Analisis isi materi siaran keagamaan seputar iman dan Islam di radio Cakti Budhi Bhakti (CBB) 105.4 Fm

(1)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.i)

Oleh: SEPTIASARI Nim: 106051001755

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H./2010 M.


(2)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.i)

Oleh:

Septiasari Nim: 106051001755

Di bawah bimbingan:

Umi Musyarofah, MA NIP. 19710816 199703 2002

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H./2010 M.


(3)

ABSTRAK

Radio adalah media massa yang seringkali digunakan untuk berdakwah. Sedangkan berdakwah melalui radio berbeda dengan berdakwah melalui mimbar, karena media radio mempunyai peranan yang besar dan luas sebagai penyampai informasi maupun sebagai alat komunikasi. Bila dibandingkan dengan media massa lainnya, dakwah melalui radio lebih efektif dan lebih menjangkau masyarakat sampai ke pelosok daerah. Radio Cakti Budhi Bhakti (CBB) merupakan salah satu radio swasta yang berada di daerah Jakarta barat, mengudara di frekwensi 105,4 FM yang tidak hanya menyajikan acara hiburan, pendidikan serta informasi semata, akan tetapi juga tidak tertinggal dalam menyampaikan nilai-nilai dakwah ke-Islaman. Oleh karena itulah, radio CBB memperkenalkan siaran keagamaan seputar iman dan islam. Siaran itu bertujuan untuk menarik minat masyarakat agar mau belajar memahami ajaran islam. Dikemas dalam bentuk menarik, serta gaya bahasa yang mudah dicerna oleh pendengar dari berbagai kalangan, serta memuat sesi pertanyaan tanya jawab dengan pendengar melalui telepon atau sms, menjadikan radio ini lebih disukai masyarakat dibandingkan dengan yang lainnya.

Dari latar belakang diatas, timbul beberapa permasalahan yang menjadi fokus kajian penulis, yaitu apa saja isi materi siaran keagamaan seputar Iman dan Islam di 105.4 FM Radio Cakti Budhi Bhakti (CBB)? Apa pesan dakwah yang disampaikan dari materi seputar Iman dan Islam di 105.4 FM Radio Cakti Budhi Bhakti (CBB)?

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah content analisis yaitu teknik penulisan untuk mengetahui materi atau isi pesan dakwah yang terkandung dalam program OPTIMIS (Obrolan Seputar Iman dan Islam). Dalam hal ini saya menggunakan teori Harold D. Lasswell. Untuk memperoleh data dari penelitian lapangan ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data berupa dokumentasi, observasi, interview dan telaah kepustakaan.

Setelah melakukan analisis, dapat ditarik kesimpulan bahwa pesan dakwah yang terkandung dalam program OPTIMIS terdiri dari tiga aspek yaitu Akhlak, Aqidah dan Syariah. Mayoritas pesan dakwah dalam program itu cenderung lebih banyak berisi kategori Akhlak, disusul dengan kategori Aqidah dan terakhir kategori Syariah.


(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persayaratan memperoleh gelar sarjana strata satu di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang digunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, Agustus 2010


(9)

ﻢﻴﺣﺮﻟا

ﻦﻤﺣﺮﻟا

ﷲا

ﻢﺴﺑ

Dengan mengucapkan puji serta syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat yang telah diberikan sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini, penggenggam setiap kejadian, pengangkat setiap kemuliaan, dan penyempurna kebahagiaan. Shalawat dan salam semoga selalu dilimpahkan atas junjungan Nabi Muhammad SAW yang memiliki beberapa mukjizat yang terang, dan berhasil dari

nur beliau kewujudan makhluk-makhluk yang ada.

Skripsi ini disusun sebagai tugas terakhir selama menempuh jenjang Strata Satu (S1) pada Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, juga sebagai persyaratan dalam meraih gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S.Kom.I) di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Skripsi ini dapat terselesaikan atas dukungan dan bantuan serta bimbingan semua pihak, oleh Karena itu rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya dihaturkan kepada:

1. Dr. H. Arif Subhan, M.Ag selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi, Drs. Wahidin Saputra, MA selaku Pembantu Dekan I, Drs. H. Mahmud Jalal, MA selaku Pembantu Dekan II, Drs. Studi Rizal L.K,


(10)

dan selaku Dosen Pembimbing Akademik Mahasiswa Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Angkatan 2006 Kelas A.

3. Umi Musyarofah, MA selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam dan selaku Pembimbing Skripsi, atas segala kesabaran dan kebijaksanaan, serta keluasan wawasan keilmuannya telah memberikan bimbingan serta arahan kepada penulis dalam pembuatan skripsi ini.

4. Segenap Dosen Fakultas Ilmu dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah mendidik dan mengajarkan ilmu yang bermanfaat selama kuliah di Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam selama ini.

5. Ketua beserta Staf Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan Perpustakaan Umum yang telah memberikan pelayanan dalam mencari referensi-referensi selama kuliah dan dalam pembuatan skripsi ini.

6. Segenap Pengurus radio CBB 105.4 FM dan Ustadz Gustiri MAK yang telah banyak membantu dalam pengumpulan data-data skripsi ini semoga Allah membalas dengan kebaikan.

7. Ayahanda L.A Maselih dan ibunda Yasmani, terima kasih yang tak terukur, yang telah berjuang dengan jerih payah dan kasih sayangnya untuk keberhasilan anaknya sampai menyelesaikan S1, semoga selalu


(11)

iv

selama ini baik berupa materi maupun non materi.

8. Semua teman-temanku, pengisi zaman dan harapan insan. Namun tak bisa disebutkan dalam lembaran-lembaran yang terbatas ini. Semoga kesuksesan dan kebahagiaan selalu menyertai kita semua. Amin ya Rabbal ‘Alamin.

Akhirnya, hanya kepada Allah SWT penulis sandarkan semua ini, kerena tiada daya dan upaya melainkan karena kehendak-Nya. Semoga bantuan dari semua pihak dapat dijadikan tabungan akhirat berupa amal saleh, dan semoga karya sederhana ini dapat bermanfaat baik untuk pribadi penulis maupun bagi mereka yang membutuhkannya, karena semua ucapan akan bisa hilang, tetapi tulisan tetap dalam keabadian.


(12)

A. Latar Belakang Masalah

Informasi keagamaan di era masa kini sangatlah penting, informasi keagamaan lebih efisien melalui media radio karena dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat serta dapat menembus ruang dan waktu tanpa batas, ini perlu dikemas dengan baik, bagaimana suatu siaran keagamaan atau dakwah menjadi panutan, diterima masyarakat secara lugas, kontekstual, menyenangkan, dan memiliki daya tarik.

Seiiring dengan perkembangan zaman, radio tidak hanya untuk mengirim berita tetapi juga sebagai media hiburan, pendidikan, komunikasi bahkan radio dapat dijadikan sebagai media dakwah. Memasyarakatkan radio saat ini sangat tepat sekali dalam mewujudkan peningkatan pemahaman keagamaan. Dengan dakwah melalui radio dapat menanamkan banyak pemahaman-pemahaman tentang keagamaan melalui program dalam salah satu acara yang disajikan yang dapat membangkitkan generasi muda sedikit demi sedikit akan insaf. Salah satunya adalah Radio Cakti Budhi Bhakti (CBB) yang mensyiarkan ke-Islaman secara efisien, yang terdapat dua Ustadz dan satu Ustadzah, di bandingkan dengan radio lainnya Radio CBB memiliki kualitas keagamaan lebih menonjol.

Komunikasi dengan menggunakan media massa dewasa ini menurut para ahli komunikasi, cukup besar pengaruhnya dalam membentuk dan mengubah masyarakat. Keberadaan media massa seperti Televisi, Film, Radio, Surat Kabar,


(13)

majalah atau bahkan internet dibilang sebagai komunikasi masyarakat modern. Pesatnya perkembangan komunikasi dan informasi, perubahan yang dibawa dapat menyentuh segala kehidupan masyarakat sehingga sangat luas jangkauan perubahannya dalam komunikasi. Radio adalah theatre of mind yakni mencipta gambar dalam imajinasi pendengar.1

Bergulirnya arus informasi menjadikan media komunikasi berada di jajaran terdepan untuk dikembangkan lebih lanjut oleh para teknokrat dan cendikiawan. Salah satunya adalah media massa elektronik dalam hal ini radio, keberadaan radio tidak bisa dipandang sebelah mata untuk saat ini dalam kaitannya dengan dakwah Islamiyah. Karenanya mau tidak mau para pengambil kebijakan dakwah harus berpikir keras atas keberadaan dan kemajuan radio, guna menjadikan media massa elektronik ini sebagai salah satu media massa yang strategis.

Namun, hendaknya dakwah melalui media komunikasi massa ini haruslah tetap berada dalam komunikasi massa Islam. Sehingga hasil dari tujuan dakwah yang akan dicapai tidak keluar dari konteks agama Islam. Menurut Rusjdi Hamka Rafiq, sistem komunikasi massa Islam yaitu: ”Menyebarkan (Menyampaikan) informasi kepada pendengar, pemirsa, atau pembaca tentang perintah dan larangan Allah SWT (Al-Quran dan Hadits).2

Dakwah merupakan salah satu kegiatan komunikasi keagamaan dihadapkan pada kemajuan yang semakin canggih tidak terlepas dari suatu

1

Asep Syamsul M Romli. Broadcast Journalism, (Bandung: Yayasan Nusantara Cendikia 2004), cet ke-1. h, 27.

2

Rusdji Hamka Rafiq, Islam dan Era Informasi, (Jakarta Pustaka Panji Mas, 1989), cet.ke-1, h.5


(14)

adaptasi terhadap kemajuan itu, artinya dakwah dituntut agar dikemas dengan garapan media komunikasi sesuai dengan mad’u yang dihadapi. Siaran keagamaan melalui radio tentunya mendapat perhatian dan perhitungan oleh banyak pihak. Tindakan kita akan banyak menemui tantangan dan halangan dalam melaksanakan kegiatan dakwah. Allah SWT berjanji akan memberikan ganjaran pahala yang berlimpah bagi yang menempuhnya. Islam adalah agama yang di dalamnya terdapat ajaran untuk melaksanakan dakwah baik secara berkelompok maupun perorangan. Dakwah dapat direalisasikan melalui perkataan (bil lisan), tulisan (bil qalam) dan perbuatan (bil hal). Dengan demikian maka esensi dakwah adalah terletak pada ajakan, dorongan (motivasi), rangsangan serta bimbingan terhadap orang lain untuk menerima ajaran agama dengan penuh kesadaran demi untuk keuntungan pribadinya, bukan untuk kepentingan seorang diri.3

Berdakwah berarti meneruskan tugas Rasulullah SAW untuk menyerukan agar manusia lebih mengerti, memahami, dan menghayati (mengimani) serta mengamalkan ajaran Islam, dalam arti merubah perilaku dari ingkar kepada perilaku yang taat kepada ajaran Islam. Berdakwah diartikan sebagai aktualisasi imani yang dimanifestasikan dalam suatu sistem kegiatan manusia beriman dalam bidang kemasyarakatan yang dilaksanakan secara teratur untuk mempengaruhi cara merasa, berpikir, bersikap, dan bertindak pada dataran individual dan sosio kultural dalam rangka mengusahakan terwujudnya ajaran-ajaran Islam dalam segi kehidupan dengan mempergunakan cara tertentu.4

3

H.M. Arifin, Psikologi Dakwah, (Jakarta: Bulan Bintang, 1997), h. 17.

