Jaminan ganti rugi atau biaya perbaikan terhadap kerusakan pada kendaraan yang disebabkan oleh gempa bumi, tsunami dan atau letusan gunung berapi.
Pemogokan, Kerusuhan, dan Makar Strike, Riot, and Civil CommotionSRCCTS Jaminan ganti rugi atau biaya perbaikan terhadap kerusakan pada kendaraan yang
disebabkan oleh kerusuhan, pemogokan, penghalangan bekerja, tawuran, huru-hara, pembangkitan rakyat, revolusi, makar, terorisme dan atau sabotase.
Penambahan klausula terhadap perlindungan perluasan terhadap keadaan force majeure dengan mencantumkan fleksibilitas dari pelaksanaan suatu prestasi. Hal ini diakibatkan
karena perubahan-perubahan prestasi tersebut dapat pula mengakitbakan perubahan- perubahan pada bentuk pelaksanaan dari prestasi itu sendiri dari hal-hal yang telah disepakati
sebelumnya. Salah satu klausula yang dapat ditambahkan adalah dengan membuka kesempatan untuk menegosiasikan ataupun merevisi kembali pola pelaksanaan prestasi yang
tertunda, misalnya konsekuensi harga kontrak atau juga pengaturan tentang konsekuensi pelaksanaan kontrak tersebut dalam hal langkah ataupun pembicaraan untuk merevisi kontrak
tersebut ternyata tidak berhasil disepakati.
103
3. Penyelesaian Sengketa Dalam Asuransi 1. Lembaga Peradilan
Penyelesaian sengketa melalui pengadilan adalah suatu pola penyelesaian sengketa yang terjadi antara para pihak yang diselesaikan oleh pengadilan dan putusannya bersifat
mengikat
104
.Peradilan adalah salah suatu urusan di dalam rumah tangga negara yang teramat penting. Bagaimanapun baiknya segala peraturan hukum yang diciptakan di dalam suatu
negara, guna menjamin keselamatan masyarakat dan yang menuju kepada tercapainya kesejahteraan rakyat, peraturan-peraturan itu tak akan memberikan faedah, apabila tidak ada
suatu tahapan instansi, yang harus memberikan isi dan kekuatan kepada kaidah-kaidah hukum, yang diletakkan di dalam undang-undang dan peraturan hukum lainnya. Karena itu
harus ada pihak yang dengan keputusannya atas dasar undang -undang dapat memaksa orang
103
Op.Cit., Ricardo Simanjuntak.. hlm. 251-252.
104
Salim HS..Hukum Kontrak.Sinar Grafika, Jakarta, 2008, hlm.140
Universitas Sumatera Utara
mentaati segala peraturan negara, dan menjadi forum dimana penduduk dapat mencari keadilan serta penyelesaian persoalan-persoalan tentang hak dan kewajibannya masing-
masing menurut hukum. Oleh karena itu, maka adanya peradilan yang baik dan teratur serta mencukupi kebutuhan adalah suatu keharusan di dalam susunan negara hukum.
Secara konvensional atau tepatnya kebiasaan yang berlaku dalam beberapa dekade yang lampau jika ada sengketa bisnis, pada umumnya para pebisnis tersebut membawa kasusnya
ke lembaga peradilan ditempuh, baik lewat prosedur gugatan perdata maupun secara pidana. Jika pilihannya penyelesaian sengketa dilakukan melalui lembaga peradilan, para pihak
memperhatikan asas yang berlaku dalam gugat-menggugat melalui pengadilan. Satu asas yang cukup penting adalah siapa yang mendalilkan, wajib membuktikan kebenaran dalilnya.
Asas ini dijabarkan dalam pasal 1865 KUHPdt yang mengemukakan bahwa “Setiap orang yang mendalilkan bahwa ia mempunyai sesuatu hak atau guna meneguhkan haknya sendiri
maupun membantah suatu hak orang lain, menunjuk suatu peristiwa, diwajibkan membuktikan adanya hak atau peristiwa tersebut.” Oleh karena itu, jika penyelesaian
sengketa bisnis dipilih lewat lembaga peradilan, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangan, yakni pihak penggugat wajib membuktikan kebenaran dalilnya. Di samping itu, penggugat
harus tahu persis di mana tempat tinggal tergugat, sebagai gugatan harus diajukan di tempat tinggal tergugat, Asas ini dikenal dengan istilah Actor Secuitor Forum Rei.
Sebenarnya tidak satupun manusia yang ingin adanya masalah karena dengan adanya masalah hanya membuat hubungan antar individu ataupun kelompok menjauh. Apabila
hubungan menjadi jauh atau renggang maka akan sulit untuk memberikan manfaat satu sama lainnya, maksdunya adalah manusia merupakan makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri
maka manusia membutuhkan manusia lainnya untuk saling tolong menolong dan melengkapi dalam kehidupan ini.
Universitas Sumatera Utara
Sampai sekarang umat manusia masih memandang kehadiran dan keberadaan peradilan sebagai pelaksana kekuasaan kehakiman, tetap perlu dan dibutuhkan. Tempat dan kedudukan
peradilan dalam negara hukum dan masyarakat demokrasi masih tetap diandalkan sebagai
105
:
a
katup penekan atau “the pressure valve” atas segala pelanggaran hukum, ketertiban masyarakat dan pelanggaran ketertiban umum.
b
Tempat terakhir mencari kebenaran dan keadilan atau “the last resort”, sehingga pengadilan diandalkan sebagai badan yang berfungsi menegakkan kebenaran dan
keadilan to enforce the truth and to enforce justice.
