Fuady, Hukum tentang Lembaga Pembiayaan Dalam Teori dan Praktek, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2002, hal.163. Universitas Sumatera Utara 7 2. Sumber dana yang formal lainnya banyak keterbatasan atau sistemnya yang kurang fleksibel atau tidak sesuai kebutuhan. 3. Sistem pembayaran informal seperti yang dilakukan oleh para lintah darat dirasakan sangat mencekam masyarakat sehingga sistem seperti ini sangat dibenci dan dianggap sebagai riba dan banyak negara maupun agama melarangnya. Pembiayaan konsumen juga menerapkan prinsip-prinsip umum yang berlaku dalam perkreditan. Prinsip-prinsip yang dimaksud adalah The 5 C’s of credit yaitu collateral, capacity, character, capital, condition of economy. Jaminan pokok ini berupa barang modal hasil pembelian dari transaksi pembiayaan konsumen itu sendiri. Jika pembiayaan konsumen digunakan untuk membeli sepeda motor, maka sepeda motor yang bersangkutan menjadi jaminan pokoknya. Jaminana tersebut dibuat dalam bentuk fiduciary transfer of ownership fiducia, maka biasanya seluruh dokumen yang berkaitan dengan kepemilikan barang yang bersangkutan akan dipegang oleh pihak perusahaan pembiayaan konsumen sampai angsuran dilunasi oleh konsumendebitur. 6 Pada kenyataannya bisnis pembiayaan konsumen ini memang bukanlah tanpa resiko. Sebagai suatu pemberian kredit, salah satu resiko itu adalah macetnya pembayaran angsuran oleh konsumen, dalam hal ini berarti terdapat adanya kredit bermasalah. Kredit bermasalah adalah kredit dengan kolektibilitas macet ditambah dengan kredit-kredit yang memiliki kolektibilitas diragukan yang mempunyai potensi menjadi macet. Kredit bermasalah dan kredit macet selalu dilihat dan diukur dari kolektibilitas kredit yang bersangkutan. 7 Suatu kredit dikatakan macet sejak tidak 6 Sunaryo, Hukum lembaga pembiayaan, Jakarta: Sinar Grafika, 2008, hal. 100 7 Adbulkadir Muhammad, Rilda Murniati, Op.cit., hal. 68 Universitas Sumatera Utara 8 ditepatinya atau tidak dipenuhinya ketentuan yang tercantum dalam perjanjian kredit, yaitu apabila debitur selama tiga kali berturut-turut tidak membayar angsuran dan bunganya. Akibat adanya kredit bermasalah ini, dapat menyebabkan lembaga pembiayaan mengalami kesulitan terutama menyangkut dengan tingkat kesehatan keuangan lembaga pembiayaan, yang berarti terjadi kemerosotan kinerja sekaligus terhadap nilai suatu perusahaan. Pada perjanjian pembiayaan dengan jaminan fidusia terdapat klausula yang menyatakan bahwa apabila debitur tidak melunasi hutangnya atau tidak memenuhi kewajibannya kepada kreditor maka tanpa melalui pengadilan lebih dahulu, kreditor berhak dan memberi kuasa substitusi kreditor untuk melakukan tindakan yang diperlukan, misalnya mengambil di manapun dan di tempat siapapun barang tersebut berada dan menjual di muka umum atau secara di bawah tangan. Klausula perjanjian seperti di atas dicantumkan oleh hampir semua lembaga pembiayaan termasuk pada Perjanjian Pembiayaan Dengan Jaminan Fidusia yang dibuat oleh Astra Credit Companies ACC. PT Astra Credit Company ACC Medan adalah salah satu perusahaan yang bergerak dibidang pembiayaan mobil. Perusahaan ini membantu konsumen dalam melakukan pembelian mobil baik secara tunai dan secara angsuran cicilan untuk segala jenis merk mobil. Perusahaan ini bekerjasama dengan dealer - dealer mobil seperti BMW, Peugeot, Toyota, Daihatsu, Isuzu. Perusahaan ini. Astra Credit Company ACC juga memiliki cabang di Indonesia salah satunya adalah Aceh dan Medan dan pusatnya adalah di Jakarta. Agar dapat bertahan dalam persaingan yang ada diperlukan suatu strategi yang tepat dari pihak Universitas Sumatera Utara 9 manajemen perusahaan agar dapat menghasilkan kinerja perusahaan secara efektif dan efisien. Pada pelaksanaan sehari-hari, sebelum keputusan untuk mengambil tindakan pengambilan barang di manapun dan di tempat siapapun, Astra Credit Companies ACC masih menempuh tindakan-tindakan yang bersifat persuasif. Tahapan tindakan persuasif yang diambil ini ada yang sepenuhnya ditempuh oleh Astra Credit Companies ACC, namun terkadang terdapat tahapan tindakan persuasif yang tidak dilalui, yaitu bila dipandang debitur sudah bertikad buruk. Terhadap pembiayaan bermasalah yang timbul dalam pembiayaan konsumen ini, diperlukan penanganan dengan segera oleh pihak lembaga pembiayaan agar tidak berkelanjutan menjadi pembiayaan macet yang jika persentasenya terus meningkat akan dapat mempengaruhi tingkat kesehatan suatu perusahaan. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pembiayaan bermasalah serta pola penyelesaian yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan konsumen atas pembiayaan bermasalah tersebut serta titelalas hak dalam pemberian dana dari lembaga pembiayaan ke konsumen dalam suatu penelitian yang berjudul: Analisis terhadap Alternatif Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah pada PT. Astra Credit Company Studi Kasu Said Fahli di PT Astra Credit Company Cabang Medan Universitas Sumatera Utara 10