4


(15)

Dakwah menjadi suatu keharusan bagi setiap individu muslim dan muslimah untuk mensyiarkan nilai-nilai ajaran agama Islam. Keberadaannya menjadikan Islam tegak dan kokoh di muka bumi ini. Aktivitas dakwah Islam yang maju akan membawa pengaruh terhadap kemajuan agama. Sebaliknya aktivitas dakwah yang lesu akan berakibat pada kemunduran agama. Oleh karena itu, maka dapat dimengerti jika Islam meletakkan kewajiban dakwah di atas pundak setiap pemeluknya.5

Salah satu bentuk pelaksanaan dakwah melalui media massa yakni dakwah melalui radio. Radio memiliki kekuatan terbesar sebagai media yang bisa menstimuli begitu banyak suara yang berupaya memvisualisasikan suara penyiar informasi faktual melalui telinga pendengarnya.6

Materi dakwah yang akan disampaikan bersumber dari al-Qur’an dan Hadits yang menjadi pokok sumber utamanya, materi dakwah yang akan disampaikannya harus dengan bahasa yang dimengerti oleh masyarakat, suatu keharusan bagi seorang nara sumber sebelum menyampaikan dakwahnya hendaknya memahami dengan sangat matang materi yang hendak disampaikan, apabila materi yang akan disampaikan tidak dikuasainya maka akan berdampak orang yang mendengarkan dakwahnya pun memperoleh kesesatan karena kebodohan da’i tersebut. Secara garis besar pokok isi al-Quran meliputi: aqidah, syariah, akhlak, fiqih, sejarah, dan lain sebagainya. Bisri Affandi mengatakan bahwa yang diharapkan dari dakwah adalah terjadinya perubahan dalam diri manusia, baik kelakuan adil maupun aktual, baik pribadi maupun keluarga

5

Andy Darmawan, Metodologi Ilmu Dakwah, (Yogyakarta: LESFI, 2002) h.xiii

6


(16)

masyarakat, way of thinking atau cara berpikirnya berubah, way of life atau cara hidupnya berubah menjadi lebih baik ditinjau dari segi kualitas maupun kuantitas.7

Penggunaan radio sebagai media dakwah memiliki daya jangkau yang relatif luas, radio merupakan media elektronik yang bersifat auditif sehingga dapat dinikmati ditengah kesibukan pendengarnya, sehingga mad’u dapat mendengar isi pesan dakwah seorang da’i tanpa perlu menghadiri atau bertatap muka dengan da’i. Radio selalu memberikan stimuli bagi para pendengarnya untuk mengembangkan imaginasi yang mereka miliki. Tidak ada larangan untuk berimaginasi berbeda. Semuanya bebas, selama sesuai dengan deskripsi dari suara yang diberikan.

Seiring dengan perkembangan manusia dan kemajuan ilmu pengetahuan, eksistensi media massa baik cetak maupun elektronik dapat menjadi salah satu media alternatif karena memiliki beberapa fungsi antara lain: fungsi menyiarkan informasi, fungsi mendidik, fungsi menghibur, fungsi mempengaruhi,8 fungsi kritik, fungsi pengawasan (social control), dan fungsi menjaga lingkungan (surveillance of the environment)9, dan dalam penyampaian dakwah termasuk dakwah kontemporer yaitu dakwah yang dilakukan dengan cara menggunakan teknologi modern yang sedang berkembang.10

7

Bisri Affandi, Beberapa Percikan Jalan Dakwah, (Surabaya: Fakultas Dakwah Surabaya, 1984), hal 3

8

Asep Saepul Muhtadi, Jurnalistik, Pendekatan Teori dan Praktek. (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1993), Cet ke-1, hal 32.

9

A. Muis, Komunikasi Islami, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2001) hal 9.

10


(17)

Terdapat banyak pilihan media massa di Indonesia ini baik media massa cetak maupun elektronik yang menginformasikan dan menayangkan kegiatan-kegiatan dakwah, baik melalui acara-acara ceramah agama, diskusi, tanya jawab dan sebagainya. Media massa elektronik radio memiliki banyak kelebihan, dengan radio kita dapat mendengarkan acara keagamaan, ia juga memiliki kesederhanaan bentuk (probability) dan mampu menjangkau setiap pendengarnya meskipun sedang melakukan kegiatan-kegiatan sekalipun, atau bahkan sedang menikmati media massa lainnya. Hal ini disebabkan karena radio tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Suatu pesan yang disampaikan oleh penyiar, pada saat itu juga diterima oleh khalayak, walaupun sasaran yang dituju sangat jauh.11 Pesawat radio sering kita jumpai diputar semalam suntuk diwarung kopi, pos-pos jaga, mobil-mobil, bahkan tukang-tukang ojek selalu memutar radio sambil menunggu penumpang. Oleh sebab itu, alangkah bermanfaatnya jika radio-radio yang diputar selalu membawa pesan dakwah.12

Radio Cakti Budhi Bhakti (CBB) merupakan salah satu Radio swasta yang ada di daerah Jakarta Barat, mengudara melalui frekuensi 105.4 yang tidak ingin tertinggal dalam menyampaikan nilai-nilai agama Islam. Walaupun Radio CBB Radio pelopor dangdut Jakarta tapi Radio CBB adalah Radio yang sangat kental dengan ajaran Islam, para penyiarnya wajib beragama Islam. Radio CBB mempunyai menu acara rutin religius setiap harinya, ada tiga menu acara di Radio CBB dan masing-masing acara tersebut terdapat ustadz atau ustadzah yang berbeda seperti pada acara Obrolan Seputar Iman dan Islam (OPTIMIS) yang

11

Onong Uchjana Effendi, Dinamika Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000), hal 108

12


(18)

disiarkan setiap hari Senin – Sabtu pukul 05.00-06.00 dengan penceramah Ustadz Gustiri Mak. Acara ini disiarkan langsung dengan format dialog durasi waktu dan dibagi dua segmen, yakni pertama dengan memaparkan seluruh isi tema yang disampaikan penceramah. Kedua diadakannya tanya jawab dari pendengar melalui pesawat telepon, dan acara ini ditujukan kepada khalayak yang tidak terbatas oleh jenis kelamin tertentu, dan dari segmen pendengar yang dituju adalah usia 25-50 tahun dengan, Mahasiswa, dan professional Muda (pengusaha muda, karyawan yang baru bekerja atau yang mau bekerja), dan yang lebih dikhususkan lagi kepada khalayak yang masih awam akan pengetahuan agama. Acara ini disiarkan langsung tanpa adanya rekaman atau pemutaran kaset, dan program ini merupakan program yang paling banyak digemari oleh khalayak. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka penulis mengambil judul: “ANALISIS ISI MATERI SIARAN KEAGAMAAN SEPUTAR IMAN DAN ISLAM DI RADIO CAKTI BUDHI BHAKTI (CBB) 105.4 FM”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka tulisan ini dibatasi pada isi Materi Program Siaran Keagamaan Seputar Iman dan Islam yang disiarkan oleh 105,4 FM Radio Cakti Budhi Bhakti (CBB). Penulis menerima hasil siaran keagaamaan berbentuk CD, pada bulan Maret ada delapan rekaman, April duapuluh satu rekaman dan bulan Mei satu rekaman. Jadi, penulis hanya


(19)

membatasi edisi bulan Maret tanggal 22 dan 29, bulan April tanggal 07, 09, 13, 19 dan bulan Mei tanggal 03.

2. Perumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah pada skripsi ini adalah:

a. Apa Pesan Dakwah Dzatiyah pada program siaran keagamaan seputar Iman dan Islam di 105.4 FM Radio Cakti Budhi Bhakti (CBB)?

b. Apa Pesan Dakwah Halaqoh pada program siaran keagamaan seputar Iman dan Islam di 105.4 FM Radio Cakti Budhi Bhakti (CBB)?

c. Apa Pesan Dakwah Profesional pada program siaran keagamaan seputar Iman dan Isalam di 105.4 FM Radio Cakti Budhi Bhakti (CBB)?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui Pesan-pesan Dakwah Dzatiyah, Halaqoh dan Profesional yang disampaikan pada materi program Siaran Keagamaan Seputar Iman dan Islam di Radio Cakti Budhi Bhakti (CBB) 105,4 FM.

b. Untuk mengungkap isi materi Siaran Keagamaan Seputar Iman dan Islam di Radio Cakti Budhi Bhakti (CBB) 105,4 FM.

c. Untuk mengkaji media massa radio sebagai media atau sarana dakwah Islam.


(20)

2. Manfaat Penelitian

a. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah untuk menambah wawasan pengetahuan, pengalaman penulis dengan konsep dan metodologi pada penelitian ini, juga memberikan masukan bagi pengembangan wacana keilmuan dengan komunikasi sebagai alat bantu utama, sekaligus sebagai bahan pustaka (referensi) bagi penelitian selanjutnya.

b. Dari hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan untuk memperkaya materi dalam penyampaian dakwah dan dapat memberikan kontribusi bagi para praktisi dakwah pada umumnya dan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi pada khususnya. c. Sabagai perbandingan bagi kita semua tentang materi yang

disampaikan.

D. Metodologi Penelitian 1. Pendekatan Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pendekatan kualitatif. Yaitu suatu metode yang berfungsi sebagai prosedur penelusuran masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan subjek dan objek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.13 Analisis isi atau content analysis dapat digunakan untuk menganalisis semua

13

Hadawi Nawawi, Metodologi Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press,1988), cet.ke-8, h.63


(21)

bentuk komunikasi, baik surat kabar, berita radio, iklan televisi serta bahan-bahan serta dokumentasi lainnya.14

2. Subyek dan Obyek Penelitian

Subjek penelitian adalah sumber-sumber tempat memperoleh keterangan. Dan dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah tim produksi program siaran keagamaan seputar Iman dan Islam. Sedangkan objeknya adalah materi acara siaran keagamaan seputar Iman dan Islam.

3. Tahapan Penelitian Data

Untuk memperoleh data dari penelitian lapangan ini, penulis menggunakan pengumpulan data berupa kategorisasi primer, observasi, interview, dokumentasi dan telaah kepustakaan.

a. Kategorisasi Primer

Kategorisasi adalah instrumen utama dalam penelitian analisis isi materi. Disini peneliti mengkategorisasikan pesan-pesan dakwah yang terkandung dalam program siaran keagamaan seputar Iman dan Islam di Radio CBB, yang digolongkan dalam dakwah dzatiyah, dakwah halaqoh, dan dakwah profesional.

b. Observasi

Observasi merupakan pengamatan langsung untuk memperoleh data yang diperlukan.15 Dengan mendatangi langsung ke lokasi dan dengan cara tidak langsung yakni dengan mendengarkan lewat radio setiap acara keagamaan seputar Iman dan Islam di radio CBB.

14

Dr. Bambang Setiawan dan Drs. Ahmad Muntaha, M.Si. Metode Penelitian Komunikasi, (Jakarta:Universitas Terbuka, 2004), Cet. Ke-1. hal.79.

15

Winartio Surahman “Menyusun Rencana Penelitian”, (Bandung: CV. Tarsia, 1989), h.165


(22)

c. Interview

Wawancara merupakan proses memperoleh keterangan untuk tujuan peneliti dengan Tanya jawab sambil bertatap muka antara penanya dan penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interviewguide

(panduan wawancara). Disini penulis wawancara langsung kepada Bapak Biki Darma selaku tim penyusun format acara atau produser radio CBB pada tanggal 17 Februari 2010 Dalam penelitian ini penulis juga akan menampilkan beberapa kategori untuk mengetahui pesan-pesan dakwah dari materi acara seputar Iman dan Islam tersebut.

d. Dokumentasi

Mempelajari bahan-bahan atau dokumen-dokumen yang ada, yang berhubungan dengan penelitian. Tujuannya adalah guna melengkapi sebuah penelitian.16 Untuk dokumentasi, penulis melakukan pengambilan data yang diperoleh secara langsung datang ke Radio CBB, dan disana peneliti mendapatkan semua kebutuhan yang peneliti butuhkan, mulai dari dokumen-dokumen tentang Radio CBB sampai materi-materi yang peneliti butuhkan.

4. Tempat Penelitian

Ojek penelitian dilaksanakan di kantor Radio Cakti Budhi Bhakti (CBB) yang bertempat di Jl. H. Peeng No. 9 Batusari, Kebon Jeruk Jakarta Barat 11530 Telp 532-6675, 530-6409, 530-6410 / Fax 532-6674.

16

Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertasi Contoh Praktis riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran (Jakarta: Kencana, 2007), H. 116.


