Asas keseimbangan adalah suatu asas yang menghendaki kedua belah pihak memenuhi dan melaksanakan perjanjian. Dalam perjanjian asuransi, hak dan kewajiban tertanggung
adalah membayar premi dan menerima pembayaran ganti kerugian, sedangkan hak dan kewajiban penaggung adalah menerima premi dan memberikan ganti kerugian atas objek
yang dipertanggungkan.
60
f. Asas Kepercayaan
Dalam perjanjian asuransi asas kepercyaan sangat penting, karena kepercayaan dapat menimbulkan keyakinan bagi pemegang polis dan perusahaan asuransi, bahwa satu sama lain
aka memenuhi janjinya untuk melaksanakan hak dan kewajiban masing-masing. Dengan kepercayaan, kedua belah pihak mengikatkan dirinya kepada perjanjian yang mempunyai
kekuatan mengikat sesuai ketentuan pasal 1338 KUH Perdata. g.
Asas Persamaan Hukum Dalam Asas persamaan hukum dapat dijelaskan bahwasannya kedudukan dari para pihak
atau subyek hukum mempunyai hak dan kewajiban yang sama atau seimbang , dan tidak dibeda-bedakan satu sama lain.
h. Asas Kepastian Hukum
Perjanjian sebagai figur hukum harus mengandung asas kepastian hukum. Kepastian ini terungkap dari kekuatan mengikatnya perjanjian, yaitu sebagai Undang-Undang bagi mereka
yang membuatnya,
61
seperti yang tercantum dalam pasal 1338 ayat 1 KUH Perdata.
2. Prinsip Dasar dalam Perjanjian Asuransi
Ada beberapa prinsip yang menjadi pedoman dalam mengadakan perjanjian asuransi. Prinsip – Prinsip tersebut yaitu:
62
a. Prinsip Kepentingan yang dapat Diasuransikan Insurable Interest
60
Tuti Rastuti, Op.Cit., hlm. 46
61
Ibid.
62
Kun Wahyu Wardana, Op.Cit., hlm. 31
Universitas Sumatera Utara
Prinsip kepentingan yang dapat diasuransikan Inrusable Interest merupakan syarat mutlak untuk mengadakan perjanjian asuransi. Apabila pihak tertanggung atau pihak yang
dipertanggungkan tidak memiliki kepentingan pada saat mengadakan perjanjian auransi, dapat menyebabkan perjanjian tersebut menjadi tidak sah atau batal demi hukum.
63
“Diharuskannya ada prinsip kepentingan yang dapat diasuransikan insurable interest dalam perjanjian asuransi dengan maksud untuk mencegah agar asuransi
tidak menjadi permainan dan perjudian. Hal itu disebabkan, apabila sesorang yang tidak mempunyai kepentingan atas suatu objek tersebut, maka akibatnya
tanpa menderita kerugian orang tersebut akan mendapat ganti kerugian apabila terjadi peristiwa yang tidak dikehendaki menimpa objek dimaksud”
64
b. Prinsip Itikad Baik yang Sempurna Utmost Goodfaith
Dalam Kontrak asuransi, itikad baik saja belum cukup tetapi dituntut yang terbaik dari itikad baik dari calon tertanggung. Hal ini dikarenakan tertanggung yang dinilai lebih
memahami tentang objek yang akan dipertanggungkan, maka tertanggung harus mengungkapkan seluruh fakta material yang berkaitan objek pertanggungan tersebut secara
akurat dan lengkap kepada Underwriter.
65
Menurut Gunanto, Prinsip itikad baik yang sempurna Utmost Good Faith menyangkut kewajiban yang harus dipenuhi para pihak sebelum kontrak ditutup dan bukan dipenuhi
dalam rangka pelaksanaan kontrak yang sudah ditutup seperti itikad baik yang dimaksud Pasal 1338 KUH Perdata.
66
c. Prinsip Keseimbangan Indemnity Principle
Penerapan prinsip
keseimbangan Indemnity Principle dalam asuransi ini, sekaligus
menjadi pembeda bahwa asuransi tidak sama dengan perjudian. Dalam perjudian tidak
63
Ibid.
64
Man Suparman Sastrawidjaja, Aspek – Aspek Hukum Asuransi dan Surat Berharga, Alumni, Bandung, 2003, hlm. 16
65
Underwriter adalah sebutan yang diberikan kepada orang yang bertanggung jawab dalam perusahaan asuransi untuk menilai resiko yang akan dipertanggungkan, menentukan apakah menerima atau menolak resiko,
atau menerima sebagian. Dan mengkalkulasi besaran premium yang wajar untuk suatu resiko yang dipertanggungkan. Dalam Kun Wahyu Wardana, Op. Cit., hlm. 34
66
H. Gunanto, Asuransi Kebakaran di Indonesia, Logos Wacana Ilmu, Tanggerang, 2003, hlm. 12
Universitas Sumatera Utara
dikenal ganti rugi bagi yang kalah. Kerugian akibat kekalahan yang diderita dalam perjudian merupakan konsekuensi yang harus diterima.