B. Permasalahan

Dokumen yang terkait

Analisa Pengakuan Pendapatan Atas Penjualan Angsuran Mobil Pada PT Astra Credit Company Medan

55 289 79

Perlindungan Hukum Terhadap Tertanggung Asuransi Kendaraan Bermotor Yang Terikat Perjanjian Pembiayaan Konsumen (Studi Pada PT. Astra Credit Company Cabang Medan)

0 1 8

Perlindungan Hukum Terhadap Tertanggung Asuransi Kendaraan Bermotor Yang Terikat Perjanjian Pembiayaan Konsumen (Studi Pada PT. Astra Credit Company Cabang Medan)

0 0 1

Perlindungan Hukum Terhadap Tertanggung Asuransi Kendaraan Bermotor Yang Terikat Perjanjian Pembiayaan Konsumen (Studi Pada PT. Astra Credit Company Cabang Medan)

0 1 15

Perlindungan Hukum Terhadap Tertanggung Asuransi Kendaraan Bermotor Yang Terikat Perjanjian Pembiayaan Konsumen (Studi Pada PT. Astra Credit Company Cabang Medan)

0 0 16

Perlindungan Hukum Terhadap Tertanggung Asuransi Kendaraan Bermotor Yang Terikat Perjanjian Pembiayaan Konsumen (Studi Pada PT. Astra Credit Company Cabang Medan) Chapter III V

0 0 43

Perlindungan Hukum Terhadap Tertanggung Asuransi Kendaraan Bermotor Yang Terikat Perjanjian Pembiayaan Konsumen (Studi Pada PT. Astra Credit Company Cabang Medan)

0 0 1

BAB II FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA PEMBIAYAAN BERMASALAH A. Tinjauan Umum Tentang Perjanjian - Analisis Terhadap Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah Pada Perusahaan Pembiayaan Astra Credit Company Di Medan (Studi Pada PT Astra Credit Company Cabang M

0 0 71

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Analisis Terhadap Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah Pada Perusahaan Pembiayaan Astra Credit Company Di Medan (Studi Pada PT Astra Credit Company Cabang Medan)

0 0 27

Analisis Terhadap Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah Pada Perusahaan Pembiayaan Astra Credit Company Di Medan (Studi Pada PT Astra Credit Company Cabang Medan)

0 0 13