(23)

5 Pengolahan Data a. Analisis Data

Analisis adalah prosedur penyederhanaan data kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Setelah semua data yang dibutuhkan dalam penelitian ini terkumpul maka langkah berikutnya adalah mengolah dan menganalisa data tersebut.

Analisa data merupakan salah satu langkah penting dalam rangka memperoleh temuan-temuan hasil penelitian, hal ini disebabkan data yang telah dipaparkan akan menuntut penelitian dalam upaya mendapatkan temuan ilmiah, bila dianalisis dengan teknik yang tepat.

Untuk memudahkan dan memahami kandungan dari materi pada penelitian ini, maka peneliti melihat kepada transkrip data rekaman berdasarkan tema yang disampaikan terlebih dahulu selama satu bulan yang berjumlah 7 tema berdasarkan kategori Akidah, Syari’ah, dan Akhlak yang kemudian isi pesan tersebut dipaparkan, sehingga muncul isi pesan berdasarkan kategorisasi yang dominan.


(24)

Tabel 1

Kategorisasi Isi Pesan

No. Kategorisasi Sub Kategorisasi

1.

Dakwah Dzatiyah

(intrapersonal comm.)

a. Manajemen akal, kalbu, nafs, nurani dan syahwat

b. Manajemen sensasi, persepsi, memori, dan cara berfikir yang Islami

c. Kecerdasan intelektual 2. Dakwah Halaqoh

(intergroup comm.)

a. Nahi munkar berjamaah b. Amar ma’ruf berjamah

3. Dakwah Profesional

(organizational comm.)

a. Dakwah struktural melalui organisasi (lembaga legislatif, eksekutif, yudikatif)

b. Dakwah kultural melalui organisasi

6. Definisi Operasional

a. Tema yaitu pokok pikiran atau dasar cerita. Tema sifatnya lebih luas atau umum.

b. Judul yaitu nama yang dipakai untuk buku atau bab di buku yang dapat menyiratkan secara pendek isi buku atau bab itu. Judul sama dengan topik karena sama-sama lebih spesifik pembahasannya dan untuk membicarakan inti atau isi.


(25)

c. Analisis isi yaitu mengetahui tentang isi pesan itu.

d. Isi materi yaitu sesuatu yang menjadi bahan untuk dibicarakan. Isi yaitu sesuatu yang ada (termuat, terkandung), sedangkan materi yaitu sesuatu yang menjadi bahan (untuk dibicarakan atau dibahas).

e. Pesan dakwah yaitu nasihat yang berisi ajaran tentang agama yang hendak disampaikan kepada orang lain. Pesan yaitu perintah, nasihat, permintaan, amanat yang disampaikan lewat orang lain, sedangkan dakwah yaitu ajakan untuk memeluk, mempelajari, dan mengamalkan ajaran agama.17

E. Tinjauan Pustaka

Penulis menggunakan beberapa rujukan skripsi terdahulu dalam mendapatkan informasi tentang hal yang berkaitan dengan skripsi yang sedang ditulis, hal tersebut bertujuan agar tidak adanya kesalahan dalam mengolah data dan menganalisisnya.

Dalam menentukan judul skripsi ini, penulis mengadakan tinjauan kepustakaan dan tidak mendapati judul yang serupa dengan judul yang diambil oleh penulis yaitu: Analisi Isi Materi Siaran Keagamaan Seputar Iman dan Islam Di Radio CBB 105.4 FM. Dalam penulisan, penulis merujuk pada beberapa judul skripsi yang berkaitan, diantaranya: Analisis Isi Materi Siaran Keagamaan Cahaya Sore di 95,5 FM Radio Alaikassalam (Ras FM) oleh Faradillah, Analisis Isi Materi Siraman Rohani di Radio M2 94.00 FM Bekasi oleh Riza Umami.

17

Dept. Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka 2007) cet ke-3


(26)

F. Sistematika Penulisan

Penelitian yang akan dibahas terdiri dari lima bab dan masing-masing bab terdiri dari sub bab, yaitu:

BAB I Pendahuluan, membahas tentang Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka, Sistematika Penulisan.

BAB II Landasan Teori, membahas tentang Ruang Lingkup Radio, Radio Sebagai Media Dakwah dan Ruang Lingkup Dakwah.

BAB III Deskripsi Umum, membahas tentang Gambaran Umum Radio CBB 105.4 FM Mencakup: Sejarah dan Perkembangan Radio CBB, Visi dan Misi, Sejarah Singkat Acara Optimis (Obrolan Seputar Iman dan Islam), Visi dan Misi OPTIMIS, Program-Program yang Disiarkan, Target Pendengar, Struktur Kelembagaan, Tema OPTIMIS, dan Format OPTIMIS.

BAB IV Analisisa data, membahas tentang Isi Materi dan isi pesan siaran OPTIMIS (Obrolan Seputar Iman dan Islam), pengolahan data dan kecenderungan isi pesan dalam program keagamaan OPTIMIS.


(27)

A. Ruang Lingkup Radio 1. Definisi Radio

Radio secara etimologi adalah “pengiriman suara atau bunyi melalui udara”1. Radio, tepatnya radio siaran (broadcasting radio) merupakan salah satu jenis media massa (mass media), yakni sarana atau saluran komunikasi massa (channel of mass communication), seperti halnya surat kabar, majalah, atau televisi. Ciri khas utama radio adalah AUDITIF, yakni dikonsumsi telinga atau pendengaran. “Apa yang dilakukan radio adalah memperdengarkan suara manusia untuk mengutarakan sesuatu” (Saturday Review).2

Radio juga dianggap sebagai media komunikasi yang efektif karena memiliki daya langsung, daya tembus dan daya tarik.

a. Memiliki Daya Langsung

Pesan dakwah dapat disampaikan secara langsung kepada khalayak dan proses penyampaiannya tidak terlalu rumit dimulai dari ruang siar (studio) melalui saluran modulasi diteruskan ke pemancar lalu sampai ke pesawat radio.

Media radio juga dapat menyiarkan informasi-informasi yang aktual dari tempat kejadian (On The Spot Reporting). Seperti halnya yang dilakukan oleh beberapa radio yang memang lebih kepada informasi-informasi aktual.

1

Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1997), Cet, Ke-9, h.808

2

Asep Syamsul M. Romli, Broadcast Journalism: Panduan Menjadi Penyiar, Reporter & Script Writer, (Bandung, Nuansa, 2004) Cet. Ke-1, h. 19


(28)

b. Memiliki Daya Tembus

Daya tembus yang dimaksud adalah saluran radio tidak mengenal jarak dan rintangan selain waktu, jarakpun tidak menjadi masalah bagaimanapun jauhnya tempat yang dituju, oleh tabligh lewat radio siaran dapat ditembusnya, selama dalam jangkauan pemancar, digunung, dilembah, dipadang pasir dll, tidak menjadi rintangan bagi siaran radio.3

c. Memiliki Daya Tarik

Radio bisa tetap hidup dan diminati karena adanya daya tarik. Perpaduan suara manusia (spoken word), suara musik dan bunyi tiruan (sound effect) itulah yang menjadikan daya tarik tersendiri bagi pendengar radio. Sehingga dengan perpaduan itu mampu mengembangkan daya imajinasi dan kreatifitas pendengar, seperti: musik, kata-kata dan efek suara.

Menurut Onong Uchjana Effendi, Radio siaran adalah pemancar radio yang langsung ditujukan kepada umum dalam bentuk suara dan mempergunakan gelombang sebagai media.4

Radio bisa juga bermakna media auditif (hanya bisa didengar), tetapi murah, merakyat dan bisa dibawa atau didengarkan dimana-mana. Radio berfungsi sebagai media ekspresi, komunikasi, informasi, pendidikan dan hiburan. Radio memiliki kekuatan terbesar sebagai media imajinasi, sebab sebagai media

3

Aep Kusnawan, Komunikasi Penyiaran Islam, (Bandung: Benang Merah Press, 2004) Cet. Ke-1 h. 52

4

Onong Uchjana Effendi, Radio Siaran Teori dan Praktek, (Bandung: Mandar Maju, 1991), cet. Ke-3 h. 165


(29)

yang buta, radio menstimulasi begitu banyak suara, dan berusaha menvisualisasikan suara penyiar ataupun informan melalui telinga pendengar.5

Dari pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa radio adalah salah satu alat teknologi yang mempunyai gelombang frekuensi sehingga dapat memancarkan atau menghasilkan suara.

2. Karakteristik Radio

Dengan adanya kemajuan dalam bidang pengetahuan dan teknologi, orang dapat menciptakan radio. Radio merupakan perlengkapan elektronik yang dapat digunakan untuk mendengarkan informasi yang bagus dan aktual. Radio sebagai media massa pada dasarnya memiliki fungsi yang sama dengan media lainnya. Informasi, pendidikan, kebudayaan, dan hiburan merupakan fingsi dari media massa.

Selain memiliki fungsi, radio juga memiliki sifat khas (karakteristik), radio mempunyai karakteristik tersendiri dibandingkan media massa lainnya seperti:

a. Auditori, dimana radio berupa suara untuk didengar karenanya isi siaran bersifat ”sepintas lalu” dan tidak dapat diulang.

b. Transmisi, yang berarti proses penyebarluasannya kepada pendengar melalui pemancaran (transmisi).

c. Mengandung gangguan Channel Noise Factor (timbul tenggelam dan gangguan teknis).

d. Theatre of Mind, yaitu radio menciptakan gambar dalam imajinasi pendengar dengan kekuatan kata dan suara.

5

Masduki, Jurnalistik Radio: Menata Profesionalisme Reporter dan Penyiar, (Yogyakarta: LKSI, 2001). Cet. Ke-1 h.9


(30)

e. Identik dengan musik. Radio adalah sarana hiburan termurah dan tercepat sehingga menjadi media utama untuk mendengarkan musik.6

Sedangkan menurut Djamaludin Abidin Ass, karakteristik radio ialah sebagai berikut:

1. Sifat siaran radio hanya untuk didengar.

2. Bahasa yang dipergunakan adalah bahasa tutur. 3. Siaran radio hanya bersifat komunikasi satu arah. 4. Siaran radio mempunyai daya reka.

5. Orang yang mendengarkan radio bisa dalam keadaan santai, bisa juga sambil mengemudi mobil, tiduran atau lain sebagainya.7

Agar pesan atau materi yang disampaikan oleh seorang penyiar sampai kepada pendengar, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan diantaranya:

1. Kemampuan pendengat terbatas, maka pesan radio siaran harus disusun secara singkat dan jelas (concise and clear).

2. Materi siaran radio sebaiknya bergaya percakapan. (Conversational Style). 3. Penyiar diharapkan akrab terhadap pendengar, seolah-olah penyiar ada di

samping pendengar, menemani disaat acara liburan maupun acara yang bersifat informasi.

4. Karena khalayak hanya menggunakan indera pendengaran dan pesannya pun selintas, maka radio siaran dapat mengajak komunikannya untuk berimajinasi dan mampu menggugah emosi pendengar.8

6

Romli, Asep Syamsul M, Broadcast Journalism; Panduan Menjadi Penyiar, Reporter, Script Writer, Bandung: Penerbit Nuansa, 2004

7

Djamaludin Abidin Ass, Komunikasi dan Bahasa Dakwah, (Jakarta: Gema Insani Press, 1996), Cet. Ke-1, h. 125.


(31)

Dapat diambil kesimpulan dari penjelasan di atas, bahwa penyiar radio harus lebih memerhatikan lagi dalam menyusun dan menyampaikan pesan dengan menggunakan media radio, komunikator (Penyiar) dapat melakukan penyesuaian sehingga komunikasi tepat sasaran karena waktu siaran yang relatif singkat dan tidak dapat diulang. Maka disinilah tantangan yang harus dihadapi oleh para penyiar sebagai komunikator.