67
Sedangkan dalam asuransi, ganti rugi merupakan suatu tujuan bahwa asuransi merupakan risk transfer mechanism. Mengalihkan atau membagi resiko yang kemungkinan
akan diderita atau dihadapi tertanggung atas suatu peristiwa yang tidak dikehendaki dan belum pasti terjadi. Harapannya, beban financial tertanggung menjadi lebih pasti. Fixed Cost
dalam bentuk premi.
68
Namun, satu hal yang perlu digarisbawahi dalam prinsip keseimbangan Indemnity Principle ini, bahwa tertanggung tidak diperkenankan untuk memperoleh keuntungan dari
ganti rugi yang diberikan oleh penanggung. Besarnya ganti rugi yang diterima oleh tertanggung harus seimbang atau sama dengan kerugian yang dideritanya.
69
d. Prinsip sebab akibat Cause Proximate Principle
Cause Proximate Principle merupakan salah satu prinsip penting dalam penyelesaian santunan. Dengan menggunakan prinsip ini, maka suatu peristiwa dapat ditentukan
penyebabnya. Penggantian kerugian oleh perusahaan asuransi hanya akan dibayarkan apabila peristiwa yang dominan menimbulkan kerugian itu termasuk dalam jaminan polis asuransi
yang bersangkutan.
70
e. Prinsip Subrogasi Subrogation Principle
Prinsip Subrogasi diatur dalam Pasal 284 KUHD yang menyatakan sebagai berikut : “ Seorang penanggung yang telah membayar kerugian sesuatu barang yang
dipertanggungkan, menggantikan si tertanggung dalam segala hak yang diperolehnya terhadap orang-orang ketiga berhubung dengan penerbitan kerugian tersebut; dan si
tertanggung itu adalah bertanggung jawab untuk setiap perubahan yang dapat merugikan hak si penaggung terhadap orang-orang ketiga itu.”
71
67
Kun Wahyu Wardana, Op.Cit., hlm. 38
68
Ibid.
69
Ibid. hlm.38
70
Ibid. hlm.39
71
Pasal 284 KUHD
Universitas Sumatera Utara
Subrogasi merupakan peralihan hak dari tertanggung kepada penanggung untuk menuntut ganti rugi kepada pihak lain yang mengakibatkan timbulnya kerugian terhadap
objek pertanggungan dari tertanggung sesaat setelah penanggung membayar ganti rugi tersebut kepada tertanggung sesuai jaminan polis. Tapi, suatu hal yang pelu diketahui, bahwa
subrogasi hanya berlaku untuk contract of indemnity karena subrogasi mencegah tertanggung untuk mendapatkan penggantian lebih dari kerugian yang dideritanya.
72
f. Prinsip Kontribusi Contribution Principle
Prinsip Kontribusi ini terjadi apabila ada asuransi berganda Double Insurance seperti yang tercantum dalam pasal 278 KUHD
73
, yang menyatakan sebagai berikut : “Apabila dalam satu-satunya polis, meskipun pada hari-hari yang berlainan, oleh
berbagai penaggung telah diadakan penaggungan yang melebihi harga, maka mereka itu bersama-sama, menurut keseimbangan daripada jumlah-jumlah untuk mana mereka
telah menandatangani polis tadi, memikul hanya harga sebenarnya yang dipertanggungkan.”
74
“Apabila dalam suatu polis ditandatangani oleh beberapa penaggung, maka masing- masing penaggung itu menurut imbangan dari jumlah untuk mana mereka
menandatangani polis, memikul hanya harga yang sebenarnya dari kerugian itu yang diderita oleh tertanggung. Tertanggung dapat saja mengasuransikan harta benda yang
sama pada beberapa perusahaan asuransi. Namun bila terjadi kerugian atas objek yang diasuransikan maka secara otomatis berlaku prinsip kontribusi. Prinsip kontribusi
berarti bahwa, apabila penaggung telah membayar penuh ganti rugi yang menjadi hak tertanggung, maka penaggung berhak menuntut perusahaan-perusahaan lain yang
terlibat suatu pertanggungan untuk membayar bagian kerugian masing-masing yang besarnya sebanding dengan jumlah pertanggungan yang ditutupinya.”
75
g. Prinsip Mengikuti Keberuntungan Penanggung Pertama Follow The Fortune of the
Ceding Company Prinsip mengikuti keberuntungan penanggung pertama tidak boleh diartikan secara luas
dan tanpa batas tanggun jawab penaggung ulang. Dalam hal reasuransi hanyalah terbatas pada klaim yang sah dan wajib dibayar oleh penaggung pertama sesuai dengan jumlah
72
Kun Wahyu Wardana, Op.Cit., hlm. 42
73
Tuti Rastuti, Op.Cit., hlm.55
74
Pasal 278 KUHD
75
Tuti Rastuti, Op.Cit., hlm.55
Universitas Sumatera Utara
kerugian sekalipun berdasarkan teori dan praktik penanggung ulang dapat diminta untuk menyetujui penyelesaian klaim atas dasar kompromi.
76
76
Ibid. hlm.57
Universitas Sumatera Utara
BAB III
FORCE MAJEURE DALAM HUKUM PERDATA
A. Pengertian dan Pengaturan Force Majeure