Dari kedudukan dan keberadaannya sebagai “the pressure valve” dan “the last resort”, peradilan masih tetap diakui memegang peran, fungsi, dan kewenangan sebagai
106
:
a
penjaga kemerdekaan masyarakat, atau in guarding the freedom of society,
b
Wali masyarakat, atau are regarding as costudian of society,
c
Pelaksana penegakan hukum yang lazim disebut dalam ungkapan “judiciary as the upholders of the rule of law”.
Kelembagaan peradilan dapat dibedakan antara susunan horizontal dan vertikal. Susunan horizontal menyangkut berbagai lingkungan badan peradilan peradilan umum, peradilan
agama, peradilan militer, peradilan tata usaha negara dan peradilan pajak. Selain itu ada juga badan peradilan khusus dalam lingkungan peradilan umum, dan Mahkamah Konstitusi.
Khusus untuk daerah Nanggroe Aceh Darussalam diadakan pula badan peradilan yaitu Mahkamah Syariah dan Mahkamah Syari’ah Provinsi.
Susunan vertikal adalah susunan tingkat pertama, banding dan kasasi. Terhadap susunan horizontal didapati pemikiran untuk mengadakan lingkungan baru baik yang mandiri maupun
yang berada dalam lingkungan yang sudah ada. Lingkungan badan peradilan untuk perkara - perkara sederhana berkaitan dengan sususan vertikal, yaitu kalaupun ada banding hanya ke
pengadilan negeri. Hal serupa untuk perkara-perkara sederhana ini sekaligus berkaitan dengan susunan vertikal yaitu kalaupun ada banding hanya ke pengadilan negeri. Hal serupa
105
“Peradilan di Indonesia”, melalui http:farahfitriani.wordpress.com20110801peradilan-di-indonesia.
Diakses pada tanggal 25 Juli 2012.
106
Ibid
Universitas Sumatera Utara
untuk perkara-perkara di bidang kekeluargaan seperti perceraian, hak pemeliharaan anak, pembagian kekayaan bersama, atau warisan. Untuk perkara perceraian dan hak pemeliharaan
anak tidak perlu sampai tingkat kasasi, cukup sampai pemeriksaan tingkat banding. Dengan begini, setidaknya ada dua hal yang dapat dicapai dari sistem ini;
a
Pertama, bagi pencari keadilan akan cepat sampai pada putusan yang mempunyai kekuatan hukum tetap kepastian hukum.
b
Kedua, sebagai cara membatasi kasasi. Dengan cara ini dapat dihindari bertumpuk – tumpuknya permohonan kasasi.
Dalam mencari suatu keadilan, lembaga peradilan dipandang sangat sesuai dengan keinginan masyarakat untuk mencari kepastian hukum, akan tetapi apakah jalur peradilan
benar-benar menghasilkan kepuasan bagi pihak yang bersengketa? Lembaga peradilan adalah lembaga yang dibuat untuk menegakkan nilai-nilai akan kepastian hukum dan tempat dimana
seseorang untuk mencari keadilan, namun proses yang ditempuh melalui jalur ini adalah sangat tidak mudah dan cepat. Dibutuhkan waktu, tenaga dan biaya yang cukup banyak
dalam hal penyelesaian sengketa melalui lembaga peradilan. Proses yang dilewati harus melalui beberapa tahap, yaitu peradilan umum. Dalam peradilan umum, pihak-pihak yang
bersengketa harus menunggu beberapa waktu yang cukup lama untuk menanti hingga waktu putusan hakim. Putusan pada pengadilan negeri ini yang memenangkan kepada satu pihak,
tentu saja sangat memuaskan namun lain halnya dengan satu pihak yang lain yang merasa pengadilan di peradilan umumnegeri ini tidak adil. Maka ia akan melanjutkan pada tingkat
berikutnya yaitu di Peradilan Tinggi. Pada proses ini, pihak yang kalah membuat memori banding atas putusan Peradilan Negeri. Tentu saja pada proses banding ini membutuhkan
biaya disamping biaya untuk penasehat hukumnya. Hingga menunggu beberapa waktu, hakim Peradilan Tinggi pun memutuskan bahwa perkara kedua belah pihak telah selesai di
Tingkat Banding. Putusan hakim bisa saja menguatkan putusan atas Peradilan Negeri
Universitas Sumatera Utara
sebelumnya atau membuat putusan baru yang menyatakan putusan di Peradilan Tinggi telah salah dalam menangani perkara dan memenangkan pihak yang telah kalah sebelumnya.
Pada tingkat akhir,satu pihak yang merasa tidak puas dengan putusan hakim Peradilan Tinggi tersebut dapat mengajukan Kasasi ke Mahkamah Agung untuk menolak Putusan
Peradilan Tinggi tersebut. Dengan membuat memori kasasi, pihak yang merasakan adanya ketidakadilan berharap besar kalau pada tingkat akhir ini dapat memenangkan perjuanganya.
Menunggu putusan Mahkamah Agung ini, bukanlah dengan waktu yang singkat namun dapat beberapa waktu. Dari kronologis penyelesaian sengketa melalui suatu peradilan adalah
sesuatu yang tidak mudah. Semunyanya membutuhkan waktu, tenaga dan biaya yang sangat
banyak. Hingga ada pepatah yang mengatakan “Menang jadi arang, kalah jadi abu” bahwa
dua orang yang berpekara dan membawanya ke pengadilan maka kedua-duanya akan tetap mengalami kerugian.
2. Lembaga Penyelesaian Sengketa di luar pengadilan