3. Sejarah Singkat Radio Siaran di Indonesia a. Zaman Belanda

Radio yang pertama kali siaran di Indonesia bernama Nederlands Indie-Hindia ialah (BRV) Batavia Seradio Vereniging di Batavia (Jakarta tempo dulu) yang resminya didirikan pada tanggal 16 Juni 1925 disaat Indonesia masih dijajah Belanda, dan berstatus swasta. Setelah BRV berdiri, secara serempak berdiri pula badan-badan radio siaran lainnya pertama di kota Yogyakarta, Surakarta, Semarang, Surabaya dan yang terbesar dan terlengkap adalah NIROM (Nederlands Indisce Radio Omroep Mij) di Jakarta, Bandung dan Medan, karena mendapat bantuan dari pemerintah Hindia Belanda. Sebagai pelopor adanya radio siaran usaha bangsa Indonesia adalah Soosch Radio Vereniging (SRV) yang didirikan di kota Solo pada tanggal 1 April 1933 oleh Mangkunegoro VII dan Ir. Sarsito Mangkukusumo. 9

8

Karlinah, Materi Pokok Komunikasi Massa, (Jakarta: Universitas Terbuka, 1999), cet Ke-1. h. 77-78

9

Onong Uchjana Effendi, Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi, (PT Citra Aditya Bakti, 2003), cet ke-3 hal 156


(32)

b. Zaman Jepang

Setelah Belanda menyerah kepada penjajah jepang tepatnya pada tanggal 8 Maret 1942, sebagai konsekuensinya, radio siaran yang tadinya berstatus perkumpulan swasta dimatikan dan diurus oleh jawatan khusus bernama

Hoso Kanri Kyoku, yang merupakan pusat siaran radio yang berkedudukan di Jakarta, serta mempunyai cabang-cabang yang dinamakan Hoso Kyoko di Bandung, Purwakarta, Yogyakarta, Surakarta, Semarang, Surabaya, dan Malang. Rakyat Indonesia pada saat itu hanya boleh mendengarkan siaran dari Hoso Kyoko saja. Namun demikian dikalangan pemuda terdapat beberapa orang dengan resiko kehilangan jiwa, secara sembunyi mendengarkan siaran luar negeri, sehingga mereka dapat mengetahui bahwa pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang telah menyerah pada sekutu.10

c. Zaman Kemerdekaan

Peristiwa ketika Bung Karno dan Bung Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia tidak dapat disiarkan langsung melalui radio karena radio masih dikuasai jepang. Teks proklamasi kemerdekaan Indonesia baru dapat disiarkan dalam bahasa Indonesia dan Inggris pada pukul 19.00 WIB namun hanya dapat didengar oleh penduduk sekitar Jakarta saja, baru pada tanggal 18 Agustus 1945 naskah bersejarah itu baru dikumandangkan keluar batas tanah air dengan resiko petugasnya diberondong mesiu penjajah Jepang. Tak lama kemudian dibuat pemancar

10


(33)

gelap dan berhasil berkumandang di udara radio siaran dengan station call radio Indonesia Merdeka. Sifat langsung siaran radio dapat dilihat pada penyiaran tentang pembacaan naskah proklamasi kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945.11

Dari situlah pidato radio presiden Mohammad Hatta dan para pemimpin lainnya mengadakan pidato radio yang ditujukan kepada rakyat Indonesia pada tanggal 11 September 1945 diperoleh kesepakatan dari hasil pertemuan antara para pemimpin radio untuk mendirikan sebuah organisasi radio siaran. Bahwa tanggal 11 September dijadikan sebagai hari resmi hari RRI (Radio Republik Indonesia). Sebagai satu-satunya radio siaran yang berkumandang di Indonesia, yang dikuasai dan dimiliki oleh pemerintah Indonesia.

Berdasarkan uraian diatas tadi, maka radio CBB 105.4 FM sebagai salah satu radio swasta di Indonesia beserta radio swasta lainnya yang mencoba eksis dan mengembangkan mutu sesuai kebutuhan khalayak luas.

B. Radio Sebagai Media Dakwah

Dalam penyampaian dakwah radio memiliki peranan penting karena radio merupakan media auditif (hanya bisa di dengar), tetapi murah, merakyat dan bisa dibawa atau didengarkan dimana-mana. Dalam kamus telekomunikasi, media itu sendiri adalah sarana yang digunakan oleh komunikator sebagai saluran untuk menyampaikan pesan kepada komunikan yang jauh tempatnya dan banyak jumlahnya jadi segala sesuatu yang banyak digunakan sebagai alat bantu yang

11


(34)

dalam berkomunikasi adalah bentuk dan jenis yang beragam.12 Radio berperan sebagai media ekspresi, komunikasi, informasi, pendidikan dan hiburan. Radio memiliki kekuatan terbesar sebagai media imajinasi, sebab sebagai media, sedangkan pengertian media itu sendiri adalah alat (sarana), istilah media bisa diartikan sebagai perantara. Radio menstimuli begitu banyak suara dan berupaya memvisualisasikan suara penyiar ataupun informasi faktual melalui telinga pendengarnya.13

Menurut Hamzah Ya’qub, media dakwah dapat dibagi menjadi lima, yaitu: a. Lisan merupakan wasilah dakwah yang paling sederhana menggunakan

lidah dan suara, dakwah dalam wasilah ini dapat berbentuk pidato, ceramah, bimbingan,

b. Audio Visual, yaitu alat dakwah yang merangsang indra pendengaran atau penglihatan dan kedua-duanya seperti televisi, film, slide, ohp, internet dsb.

c. Lukisan, berupa gambar atau karikatur. d. Tulisan.

e. Akhlak

12

M. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2004), cet ke-1, h. 120

13

Masduki, Jurnalistik Radio : Menata ProfesionalismeReporter dan penyiar, (Yogyakarta: LKSI, 2001). Cet ke-1 hal 3


(35)

C. Ruang Lingkup Dakwah 1. Definisi Dakwah

Secara bahasa dakwah berasal dari kata ْﻮ ْﺪ - ﺎ د berarti mengajak, memanggil atau menyeru.14 Sedangkan dakwah menurut arti istilahnya mengandung beberapa arti yang beraneka ragam. Banyak ahli ilmu dakwah dalam memberikan pengertian atau definisi terhadap istilah dakwah terdapat beraneka ragam pendapat. Disini penulis akan menyebutkan sebagian dari definisi itu.

Yang pertama, definisi dakwah menurut Quraish Shihab adalah seruan atau ajakan kepada keinsyafan, atau usaha mengubah situasi kepada situasi yang lebih baik dan sempurna baik terhadap pribadi maupun masyarakat.15

Yang kedua, definisi dakwah menurut J. Sayuti Pulungan adalah aktivitas menyampaikan ajaran islam, menyuruh berbuat baik dan mencegah perbuatan munkar, berisi ajaran yang baik, memberikan kabar gembira dan peringatan, pendidikan pengajaran dan pidato.16

Yang ketiga, definisi menurut Hasjmy As sidiqi, dakwah adalah mengajak orang lain untuk meyakini dan mengamalkan aqidah dan syariat Islam yang terlebih dahulu telah diyakini dan diamalkan oleh pendakwah (da’i) sendiri.17

Yang keempat, definisi dakwah menurut Asmuni Syukir adalah bahwa istilah dakwah itu dapat diartikan dari dua segi atau dua sudut pandang, yaitu

14

Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: PT Hidayah Karya Agung, 1990) cet VIII h.128

15

Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran (Bandung: Mizan 2007) cet 1

16

J. Sayuti Pulungan, Universitas Islam (Jakarta: PT Moyo Segoro Agung, 2002), h.67

17

Hasjmy As sidiqi, Dustur Dakwah Menurut Al-Quran, (Jakarta: Bulan Bintang, 1974), h.7


(36)

pengertian dakwah dakwah yang bersifat pembinaan dan pengertian dakwah yang bersifat pengembangan.

a. Pengertian dakwah yang bersifat pembinaan adalah suatu usaha mempertahankan, melestarikan, dan menyempurnakan umat manusia agar mereka tetap beriman kepada Allah, dengan menjalankan syariatnya sehingga mereka menjadi manusia yang hidup bahagia di dunia maupun akhirat.

b. Pengertian dakwah yang bersifat pengembangan adalah usaha mengajak umat manusia yang belum beriman kepada Allah, agar mentaati syariat islam (memeluk agama islam) supaya nantinya dapat hidup bahagia dan sejahtera di dunia maupun akhirat.18

Yang kelima, definisi dakwah menurut prof. H.M. Arifin, M.Ed bahwa dakwah mengandung pengertian sebagai suatu kegiatan ajakan baik dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah laku dan sebagainya yang dilakukan secara sadar dan berencana dalam usaha mempengaruhi orang lain baik secara individual maupun secara kelompok agar timbul dalam dirinya suatu pengertian, kesadaran, sikap, penghayatan, serta pengalaman terhadap ajaran agama sebagai message yang disampaikan kepadanya dengan tanpa unsur-unsur pemaksaan. 19

Berdasarkan definisi-definisi di atas, maka penulis berusaha menyimpulkan definisi dakwah, yakni suatu kegiatan yang dilaksanakan secara

18

Asmuni Syakir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), h.18

19

H.M. Arifin, Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Program Studi, (Jakarta: Bumi Askara, 2000), cetakan kelima, h. 6.


(37)

sadar terencana dan sengaja untuk mempengaruhi pihak lain dengan mengajak mereka kepada amar ma’ruf nahi munkar.

2. Tujuan Dakwah

Di dalam proses dakwah, tujuan merupakan salah satu faktor yang sangat penting. Dengan tujuan itulah maka kegiatan dakwah akan lebih mengena kepada sasaran dakwah. Tujuan dakwah merupakan salah satu unsur dakwah, dimana antara unsur dakwah yang satu dengan yang lain saling membantu, mempengaruhi, dan berhubungan. Tujuan dakwah yang tidak jelas menyebabkan dakwahnya tidak terarah bahkan kegiatan itu menjadi sia-sia. Dengan demikian tujuan dakwah sebagai bagian dari seluruh aktivitas dakwah sama pentingnya daripada unsur-unsur lainnya, seperti subyek dan objek dakwah, metode dan sebagainya.

Adapun tujuan dari kegiatan dakwah di antaranya adalah:

b. Tujuan Hakiki. Dakwah bertujuan langsung untuk mengajak manusia untuk mengenal Tuhannya dan mempercayainya sekaligus mengikuti jalan petunjuknya.

c. Tujuan Umum. Dakwah bertujuan menyeru manusia kepada mengindahkan seruan Allah dan Rasulnya serta memenuhi panggilannya, dalam hal yang dapat memberikan kebahagiaan hidupnya di dunia dan akhirat kelak.

d. Tujuan Khusus. Dakwah menginginkan dan berusaha bagaimana membentuk satu tatanan masyarakat Islam yang utuh fis silmi kaffah.


(38)

e. Tujuan Urgen. Dakwah bertujuan agar tingkah laku manusia yang berakhlaq itu secara eksis dapat tercermin dalam fakta hidup dan lingkungannya serta dapat mempengaruhi jalan pikirannya.

f. Tujuan Insidental. Banyak problema hidup yang dihadapi manusia, dan dakwah menghendaki untuk dapat meringankan beban manusia itu dengan jalan memberikan pemecahan-pemecahan permasalahan yang terus berkembang atau memberikan jawaban atas berbagai persoalan yang dihadapi oleh setiap golongan manusia di segala ruang dan waktu.

Jelaslah bahwa Dakwah dengan tujuan-tujuan tersebut di atas akan membentuk masyarakat manusia yang konstruktif menurut ajaran Islam di samping mengadakan koreksi terhadap suatu situasi dan segala kondisi atau seluruh bentuk penyimpangan dan penyelewengan dari ajaran agama, dan menjauhkan manusia dari segala macam kejahiliyahan dan kebekuan pikiran.20

Menurut pendapat Toto Tasmara bahwa tujuan dakwah adalah untuk menegakkan ajaran Islam kepada setiap insan baik individu maupun masyarakat sesuai ajaran Islam tersebut.21 Dakwah tidak hanya berorientasi eksternal dalam mengajak umat lain kepada ajaran Islam, tetapi lebih berarti internalisasi perbaikan dan pendewasaan diri dimulai dalm tubuh umat Islam sendiri secara spiritual, moral dan sosial.

