45
Kegiatan pembiayaan dilakukan dalam suatu perjanjian, yaitu perjanjian pembiayaan. Perjanjian Pembiayaan Konsumen adalah pembayaran harga barang
tidak dibayar dalam satu kali pembayaran, tetapi dalam beberapa kali angsuran. Maksudnya, bahwa perusahaan pembiayaan berkewajiban utama memberikan
sejumlah uang untuk pembelian sesuatu barang konsumen, sementara konsumen berkewajiban utama untuk membayar kembali uang tersebut secara angsuran kepada
perusahaan pembiayaan. Perjanjian Pembiayaan Konsumen dibuat secara tertulis dan isinya telah
ditetapkan secara sepihak oleh perusahaan pembiayaan yang kemudian dituangkan dalam bentuk formulir-formulir, dibuat secara massal dan diberlakukan bagi semua
konsumen. Dengan demikian Perjanjian Pembiayaan Konsumen termasuk dalam Perjanjian StandarPerjanjian Baku karena konsumen tidak dapat mengubah,
menambah dan mengganti seluruh atau sebagian isi perjanjian.
B. Klausula Baku Dalam Suatu Perjanjian Pembiayaan
Klausula baku, atau umumnya dikenal orang sebagai perjanjian dengan syarat- syarat baku, standard contract, termuat dalam Pasal 1 angka 10, adalah:
“Setiap aturan atau ketentuan dan syarat-syarat yang telah dipersiapkan dan ditetapkan terlebih dahulu secara sepihak oleh pelaku usaha yang dituangkan
dalam suatu dokumen danatau perjanjian yang mengikat dan wajib dipenuhi oleh konsumen”.
61
Dengan ketentuan ini, setiap syarat dalam dokumen bon pembelian, bon parker, tanda terima pencucian pakaian, tanda penyerahan kiriman barang, kwitansi
61
Kutipan ps. 10 angka 1 UU Perlindungan Konsumen No.8 Tahun 1999.
Universitas Sumatera Utara
46
pembayaran biaya rumah sakitdokter dan yang sejenis, atau perjanjian perjanjian kredit bank, perjanjian pembelian rumah, perjanjian pembelian kendaraan bermotor
atau alat-alat elektronik, perjanjian asuransi, dan sejenisnya, dilarang digunakan sepanjang bertentangan dengan ketentuan termasuk Pasal 18 UU Perlindungan
Konsumen. Klausula baku itu batal demi hukum Pasal 18 ayat 3 terhitung sejak tanggal 20 April 2000. Klausula baku yang dilarang antara lain adalah larangan
pengalihan tanggung jawab, penolakan penyerahan barang atau uang kembali, pernyataan tunduknya konsumen pada aturan-aturan baku, tambahan, lanjutan
danatau pengubahan lanjutan yang dibuat sepihak oleh pelaku usaha, letak atau bentuknya sulit terbaca atau dimengerti. Pelaku usaha, siapapun dia, wajib
menyesuaikan klausula bakunya dengan ketentuan UU Perlindungan Konsumen Pasal 18 ayat 4.
Jenis, Fungsi dan Ciri-ciri Perjanjian Baku 1.
Jenis Perjanjian Baku
Terhadap jenis perjanjian baku ini Mariam Darus membedakan menjadi tiga, yaitu :
a. Perjanjian baku sepihak Yaitu perjanjian yang isinya ditentukan oleh pihak yang kuat kedudukannya
dalam perjanjian itu. b. Perjanjian baku yang ditetapkan pemerintah
Yaitu perjanjian yang isinya ditentukan oleh pemerinah terhadap perbuatan hukum tertentu.
Universitas Sumatera Utara
47
c. Perjanjian baku yang ditentukan oleh lingkungan notaries atau advokat Yaitu perjanjian yang konsepnya sejak semula disediakan untuk memenuhi
permintaan anggota masyarakat yang meminta bantuan notaris atau advokat yang bersangkutan. Dalam perpustakaan Belanda, jenis ini disebut contract
model. Biasanya dalam perjanjian baku sepihak eenzekelijk standaarcontract pihak
yang kuat disini adalah pihak yang ekonominya lebih kuat dan mempunyai kedudukan posisi dalam keadaan yang dibutuhkan oleh pihak lain. Sementara
perjanjian baku yang ditetapkan pemerintah misalnya dalam bidang agraria, seperti formulir perjanjian yang diatur dalam SK Menteri Dalam Negeri no.104Dja1977
berupa antara lain akta jual beli, akta hipotik. Selain itu juga termasuk formulir- formulir perjanjian khusus dimana peran pemerintah merupakan hal yang pokok
dalam mengatur perjanjian itu untuk ketertiban umum. Sedangkan perjanjian baku di lingkungan notaris atau advokat biasanya dipakai untuk rujukan bentuk formulir atau
advokat. Dalam prakteknya yang sering menimbulkan masalah adalah perjanjian baku
sepihak. Dan biasanya yang dijadikan pokok pembicaraan dalam kajian mengenai perjanjian baku adalah perjanjian baku sepihak, demikian pula penyebutan perjanjian
baku juga merujuk pada perjanjian baku sepihak. Oleh karena itu perjanjian baku sepihak ini dapat dimaksudkan sebagaimaan pengertian dari adhesion contract, untuk
mempersempit arti dari pengertian yang lebih luas, yaitu standard form contract.
Universitas Sumatera Utara
48
Jenis dari perjanjian baku sepihak ini dapat bermacam-macam, Remy Sjahdeni membedakan dua jenis perjanjian baku sepihak ini, yaitu:
62
a. Dokumen yang ditandatangani
Yaitu perjanjian baku atau syarat-syarat baku yang dituangkan ke dalam dokumen yang harus ditandatangani sebagai tanda kesepakatan. Contohnya adalah
perjanjian kredit di bank, perjanjian kredit sindikasi polis, asuransi, perjanjian pengangkutan kapal dan lain-lain. Umumnya berbentuk formulir yang sudah baku,
dan pihak lain hanya dapat mengisi bagian-bagian umum yang sengaja dikosongkan untuk diisi pihak lainnya, sementara syarat-syarat yang sudah ada tidak dapat
diundangkan lagi.
b. Dokumen yang tidak ditandatangani
Yaitu perjanjian baku atau syarat-syarat baku yang dituangkan dalam bentuk dokumen yang diberikan kepada pihak lain yang tidak perlu ditandatangani, dan
dengan menerima dokumen tersebut telah dianggap menyepakati isi dari perjanjian atau syarat-syarat baku itu. Contohnya adalah tiket parkir, kwitansi tanda pembayaran
atau tanda terima dari pembelian barang atau jasa, tiket atau tanda terima pembayaran yang sifatnya massal, dengan mencantumkan klausul-klausul tertentu, dan biasanya
kesempatan untuk membaca dan mempelajari dokumen-dokumen itu sangat singkat, bahkan dapat dikatakan tidak diberikan kesempatan waktu.
2. Fungsi Perjanjian Baku