Atau guru menegurnya dan bahkan mungkin mendapatkan sangsi karena membuang sampah sembarangan Budaya yang kondusif perlu diciptakan
secara sadar dan dilakukan secara berkesinambungan.
Sebaliknya budaya sekolah bersifat destruktif ketika mendorong proses pendidikan sekolah ke arah yang negatif. Sebagai contoh budaya instan,
yakni ingin memperoleh hasil baik tanpa memperhatikan proses secara benar. Guru mengobral nilai agar peserta didik lulus. Sekolah meluluskan seluruh
peserta didik tanpa memperhatikan kualitas lulusan yang akan dihasilkan. Hal ini akan melemahkan daya juang peserta didik kurang sungguh-sungguh,
menurunkan kualitas pemahaman dan penguasaan materi peserta didik dan mencari jalan pintas dalam menghadapi permasalahan kelak. Contoh lain
adalah budaya formalitas, yakni guru masuk kelas hanya formalitas memenuhi absen tanpa ada passion dalam mengajar. Mengajar hanya sekadarnya tanpa
memperhatikan perkembangan yang terjadi sehingga materi tidak up-date jadul. Guru tidak mempedulikan apakah peserta didik bisa atau tidak,
mengerti atau tidak, melainkan hanya formalitas memenuhi syarat jam sertiikasi. Inilah contoh budaya sekolah yang mungkin dapat terbentuk dan
perlu dicermati.
Untuk membentuk budaya sekolah yang kondusif, perlu diperhatikan faktor-faktor berikut ini:
1. Nilai-nilai 2.
Tim suksesi 3. Proses sosialisasi
4. Reward and punishment
1. Nilai-nilai
Sekolah perlu menyaring nilai-nilai perilaku Junzi apa yang dianggap penting dan prioritas untuk dikembangkan sebagai budaya sekolah.
Pemilihan nilai-nilai yang akan dikembangkan dan menjadi budaya sekolah harus sejalan dengan visi dan misi sekolah yang akan
diwujudkan.
Pemilihan nilai-nilai perlu mempertimbangkan karakter utama yang dibutuhkan pihak sekolah dalam mewujudkan visi misinya. Nilai-
nilai inilah yang memungkinkan mewujudkan “untuk apa” sekolah
didirikan atau “mengapa sekolah tersebut harus ada.” Pendidikan Agama Khonghucu memiliki peran yang penting untuk memberikan
45
Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekerti
pertimbangan dan masukan dalam pemilihan nilai-nilai tersebut. Pendidikan Agama Khonghucu perlu berjalan seiring dengan seluruh
warga sekolah dalam membangun karakter peserta didik. Contoh budaya yang dapat dikembangkan berdasarkan Pendidikan Agama
Khonghucu adalah budaya spiritual, budaya bakti, budaya tahu malu, budaya mau mengalah, budaya estetika dan budaya ilmiah.
2. Tim Suksesi
Nilai-nilai yang menjadi landasan budaya sekolah bukan hanya berupa tulisan indah belaka melainkan harus diimplementasikan
dalam kenyataan di sekolah. Oleh karena itu diperlukan tim suksesi agar nilai-nilai tersebut dapat diketahui, dimengerti, dihayati dan
dipraktekkan oleh setiap warga sekolah.
Tim suksesi bertugas untuk mensosialisasikan, memonitor, mengukur dan mengevaluasi pelaksanaan di lapangan sehingga setiap warga
sekolah mengerti dan menerima nilai-nilai tersebut menjadi bagian dalam dirinya. Tim suksesi pada hakekatnya adalah pelopor perubahan
di lingkungan sekolah. Nabi Kongzi pernah bersabda,”Jadilah pelopor dalam berjerih payah.”
3. Proses Sosialisasi
Budaya sekolah bukanlah hal yang terjadi dalam sekejab, melainkan membutuhkan proses waktu. Faktor kritis yang perlu diperhatikan
adalah proses sosialisasi. Perlu dipastikan apakah setiap warga sekolah mengetahui nilai-nilai dan budaya sekolah. Apakah setiap
warga sekolah memiliki pemahaman yang sama terhadap nilai-nilai dan budaya sekolah.
Bila diperlukan, teks nilai-nilai dan budaya sekolah dipajang ditempat yang mudah terlihat dan dilakukan penjelasan kepada seluruh warga
sekolah.
Keberhasilan proses internalisasi nilai-nilai menjadi sebuah budaya sekolah membutuhkan komitmen dan konsistensi dari atas ke bawah
dan dilakukan secara terus menerus.
4. Reward and Punishment