Berpedoman dari pendapat di atas, maka inti dari tujuan dakwah adalah membawa manusia kepada kebaikan untuk mencapai atau memperoleh

20

Jamaluddin Kafie, Psikologi Dakwah: Bidang Studi dan Bahan Acuan, (Surabaya: Penerbit Indah, 1993), h. 66-67

21

Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah Islam, (Jakarta: Gema Insani Press, 1987), cet ke-1 h.7


(39)

kebahagiaan baik dunia maupun akhirat kelak dengan cara merealisasikan nilai-nilai Islam dalam segala aspek kehidupan di dunia.

3. Subyek Dakwah

Berdakwah adalah wajib hukumnya dikerjakan oleh setiap muslim. Hukum wajib menunjukkan bahwa diharuskannya sesuatu untuk dikerjakan. Subyek dakwah adalah orang yang melakukan kegiatan dakwah, yaitu orang yang berusaha mengubah situasi yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan Allah SWT, baik secara individu atau kelompok (organisasi) sekaligus sebagai pemberi informasi dan pembawa misi, atau lebih jelas disebut da’i.22

Tugas pelaksana dakwah adalah hubungan masyarakat yang berperan sebagai konsultan agama, sebagai pemimpin dan berfungsi sebagai dokter atau psikiater, dalam rangka ikut serta memecahkan problema kehidupan masyarakat manusia yang sangat luas dan multikompleks itu. Untuk itu, seorang da’i juga harus diperlengkapi dengan pengetahuan yang cukup luas karena tugasnya sangat berat.

M. Ghazali menegaskan bahwa dua syarat utama yang harus dimiliki oleh seorang juru dakwah yaitu pengetahuan mendalam tentang islam, dan juru dakwah harus memiliki jiwa kebenaran (ruh yang penuh dengan kebenaran, kegiatan, kesadaran, dan kemajuan).23

22

M. Hafi Anshari, Pemahaman dan Pengalaman Dakwah (Surabaya: Al-Ikhlas, 1993), cet. Ke-1. h.179

23

Hasjmy As Sidiqi, Dushur Dakwah Menurut Al-Quran, (Jakarta: Bulan Bintang, 1994), h.167


(40)

4. Obyek Dakwah

Objek dakwah disebut juga dengan mad’u atau sasaran dakwah. Mereka adalah orang-orang yang diseru, dipanggil atau diundang untuk ber-amar ma’ruf nahi munkar. Jelas sekali bahwa objek dakwah adalah manusia mulai dari individu, keluarga, kelompok, golongan, kaum, massa, dan umat seluruhnya.

Masyarakat yang beraneka ragam latar belakangnya merupakan sasaran (objek) dakwah. Selain itu sasaran dakwah harus mampu mencakup segala aspek kehidupan secara utuh, baik sebagai makhluk pribadi dan makhluk sosial. Sasaran dakwah berawal dari diri pribadi, keluarga, masyarakat, bangsa, bahkan dunia. Sasaran dakwah secara sistematis dibagi menjadi beberapa bagian:

a. Individu

Sasaran dakwah terhadap diri sendiri (individu) merupakan suatu yang esensial sekali. Sebab, jika seorang da’I menanamkan kebaikan dalam dirinya maka akan mempengaruhi segala tingkah lakunya. Dengan begitu, untuk dapat diterima oleh sasaran dakwah atas apa yang disampaikan da’i dan untuk mengharapkan respon sasaran dakwah mengikuti ajarannya, maka da’i harus memberikan teladan yang baik.

b. Keluarga

Didalam keluarga, orang tua merupakan orang yang pertama kali memperkenalkan ajaran agama kepada anak-anaknya dan orang tualah yang dapat memberikan pengaruh ke dalam diri anak dalam pergaulannya sehari-hari.


(41)

c. Masyarakat

Masyarakat (umat) manusia sebagai sasaran dakwah merupakan kumpulan individu yang beraneka ragam. Oleh karena itu, hendaknya seorang da’i mengadakan penelitian untuk memperoleh gambaran mengenai sasaran dakwah.

Kegiatan dakwah sangat ditentukan oleh sasaran dakwah, karena tanpa adanya sasaran dakwah maka dapat dikatakan dakwah itu pada hakekatnya tidak ada. Dengan demikian, masyarakat sebagai sarana dakwah mencakup berbagai aspek kehidupan yang memiliki strata sosial yang berbeda-beda, yang semuanya harus dihadapi secara proporsional dari para da’i.

5. Materi Dakwah

Materi dakwah disini yakni isi pesan-pesan atau ajaran-ajaran Islam yang bersumber pada Al-qur’an, Hadits dan Ijtihad. Karena dari ketiganya itu merupakan sumber pokok ajaran Islam yang tidak boleh lepas ketika berbicara masalah Islam. Tradisi para sahabat yang menuliskan apa-apa yang diwahyukan Allah SWT dan juga menuliskan apa-apa yang bersumber dari Rasulullah yang dikenal dengan As-sunnah24 sedangkan pengembangannya kemudian akan mencakup seluruh kultur Islam yang murni yang bersumber dari kedua pokok Islam itu, sebagaimana yang tertuang dalam Al-Quran surat An-Nisa ayat 59:

24

Asep Syamsul M. Ramli, Jurnalistik Praktis, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1999) cet ke-1 h. 95


(42)

ْﻢ ْ زﺎ

ْنﺈﻓ

ْﻢﻜْ

ﺮْ ﺄْﻟا

ﻟوأو

لﻮ ﺮﻟا

اﻮ ﻴﻃأو

ﻪ ﻟا

اﻮ ﻴﻃأ

اﻮ

ﻦ ﺬﻟا

ﺎﻬ أ

ْنإ

لﻮ ﺮﻟاو

ﻪ ﻟا

ﻰﻟإ

ودﺮﻓ

ءْ

ﻚﻟذ

ﺮﺧ ْﻟا

مْﻮﻴْﻟاو

ﻪ ﻟﺎﺑ

نﻮ ْﺆ

ْﻢ ْآ

ﻦﺴْﺣأو

ﺮْﻴﺧ

ﺎ وْﺄ

)

59

(

59. Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.

Materi dakwah Islam tergantung pada tujuan dakwah yang hendak dicapai, namun menurut Asmuni Syukir, materi dakwah secara umum dapat diklasifikasikan menjadi tiga hal pokok, yaitu budi pekerti (akhlak), keimanan (aqidah), dan syari’at.25

a. Budi Pekerti (Akhlak)

Masalah akhlak dalam aktifitas dakwah merupakan pelengkap saja. Yakni untuk melengkapi keimanan dan keislaman seseorang. Meskipun akhlak ini berfungsi sebagai pelengkap, bukan berarti masalah akhlak kurang penting kurang penting dibandingkan dengan masalah keimanan dan keislaman, akan tetapi akhlak sebagai pelengkap dan pennyempurna keimanan dan keislaman.26

Materi kajian akhlak yang terpuji atau dengan kata lain akhlak mahmudah, termasuk akhlak kepada Allah, akhlak kepada orang lain maupun akhlak diri pribadi adalah yang mengandung unsur sabar, sopan, qana’ah dan sebagainya.

25

Asmuni Syakir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1993), h. 60-62.

26

Asmnuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam. (Surabaya: Al-ikhlas, 1983) h.60-63


(43)

Sedangkan akhlak yang buruk termasuk dalam kajian akhlak dengan kata lain akhlak mazmumah, seperti dengki, dendam, ingkar janji, membangkang kepada Allah dan sebagainya.

b. Keimanan (Aqidah)

Aqidah dalam Islam adalah bersifat I’tiqad bathiniah yang mencakup masalah-masalah yang erat hubungannya dengan rukun iman. Masalah aqidah ini secara garis besar ditunjukkan oleh Rasulullah saw. Dalam sabdanya:

رﺪﻘْﻟﺎﺑو

ﺮﺧﺄْﻟا

مْﻮﻴْﻟاو

ﻪ رو

ﻪ آو

ﻪ ﻜﺋﺎ و

ﷲﺎﺑ

ﻦ ْﺆ

ْنأ

نﺎﻤْﺈْﻟ

ﺮ و

ﺮْﻴﺧ

Iman adalah engkau percaya kepada Allah, malaikat-malaikatnya, kitab-kitabnya, Rasul-rasulnya, hari akhir dan percaya adanya ketentuan Allah yang baik dan buruk” (HR. Muslim).

c. Syari’at

Syariat dalam islam adalah berhubungan dengan erat dengan amal lahir (nyata) dalam rangka mentaati semua peraturan/hukum Allah guna mengatur hubungan anatara manusia dengan Tuhannya dan mengatur pergaulan hidup antara manusia dengan sesamanya. Hal ini dijelaskan dalam sabda Nabi Muhammad SAW sebagai berikut:

ﺔ وﺮْﻤْﻟا

ةﺎآﺰﻟا

ىدﺆ و

ة ﺼﻟا

ﻢﻴﻘ و

ﻪﺑ

كﺮْ

و

ﻪ ﻟا

ﺪ ْ

ْنأ

م ْ ﻹا

ْﻴ ْﻟا

ﺞ و

نﺎ ر

مﻮﺼ و

“Islam adalah bahwasannya engkau menyembah kepada Allah SWT dan janganlah engkau mempersekutukannya dengan sesuatu pun. Mengerjakan


(44)

shalat, membayar zakat, berpuasa di bulan Ramadhan dan menunaikan ibadah haji”. (HR. Bukhari-Muslim).

Hadits tersebut di atas mencerminkan hubungan antar manusia dengan masalah syri’ah termasuk masalah ibadah kepada Allah dan juga masalah-masalah yang berkenaan dengan pergaulan hidup antar sesama manusia diperlukan juga. Seperti hukum jual beli, berumah tangga, warisan, kepemimpian dan lainnya. Demikian juga larangan-larangan Allah seperti minum-minuman keras, berzina, mencuri, dan sebagainya itu termasuk pula masalah-masalah yang menjadi materi dakwah Islam (amar ma’ruf nahi munkar).

D. Pesan Dakwah Dzatiyah, Halaqoh dan Profesional

Pesan dakwah yang disampaikan oleh da’i kepada mad’u haruslah dikemas secara menarik, menggunakan metode yang sesuai di mana dakwah harus tampil secara aktual, faktual dan kontekstual. Aktual berarti mampu memecahkan masalah yang kekinian dan tengah hangat dibicarakan di masyarakat. Faktual dalam arti konkret dan nyata, serta kontekstual dalam arti relevan menyangkut problema yang sedang dihadapi oleh masyarakat. Dakwah bukanlah sebuah perjalanan yang mudah akan tetapi banyak rintangan yang perlu dihadapi dari berbagai macam kalangan termasuk kalangan Islam sendiri.

1. Dakwah Dzatiyah

Sebelum individu berdakwah terhadap orang lain, harus dimulai dari diri sendiri bagaimana ia memanfaatkan pancainderanya (sensasi), persepsi (memaknai stimuli), memori (apa yang boleh diingat) dan cara berfikir menurut


(45)

pandangan islam. Keempat tahapan ini merupakan siklus komunikasi dalam diri manusia.

a. Sensasi

Sensasi adalah proses menangkap stimuli artinya seseorang menerima stimuli dari luar melalui panca inderanya. Panca indera terdiri lima, yaitu: indera penciuman (hidung), indera perasa, indera pendengaran, indera penglihatan, dan indera pengecap. Pemanfaatan panca indera ini dituntun oleh ajaran Islam. Menurut epistimologi islam, sumber pengetahuan mencakup indera, akal dan hati (intuisi). Aliran filsafat empirisme, indera dipandang sebagai satu-satunya sumber pengetahuan. Fungsi indera sebagai alat adaptasi, pertahanan hidup, menghindari bahaya. Memiliki panca indera yang sempurna, manusia yang bersyukur atas karuniaNya maka mereka akan menggunakan panca indera, akal dan hati sesuai dengan pedoman Khaliknya (Pencipta dari makhluk) yang paling tahu kelemahan-kelemahan ciptaanNya dan bagaimana cara merawatnya. 27

b. Persepsi

Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi seperti juga sensasi yang ditentukan oleh faktor personal dan faktor situasional. Persepsi diartikan sebagai proses memaknai stimuli, dimana antara satu orang dengan orang lain berbeda-beda. Ini dikarenakan beberapa faktor antara lain latar belakang da’i, kebudayaan, pengetahuan, dan pengalaman seseorang.

27


(46)

Akal kebiasaannya meruang terhadap objeknya, cenderung memahami sesuatu secara general atau homogen sehingga tidak mampu mengerti keunikan sebuah momen atau ruang. Membedakan manusia dengan hewan, adalah akal, mampu bertanya kritis (what, when, how, who) tanpa akal manusia dalam kegelapan kemampuan menangkap hakekat dari sesuatu yang diamati atau dipahaminya.

Oleh karena keterbatasan akal inilah Tuhan melengkapi sisi kekurangan manusia dengan intuisi atau hati (qolb). Akal berputar pada tataran kesadaran hati menerobos kedalam ketidaksadaran (alam qolb) sehingga mampu memahami pengalaman-pengalaman non inderawi. 28

c. Memori

Memori berkaitan dengan kemampuan mengingat seseorang. Memori adalah sistem yang sangat berstruktur, yang menyebabkan organisme sanggup merekam fakta tentang dunia dan menggunakan pengetahuannya untuk membimbing perilakunya. Secara singkat, memori melewati tiga proses yaitu perekaman (encoding) yaitu pencatatan informasi melalui reseptor indera dan sirkit saraf internal. Penyimpanan (storage) ialah menentukan berapa lama informasi itu berada beserta kita, dalam bentuk apa dan di mana. Dan terakhir pemanggilan (retrieval) dalam bahasa sehari-hari mengingat lagi yaitu menggunakan informasi yang disimpan.29 Ingatan sangat berguna untuk merealisasikan kebaikan bagi manusia di dunia dan akhirat.

28

Ibid hal 86

29

Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005) cet ke duapuluh tiga, hal 62


(47)

Menurut M. Usman Najati, diantara problem manusia adalah lupa, yang dapat membahayakan dan menghalanginya untuk mengambil sikap yang tepat dalam menghadapi masalah kehidupan. Beberapa ayat Al-Qur’an menjelaskan, bahwa dengan adanya sifat lupa pada manusia, setan menemukan jalan untuk mempengaruhinya. Sehingga membuatnya terkadang lupa tentang beberapa hal yang penting yang akan membawa kebaikan bagi dirinya. Juga terkadang membuatnya lalai dari mengingat Allah dan melaksanakan perintah-perintahnya.30

d. Berfikir

Berpikir kita lakukan untuk memahami realitas dalam rangka mengambil keputusan, memecahkan masalah dan menghasilkan yang baru. Menurut terminologi pemikiran atau berfikir adalah kata benda dari aktifitas akal yang ada dalam diri manusia, baik kekuatan akal berupa kalbu, roh atau dzihn, dengan pengamatan dan pendalaman untuk menemukan makna yang tersembunyi dari persoalan yang dapat diketahui maupun untuk sampai pada hukum atau hubungan antara sesuatu. (Thoha Jabi Alwani,1989).

Dengan demikian berfikir sesungguhnya suatu kebutuhan insani yang tak terelakkan untuk tumbuh dan berkembang, yang sekaligus merupakan kebutuhan akan aktualisasi fitrahnya. Tegasnya, manusia tidak dapat lepas dari berfikir, seberapapun intensitas dan kuantitasnya.

2. Dakwah Halaqoh

Dakwah halaqah adalah da’i menyampaikan dakwahnya kepada kelompoknya sendiri dan ia juga dapat mengajak kelompok lain. Namun, dakwah

30


(48)

halaqoh tidak akan mampu memberikan sumbangsih apa-apa selain ulasan materi, hal ini terjadi manakala halaqoh hanya sebatas rutinitas saja. Padahal fungsi yang sesungguhnya halaqoh bukanlah seperti itu, akan tetapi lebih jauh daripada itu, yakni bagaimana halaqoh mampu meledakkan potensi dari peserta halaqoh. Untuk itu halaqoh haruslah memenuhi beberapa variabel, dimana dengan variabel tersebut halaqoh mampu menjalankan sebagaimana fungsi yang sesungguhnya.

3. Dakwah Profesional

Menurut pandangan Zainuddin MZ, dakwah hanya berpegang pada hadits Nabi, “Ballighuu ‘annii walau ayatan”, itu masih terlalu amatir. Ini berarti siapa saja boleh menjadi mubaligh dan berdakwah dan pokoknya siapa saja berhak.

Hadits tersebut lebih menekankan kewajiban individu terhadap diri sendiri, keluarga, kelompok, dan sekitarnya dan tempat kerja dalam menegakkan amal ma’ruf dan nahi munkar.

Al-Quran menegaskan “Wal takun minkum ummatun yad’una ilal khair…” itu merupakan isyarat profesional. Tidak sembarang orang bisa bermain disitu. Kata Waltakun minkum, yang berarti hendaklah ada sebagian diantara kalian, itu adalah penegasan dari Al-Quran agar tidak terjadi kerancuan antara yang amatir dan yang profesional.

Dakwah yang profesional sebagaimana yang diisyaratkan dalam Al-Quran surat Ali Imran ayat 104:

Gʍ)ދˆ

Ü1Ê@µP%

½‡…%Ï

I‰ÉÉÚke

t„´

´pÜoŒeÞ

IˆÉoÉ%ߍe‹ˆ

«ˆÉoÝ·5ß4´

I܉`NÝAe‹ˆ


(49)

104. Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar merekalah orang-orang yang beruntung.

Menurut Al Zamakhsyari dalam kitab tafsirnya, kalimat waltakum minkum

diartikan dengan “hendaklah ada diantara kalian sebagian orang”, maka dakwah dan amar ma’ruf dalam konteks ini hukumnya fardhu kifayah. Dan tidak sah dakwah jika dilaksanakan oleh orang-orang yang tidak memiliki pengetahuan tentang kebaikan dan kemunkaran dan tentang ilmu-ilmu yang berkaitan dengan keagamaan. Dakwah menurut ayat ini bukan hanya menyeru kebaikan secara umum, melainkan para pelaku dakwah harus benar-benar menjawab segala persoalan-persoalan agama yang dihadapi mad’u.31

4. Media Dakwah

Media berasal dari bahasa latin yaitu median yang berarti alat atau perantara untuk menyampaikan dakwah. Sedangkan menurut istilah, media adalah segala sesuatu yang dapat dijadikan sebagai alat perantara untuk mencapai suatu tujuan tertentu.32

Menurut Association for Education and Communication Tecnology

(AECT), media adalah segala bentuk yang dipergunakan untuk sesuatu proses penyaluran informasi. Sedang Education Association mendefinisikan media

31

Armawati Arbi, Etika dan Filsafat Komunikasi, 2010 hal 61-62.

32

Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam. (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), h. 163.


(50)

sebagai benda yang dapat dimanipulasikan, didengar, dilihat, dibaca, atau dibicarakan beserta instrument yang dipergunakan dengan baik.33

Berdasarkan pengertian di atas, maka media dakwah adalah segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan dakwah yang telah ditentukan. Media yang dimaksud bisa berupa barang (material), orang, tempat, kondisi tertentu dan sebagainya.

Menurut Hamzah Yakub, media dakwah diklasifikasikan menjadi lima jenis yaitu: a. Lisan, merupakan media yang paling mudah mempergunakannya melalui

lidah dan suara.

b. Tulisan, media ini berfungsi untuk menggantikan keberadaan da’i dalam proses dakwah. Tulisan dapat menjadi alat komunikasi da’i dan mad’u. c. Lukisan atau gambar/ilustrasi, media ini berfungsi sebagai penarik.

d. Audio Visual, media ini dapat merangsang indera penglihatan dan pendengaran mad’u.

e. Akhlaq, yaitu langsung dimanifestasikan dalam tingkah laku da’i.34

Jika dilihat dari segi sifatnya, media dakwah dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu:

a. Media Tradisional, yaitu berbagai macam seni dan pertunjukan yang secara tradisional dipentaskan di depan umum terutama sebagai hiburan yang memiliki sifat komunikasi seperti: drama, pewayangan, ketoprak humor dan lain-lain.

33

Asmawi, M. Basyirudin Usman, Media Pembelajaran, (Jakarta: Ciputat Pers,2002), h.11

34

Hamzah Yakub, Publisistik Islam: Tehnik Dakwah dan Leadership, (Bandung: CV Diponegoro, 1982), cet.ke-2, h.13


(51)

b. Media Modern, yaitu media yang dihasilkan dari teknologi yang antara lain seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain sebagainya.35 Media dakwah di zaman modern sekarang ini sangatlah beragam dan sangat maju. Jika da’i hanya terpaku dengan menggunakan cara-cara lama (tradisional), dakwah islamiyah bisa ketinggalan, artinya dakwah hanya akan tetap dinikmati oleh segelintir orang saja. Dakwah sebagai salah satu kegiatan komunikasi yang semakin canggih, artinya dakwah dituntut agar dikemas dengan terapan media komunikasi sesuai dengan aneka mad’u yang dihadapi. Dakwah yang menggunakan media komunikasi lebih efektif dan efesien, atau dengan bahasa lain dakwah yang demikian merupakan dakwah yang komunikastif.

Berbagai media untuk membantu dan mempermudah penyebaran dakwah islam, secara garis besar dapat digolongkan kepada media visual, audio, audio visual dan cetak.

a. Media Cetak, seperti: Buku, Surat Kabar atau koran, Majalah dan Buletin. b. Media Elektronik, seperti: Radio, Televisi dan film.

Penjelasan di atas dari media-media dakwah yang serba canggih dan memiliki keunggulan dalam menyampaikan pesan, merupakan suatu tantangan bagi para da’i (Juru Dakwah) saat ini untuk dapat menggunakan media-media tersebut agar dakwah Islam dapat terdengar dan menggema dimana-mana baik di kota-kota, pelosok desa sampai keseluruh penjuru dunia sekalipun. Salah satu media dakwah yang cukup lama telah digunakan untuk penyebaran dakwah Islam, yaitu radio. Sebagaimana telah kita dengar di radio, bahwa cukup banyak

35

Adi Sasono, Solusi Islam atas Problematika Umat Ekonomi, Pendidikan dan Dakwah, (Jakarta: Gema Insani Press, 1998), cet.ke-1, h.154


(52)

radio yang menyiarkan siaran keagamaan. Karena radio sebagai media elektronik yang bersifat auditif memiliki beberapa kelebihan, diantaranya mudah dinikmati oleh setiap kalangan, murah dan lain sebagainya. Jadi radio bisa dikatakan sebagai media dakwah yang cukup efisien dan efektif.


(53)

A. Sejarah Singkat Radio CBB

Radio Cakti Budhi Bhakti (CBB) merupakan radio dari instansi pajak, yang dapat didengarkan hanya daerah Jakarta yaitu di daerah Sangaji terletak di Jakarta Pusat, nama Cakti Budhi Bhakti merupakan motto dari instansi pajak. Pada tahun 1970 pemerintah mengeluarkan aturan baru, bahwa setiap radio yang berbadan hukum harus berbentuk Perseroan Terbatas (PT) dan nama CBB pun menjadi PT. Radio Cakti Budhi Bhakti pada tahun 1980-an.

Pada tahun 1971 – 1988 Radio CBB memiliki komunitas pendengar dan Program yang beraneka ragam, lagu-lagu dan materi siarannya disesuaikan dengan segmentasinya, yaitu dengan berbagai etnis di seluruh nusantara, mulai dari lagu Indonesia, dangdut, lagu Sunda, Jawa, Batak, Padang dan juga keroncong. Di era 90 CBB mulai terjadi persaingan dengan radio lainnya dan CBB pindah frekwensi dari AM menjadi FM dengan sapaan akrab kepada pendengar dengan sebutan Neng Manis dan Abang Sayang, berbasis dangdut pertama di jalur FM.

Radio CBB meraih ranking pertama dari hasil SRI (Survey Research Indonesia) pada tahun 1992 disebuah event besar yang belum pernah di adakan Radio CBB dengan misinya mengangkat khazana musik dangdut agar dapat dikonsumsi atau digemari oleh kalangan menengah atas, event ini berjudul LCPD (Lomba Cipta dan Penyanyi Dangdut) yang grand finalnya diadakan di hotel


(54)

berbintang 5 (Hotel Hilton) dari hasil event ini musik dangdut mulai dikenal oleh kalangan menengah atas.

Salah satu usaha keras untuk menjaga komunitas pendengarnya adalah melalui kuis, yang dinamakan kuis Si Badut yang mendapat respon baik dari pendengar. Radio CBB 107,55 FM sukses mengudara di arena Pekan Raya Jakarta (PRJ) pada tahun 1994, dengan kehadiran radio CBB di kawasan PRJ membuat radio CBB dikenal oleh masyarakat dari segala penjuru. Adanya penataan ulang di seluruh frekwensi yang dikeluarkan oleh Departemen Perhubungan pada 1 Agustus 2004, radio CBB berubah frekwensi 107,55 FM menjadi 105,5 FM sampai sekarang.

Dengan pengalaman mencapai 39 tahun sejak tahun 1971 Radio CBB menjadi tempat berkumpulnya musisi-musisi dangdut dengan berbagai kreatifitasnya, CBB tidak hanya dijangkau melalui radio tapi juga dapat dijangkau melalui internet dengan situs (www.bandar dangdut.com) ataupun melalui social networking seperti facebook. Radio CBB selalu berusaha untuk menyenangkan komunitasnya, setiap tahun radio CBB memprogramkan tour ke berbagai tempat wisata, pada tahun 1997 Radio CBB berwisata ke Pantai Carita dengan menggunakan 20 bus, tahun 1998 berwisata ke Gunung Mas dengan 18 bus dan terakhir di Pantai Matahari dengan menggunakan 24 bus dalam acara final karaoke dengan melombakan 10 orang peserta dan pemenangnya mendapat hadiah untuk masuk ke dapur rekaman CBB.

Pada pertengahan tahun 2007 penanggung jawab radio CBB beralih ke tangan putra pemilik yaitu Bapak Moh Bima B.Comm selaku pimpinan sampai


(55)

saat ini, dengan dibantu beberapa Manager pada devisi Marketing, Produksi, Keuangan, Promosi dan Umum. Dengan SDM sebanyak + 35 personil, Radio CBB sampai sekarang tetap eksis, pendengar yang setia mengikuti program-program Radio CBB dan mengadakan pertemuan-pertemuan baik saat ulang tahun CBB, karyawan (penyiar) bahkan dalam acara Halal Bihalal dan Tahun Baru.1

B. Visi dan Misi Radio CBB

Visi: Menjadikan musik dangdut menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Misi: Menjadikan radio sebagai sarana silaturahmi dan memberikan hiburan

untuk pecinta musik dangdut.

C. Sejarah Singkat OPTIMIS (Obrolan Seputar Iman dan Islam)

Program keagamaan di Radio CBB mulai di dirikan pada tanggal 10 April 1990 dengan nama program kuliah subuh yang bernarasumber Ustadz Nur Iskandar SQ, setelah Ustadz Iskandar sibuk dengan kegiatannya maka acara ini di gantikan oleh narasumber lain yaitu Ustadz KH Kamaludin Nazuli Al-Batawi pada tahun 2000 – 2005 dan program kuliah subuh diganti menjadi program OPTIMIS yaitu Obrolan Seputar Iman dan Islam. Setelah Ustadz Kamaludin wafat maka acara keagamaan menjadi fakum selama satu tahun dan baru berjalan lagi pada tahun 2007 sampai sekarang dengan rnarasumber Ustadz Gustiri MAK. Program OPTIMIS menjadi program yang paling digemari dibandingkan dengan program keagamaan lainnya karena pembawaan Ustadz Gustiri yang santai,

1 Astuti Herawati, manager HRD/umum Radio CBB, Hasil Wawancara Pribadi, (Jakarta:


(56)

menarik, berwawasan luas sehingga pendengar ikut interaktif pada acara keagamaan tersebut. 2

D. Visi dan Misi OPTIMIS (Obrolan Seputar Iman dan Islam)

Visi: Mengembangkan bagaimana Iman dan Islam dapat diterima di masyarakat.

Misi: Penyebaran syariat Islam secara luas.

E. Program-Program Acara yang Disiarkan PROGRAM HARIAN

05.00-06.00 Wib : Optimis ( Obrolan Seputar iman & Islam ) 06.00-09.00 Wib : Bibir jakarta

09.00-11.00 Wib : Pilkada ( Pilih Lagunya kami dengdangkan ) 11.00-13.00 Wib : GENTAR ( Gendang Tarling )

13.00-14.00 Wib : Dangdut Nonstop

14.00-16.00 Wib : SMS ( Salam Menjelang Sore ) 16.00-17.00 Wib : Dangdut Nonstop

17.00-18.00 Wib : Amin ( Ajang Membina Iman ) 18.00-20.00 Wib : Three In One ( 3 in 1 )

20.00-23.00 Wib : DM ( Dengdang Melayu ) 23.00-01.00 Wib : Waspada

2 Biki darma, Program Director, hasil wawancara pribadi, (Jakarta: 11 Agustus 2010


(57)

PROGRAM PILIHAN Jum’at

11.00-13.00 Wib : Citra Muslimah 14.00-17.00 Wib : Ratu Pantun

Sabtu

06.00-09.00 Wib : Goyang Jakarta

09.00-11.00 Wib : Mp3 Dangdut ( Lagu yang pernah Hit )

11.00-13.00 Wib : Calon Beken ( Lagu yg dipilih Untuk di jagokan di CBB Top 10 )

14.00-17.00 Wib : Terminal Dangdut CBB ( DJ Lagu-lagu koplo dan house ) 20.00-22.00 Wib : Janda Tembang ( lagu Sunda & Campursari )

22.00-23.00 Wib : Mami Bergoyang ( Lagu Koplo Semi DJ )

Minggu

06.00-09.00 Wib : Goyang Jakarta 09.00-11.00 Wib : Mp3 Dangdut 11.00-12.00 Wib : CBB Top 10

12.00-14.00 Wib : Bintang Udara ( Karaoke dangdut ) 14.00-15.00 Wib : Dangdut Nonstop

15.00-17.00 Wib : Raja & Ratu ( Lagu-lagu Raja Dangdut & Ratu Dangdut ) 18.00-20.00 Wib : Irama Gangga ( Lagu-lagu India )


(58)

F. TARGET PENDENGAR Jenis Kelamin

Pendengar Radio CBB lebih dominan wanita karena wanita kesibukannya tidak sebanyak dengan pria, tetapi pria pun tidak mau ketinggalan dengan wanita, se-sibuk apapun mereka akan menyempatkan waktunya untuk mendengarkan Radio CBB dan untuk Pria pendengarnya 45%

Pria 45% Wanita

55%

Pekerjaan

0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 35% 40% 45% 50%

1 2

Laki-Laki Perempuan

Pekerjaan pendengar CBB 50% karyawan swasta, 45% Ibu Rumah Tangga, 40% Pedagang, 35% Pelajar, 30% Sopir, 25% Wiraswasta, 20% Pegawai Negeri, 15% Guru, 10% Anak-anak, 5% dll.


(59)

Tingkat Pendidikan 0% 10% 20% 30% 40% 50%

1 2 3 4

SD-SMP SMA SARJANA Lainnya

Pendidikan pendengar CBB 50% SD, 40% SMP, 30% SMA, 20% S1, dan 10% S2. Tingkat pendidikan CBB rata-rata SD karena Radio CBB merupakan Radio yang pendengarnya menengah ke bawah. Walaupun Radio CBB mayoritas pendengar menengah ke bawah tetapi Radio CBB dicintai semua masyarakat tidak hanya pendengar menengah ke bawah melainkan pendengar menengah ke atas pun turut mendengarkan acara-acara yang disyiarkan Radio CBB.

Usia Pendengar 0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 35% 40%

1 2 3 4

16-25 26-30 31-40 41-60

Usia pendengar Radio CBB rata-rata mencapai 26-30 tahun sekitar 40%, diikuti 30% dengan umur 16 sampai 25 tahun, 25% umur 31 sampai 40 tahun dan


(60)

terakhir 5% umur 41 sampai 60 tahun. Rata-rata pendengar Radio CBB kebanyakan wanita.

G. Struktur Kelembagaan Jajaran Managemen:

Komisaris : Ny.Tini Marliah Direktur : M. Bima B.Comm Mediator : Erti Hindarti Station Manager : Act. M. Bima B.Comm Special Task Force : Erti Hindarti

Imas Tamborin

Rudi Salim

Denhava Rasti

Production MGR : Biki Darma

Marketing MGR : TB.Mansyur Abdullah Promotion MGR : Hendy Syafri

ACC/Keuangan : Ratna Wahyuni MGR HRD/Umum : Astuti

Program Director : Act. Biki Darma

Penyiar : Tonny Ramli

Bram Patirani

Govin Gogo

Imas Tamborin


(61)

Music Direct : Hamid Saiman Ass.Music Direct : Putra Wijaya Tek.Transmisi : Hartono

Tek.Audio : L.Budi H

Ae/Traffic/Staff Adm : Laksmi Adriani Puji Kurniawan

Maya Habsyie

Denhaya Rasti

Ass.Mgr/Staff Adm : Edy H

: Andri Ishadi

Caraka : Rudy Hartono

Security/Driver/OB : Marzuki

Heru Purnomo

Petrus Ola

Jaja Zulkifli

Adrian Azis

H. Tema OPTIMIS (Obrolan Seputar Iman dan Islam)

Program OPTIMIS yang disiarkan di radio CBB menampilkan tema-tema yang menarik. Adapun tema-tema yang ditampilkan pada siaran keagamaan seputar Iman dan Islam adalah sebagai berikut:


(62)

Tabel 2 TEMA OPTIMIS

No Tema Narasumber Waktu

1 Dzikir Drs. Gustiri MAK 22/03/2010

Jam 05.00 – 06.00 2 Bagaimana Kita Mendekatkan

Diri Kepada Allah dan Bagaimana Kita Beristiqomah

Drs. Gustiri MAK 29/03/2010

Jam 05.00 – 06.00

3 Hikmah Ziarah Kubur Drs. Gustiri MAK 07/04/2010 Jam 05.00 – 06.00 4 Membedah Ayat Al-Quran Surat

Al-Imran Ayat 104 Tentang Generasi Umat Terbaik

Drs. Gustiri MAK 09/04/2010

Jam 05.00 – 06.00

5 Wibawa Hukum Drs. Gustiri MAK 13/04/2010 Jam 05.00 – 06.00 6 Shalat Sunnah Awwabin Drs. Gustiri MAK 19/04/2010

Jam 05.00 – 06.00 7 Membedah kajian kitab nashoih

al-‘ibad karya ibnu hajar Al-‘asqolani

Drs. Gustiri MAK 03/05/2010


(63)

I. Format OPTIMIS (Obrolan Seputar Iman dan Islam)

OPTIMIS yang mengudara setiap ba’da Shubuh memiliki format acara yang berbeda dengan program acara yang lainnya. Format OPTIMIS hanya menggunakan dialog.

Format OPTIMIS dengan dialog adalah penyampaian materi dakwah secara langsung (live) dengan menampilkan narasumber yang berkompeten dibidangnya, ditemani oleh pemandu acara tanpa diselingi dengan iklan. Pada format program OPTIMIS dengan dialog, yang berdurasi selama 60 menit, komposisinya adalah 15 menit live pemateri menyampaikan isi materinya, dan 5 menit selanjutnya adalah kesimpulan dari isi materi yang disampaikan pada siaran tersebut. Sedangkan 30 menit berikutnya disediakan kesempatan bagi para pendengar untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan, baik yang berkaitan langsung dengan materi maupun yang tidak berkaitan dengan materi. Pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat ditanyakan melalui telepon atau sms. Sisa waktunya digunakan oleh penyiar untuk memandu acara tersebut.3

3 Agil Bastian, Penyiar dan Promosi Radio CBB, Hasil Wawancara Pribadi, (Jakarta: 23


(64)

A. Kesimpulan

Setelah penulis menjelaskan, menerangkan dan menganalisis pada pembahasan-pembahasan di atas, maka penulis memperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil pengolahan data, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa pesan dakwah yang mengandung Dakwah Dzatiyah 78,6% terdiri dari manajemen akal, kalbu, nafs, nurani dan syahwat, manajemen sensasi, persepsi, memori dan cara berfikir yang yang islami, serta kecerdasan intelektual. Pesan dakwah yang mengandung Dakwah Halaqoh 19,0% terdiri dari nahi munkar berjmaah dan amar ma’ruf berjamaah. Kemudian pesan dakwah mengenai Dakwah Profesional 2,40% yang terdiri dari dakwah struktural melalui organisasi (lembaga legislatif, eksekutif, dan yudikatif).

2. Diantara dakwah dzatiyah, halaqoh dan profesional yang paling menonjol dari tiga kategorisasi tersebut ialah Dakwah Dzatiyah. Dakwah Dzatiyah yaitu dakwah kepada diri sendiri, da’I dan mad’u sebagai manusia memahami manusia sebagai makhluk basyariah secara pisik dan makhluk insaniyah secara psikologis. Jadi, sebelum berdakwah kepada orang lain, kita harus mendahulukan berdakwah kepada diri sendiri. Berdakwah dapat mengubah persepsi dan sensasi serta dapat mengubah cara berfikir sehingga menjadi sesuai dengan aturan islam itu menjadi sangat penting


(65)

sebelum memulai dakwah secara struktural maupun antar organisasi kemasyarakatan.

3. Pesan yang disampaikan pemateri sangat bagus, pengemasannya sangat menarik respon masyarakat, sehingga masyarakat antusias untuk mendengarkan dan turut serta dalam dialog dan pertanyaan melalui via sms maupun telepon. Materi-materi yang disampaikan sesuai dengan kebutuhan khalayak mengenai persoalan hidup. Program ini sudah berjalan selama tiga tahun lamanya, walaupun sudah cukup lama namun respon masyarakat semakin lama semakin baik. Ini dapat dilihat dari banyaknya telepon ataupun sms yang masuk saat program OPTIMIS mengudara di 105,4 FM.

B. Saran-saran

Kegiatan dakwah yang dilakukan CBB FM adalah suatu kegiatan yang sangat positif guna menambah pengetahuan khususnya Crew CBB FM tentang agama Islam yang dapat merubah sikap dalam beribadah. Penulis mencoba memberikan beberapa saran, yaitu:

1. Pesan dakwah yang disampaikan hendaknya menjadi teladan bagi pendengar dan para narasumber, selalu memberikan penjelasan-penjelasan kepada masyarakat kapanpun mereka membutuhkannya, dan segera merespon persoalan yang dihadapi masyarakat muslim.


(1)

Pkl.23.00-01.00 DELMAN

Permintaan lagu-lagu Mansyur. ( Setiap Jum’at )

Pkl.18.00-20.00 GORESAN PENA PUISI DAN SURAT

Penyiar membacakan puisi atau surat yang dikirim oleh pendengar diiringi backsound yang harmonis. ( Setiap hari Minggu )

Pkl.20.00-22.00 JANDA TEMBANG

Penyajikan agu jawa,sunda,dan campursari Melalui telpon dan SMS. ( Setiap Sabtu )

Pkl.22.00-23.00 MAMI BERGOYANG

Malam Minggu Bergoyang dengar lagu sambil Santai dan Nongkrong di malam hari. ( Setiap Sabtu )

Pkl.06.00-09.00 SIDE JOB

Senandung Irama Dangdut Enerjik sambil joget 06.00-07.00 Lagu enerjik

07.00-07.20 Hari bahagia

07.20-09.00 Kirim lewat SMS atau Telepon kirim kirim salam ke pendengar ( Setiap hari Minggu )

Pkl. 20.00 – 21.00 DANGDUT RILEKS

Acara yang dikemas untuk menawarkan lagu Ke pendengar sedang santai di malam hari.


(2)

Pkl. 21.00 – 23.00 GONDANGDIA

Govid berdendang India melalui telpon dan SMS Berkaitan dengan dendang lagu India.

( Setiap Hari Minggu )

Pkl. 23.00 – 01.00 ALADIN

Memutar lagu dangdut lawas irama nostalgia Bersama artis tempo dulu. (Setiap hari Minggu )

Contact Person :

EDY HERLAMBANG

081319801770-081511071770


(3)

WAWANCARA PRIBADI DENGAN USTADZ GUSTIRI MAK

(Jakarta: 12 Agustus 2010 Kediaman Ustadz Gustiri)

T Mengapa dari tiga kategori isi pesan dakwah Dzatiyah, Halaqoh dan Profesional yang lebih unggul kategori Dakwah Dzatiyah?

J Karena sebelum berdakwah kepada orang lain, kita harus mendahulukan berdakwah kepada diri sendiri. Berdakwah dapat mengubah persepsi dan sensasi serta dapat mengubah cara berfikir sehingga menjadi sesuai dengan aturan islam itu menjadi sangat penting sebelum memulai dakwah secara struktural maupun antar organisasi kemasyarakatan.

T Dzikir itu selalu mengingat kepada Allah. Ada berapa tingkatan dalam dzikir?

J Menurut Ibnu Athaillah As-Sakandari dalam kitab hikam-nya bahwa berdzikir terdiri dari tiga tingkatan yaitu: Pertama, Dzikir Jali artinya jelas, nyata. Dzikir jali adalah sesuatu pekerjaan dzikir untuk mengingat Allah dalam bentuk ucapan-ucapan lisan yang mengandung, arti pujian, shalawat, rasa syukur, munajat, doa dengan ucapan secara jelas guna menuntun gerakan hati menuju kekhusuan. Kedua Dzikir Khafi (tersembunyi) adalah dzikir pekerjaan “lisan hati” dilakukan secara khusuk oleh ingatan hati yang memerintahkan syaraf motorik untuk menggerakkan akal fikiran, ketafakuran terhadap kehebatan Allah SWT artinya berfikir tentang segala ciptaan dan kebesaran-Nya dan merenung betapa semua ini menunjukkan kemahasempurnaanya. Baik dilakukan dengan pekerjaan hati untuk menyeru asma Allah maupun bertasbih yang menunjukkan kekaguman hati terhadap sifat Allah. KetigaDzikir Hakiki artinya hakikat dzikir (yang sebenarnya). Dzikir hakiki merupakan tingkatan yang paling tinggi jika dilakukan. Karena pada dzikir hakiki ini seluruh seluruh jiwaraga, anggota pancaindera seseorang, baik secara lahiriyah maupun batiniyah. Kapan, dimana dan bagaimanapun keadaanya di waktu sulit dan senang selalu melakukan dzikir.


(4)

T Kenapa ziarah kubur pada zaman dahulu tidak diperbolehkan? Dan kenapa pada zaman sekarang diperbolehkan?

J Pada awal islam, demi menjaga aqidah Nabi Muhammad SAW melarang umat islam melakukan ziarah kubur. Ada kekhawatiran, umat islam akan kembali lagi pada kepercayaan lama melakukan kemusyrikan kepada Allah SWT. Setelah aqidah umat islam menjadi kuat, barulah ziarah kubur diperbolehkan karena memang ada manfaat besar yang terkandung di dalamnya. Rasulullah SAW bersabda:

ْﻦ

ْﺮﺑ

لﺎ

ةﺪ

:

ْﻮ ر

لﺎ

ﷲا

ل

ْﻴ

ﷲا

ﻢ و

:

ْﺪ

ْآ

ْﻴﻬ

ْﻢﻜ

ْﻦ

ز

ةرﺎ

ْﻟا

ْﻮ ﻘ

ر

ْﺪﻘﻓ

ذأ

ن

ﺪﻤ ﻤ

ْ

ز

ةرﺎ

ْ

أ

ْو

ر

ه

آ

ْﻟاﺄ

ة

)

ﻟا

ْﺮ

ْي

,

)

974

(

Dari Burairah r.a berkata, Rasulullah SAW bersabda “Saya pernah melarang kamu berziarah kubur. Tapi sekarang Muhammad telah diberi izin untuk berziarah ke makam ibunya. Maka sekarang berziaralah, karena perbuatan itu dapat mnegingatkan kamu pada akhirat” (Sunan Al-Tirmidzi (974)

Setelah adanya hadits ini maka ziarah kubur diperbolehkan bagi umat Muhammad SAW. Karena itulah para ulama menyatakan kesunahan melakukan ziarah kubur, terlebih di makam nabi, para wali, orang shalih dan orang yang memiliki keutamaan. Kebolehan ini berlaku umum bagi laki-laki dan perempuan. Yakni haditsnya:

رْﻮ ﻘْﻟا

تاراوز

ﻦ ﻟ

ﻢ و

ﻪْﻴ

ﷲا

لﻮ ر

نأ

ةﺮْﺮه

ْ ﺑأ

ْﻦ

)

ﺪ ْﺴ

ْﺣ

ﻦْﺑ

ﺪﻤْﺣأ

,

)

8095

(


(5)

Dari Abu Hurairah r.a: “Sesungguhnya Rasulullah SAW melaknat perempuan-perempuan yang melakukan ziarah kubur.” (Musnah Ahmad bin Hanbal (8095)

Para ulama menyatakan bahwa larangan ini berlaku sebelum adanya anjuran nabi untuk ziarah. Setelah adanya hadits kebolehan tersebut, maka hukum ziarah boleh, baik laki-laki dan perempuan.

ْﺪ و

ر

أ

ى

ْ

أ

ْه

ْﻟا

ْﻢ

أ

ن

ه

آ

ا

نﺎ

ْ

أ

ْن

ﻟا

ﷲا

ْﻴﻪ

و

ْ

ز

رﺎ

ة

ْﻟا

ْﻮ

ر

ر

د

ْ

ر

ْﺧ

ﺮﻟا

لﺎ

و

ﻟا

ءﺎ

)

ْﺮ ﻟا

ي

,

)

976

(

“Sebagian ahli ilmu menyatakan bahwa hadits itu diucapkan sebelum Nabi SAW membolehkan ziarah kubur, setelah Nabi SAW mengizinkan, maka laki-laki dan perempuan masuk dalam perkenaan tersebut.” (Sunan Al-Tirmizi (976)

T Apa hikmah dan Manfaat Ziarah Kubur?

J Selain bermanfaat kepada shohibul maqbaroh (orang yang ada dalam kuburan), manfaat ziarah kubur juga kembali kepada orang yang berziarah. Diantara manfaat ziarah kubur ialah: Pertama, mengingatkan manusia akan kematian dan kehidupan akhirat. Menyadarkan seseorang bahwa hidup tidak ada yang abadi. Semua akan berakhir pada satu titik, yakni kematian yang merupakan pintu menuju kehidupan yang abadi di akhirat. Kedua, menghilangkan sifat tamak dan rakus dalam urusan dunia. Dengan melakukan ziarah kubur, seseorang akan menjadi sadar bahwa kelak ia akan mengalami hal yang serupa. Dikuburkan dalam sepetak tanah tanpa membawa harta benda yang dibanggakan dan dikejar-kejar tanpa kenal lelah sepanjang waktu. Ketiga, sebagai obat hati yang telah sakit dan membantu karena terbuai kehidupan dunia yang fana. Menyadarkan seseorang bahwa tidak ada gunanya menumbuh suburkan sifat takabur, riya dll di


(6)

dalam hati. Karena sehebat apapun seseorang, ia hanyalah makhluk lemah yang tidak mampu menolak datangnya kematian. Keempat, ziarah kubur adalah salah satu perintah Rasulullah SAW. Karena itu ia merupakan salah satu perbuatan yang bernilai ibadah kepada Allah SAW jika yang diziarahi adalah makam Nabi Muhammad SAW dan para ulama yang telah berjasa besar kepada agama islam. Kelima, ziarah kubur merupakan salah satu cara mengenang jasa orang yang meninggal dunia dan meniru jejak langkah mereka.