Klasifikasi dan Ruang Lingkup Force Majeure

1 force maeure dalam kotrak jual beli Force maeure untuk kontrak jual beli yang terkait dengan ganti rugi diatur dalam Pasal 1460 KUHPerdata, yaitu jika kebendaan yang dijual itu berupa suatu barang yang sudah ditentukan, maka barang ini sejak saat pembelian adalah atas tanggungan si pembeli, meskipun penyerahannya belum dilakukan dan si penjual berhak menuntu harganya. Apabila dipahami atas Pasal 1460 KUHPerdata ini, maka resiko beralih kepada pihak penjual walaupun benda belum diserahkan setelah adanya penandatanganan. Bukan merupakan suatu keadilan apabila Pasal 1640 KUHPerdata ini diterapkan karena satu sisi resiko sudah ditanggung penjual sementara itu barang belum diserahkan. Berdasarkan ketentuan ini, maka Mahkamah Agung Republik Indonesia melalu Surat Edarannya No. 3 Tahun 1963 agar tidak memberlakukan Pasal 1460 KUHPerdata tersebut. Dengan demikian force maeure dalam Pasal 1460 KUHPerdata tidak dipakai sebagai pedoman untuk mengartikan resiko dalam hukum kontrak secara umum. 2 force maeure dalam kontrak dalam tukar menukar Kontrak tukar menukat atas pengaturan resikonya diatur dalam Pasal 1545 KUHPerdata, yaitu jika suatu barang tertentu yang telah dijanjikan untuk ditukar musnah diluar salah pemiliknya, maka kontrak dianggap gugur, dan siapa yang dari pihaknya telah memenuhi kontrak, dapat menuntut kembali barang yang telah dia berikan dalam tukar menukar. Ketentuan ini menjelaskan bahwa suatu kontrak timbal balik maka resiko dari force maeure ditanggung bersama oleh para pihak. Jika ada para pihak yang terlanjur berprestasi dapat memintakan kembali prestasinya tersebut. Jadi kontrak tersebut dianggap gugur. Dengan demikian pengaturan resiko dalam kontrak tukar menukar ini dianggap pengaturan resiko yang adil, sehingga dapat dicontoh pengaturan resikonya. 3 force maeure dalam kontrak sewa-menyewa Pengaturan force maeure untuk sewa menyewa diatur dalam Pasal 1553 KUHPerdata yaitu jika selama waktu sewa, barang yang disewakan sama sekali musnah karena suatu kejadian yang tidak disengaja maka kontrak sewa menyewa tersebut gugur demi hukum. Jika barangnya hanya sebagian musnah, pihak penyewa dapat memilih menurut keadaan apakah dia akan meminta pengurangan harga sewa ataukah dia akan meminta pembatalan sewa menyewa. Dalam kedua hal tersebut, dia tidak berhak untuk meminta ganti rugi. Ketentuan resiko dalam Pasal 1553 KUHPerdata ini menempatkan kedua belah pihak untuk menanggung resiko dari keadaan force maeure tanpa adanya hak dari pihak yang merasa dirugikan untuk meminta ganti rugi.

B. Klasifikasi dan Ruang Lingkup Force Majeure

Menurut Mariam Darus Badrulzaman 84 , overmacht atau keadaan memaksa didasarkan pada 2 dua teori, yaitu: 1. Mutlakabsolutobjektif, yaitu suatu keadaan memaksa yang menyebabkan suatu perikatan bagaimanapun juga tidak mungkin dijelaskan 2. Relatifnisbisubjektif, yaitu suatu keadaan memaksa yang menyebabkan suatu perikatan hanya dapat dilaksanakan dengan pengorbanan yang besar sehingga lagi tidak pantas 84 Mariam Darus Badrulzaman, KUHPerdata Buku III, Alumni, Bandung, 2006, hlm. 37 Universitas Sumatera Utara pihak kreditur menuntut pelaksanaannya. Dalam hal ini ada 2 dua ukuran, yaitu: 1 Subjektif: dilihat orang perorangan misalnya si A takut pada ulat 2 Objektif: dilihat pada umumnya misalnya, semua orang takut pada Tuhan Klasifikasi force majeure dapat dibedakan menjadi 2 duabentuk, yaitu: 85 1. Force majeure yang objektif Force majeure yang bersifat objektif ini terjadi atas benda yang merupakan objek kontrak tersebut. artinya keadaan benda tersebut sedemikian rupa sehingga tidak mungkin lagi dipenuhi prestasi sesuai kontrak tanpa adanya unsur kesalahan dari pihak debitur. misalnya benda tersebut terbakar. karena itu pemenuhan prestasi sama sekali tidak mungkin dilakukan. karena yang terkena adalah benda yang merupakan objek dari kontrak, maka Force majeure seperti ini disebut juga dengan physical impossibility. 2. Force majeure yang subjektif Force majeure yang bersifat terjadi ketika Force majeure terjadi bukan dalam hubungannya dengan objek yang merupakan bedan dari kontrak yang bersangkutan, tetapi dalam hubungannya dengan perbuatan atau kemampuan debitur itu sendiri. misalnya jika si debitur sakit berat sehingga tidak mungkin berprestasi lagi. Force majeure juga dapat dibedakan dari segi kemungkinan pelaksanaan prestasinya dalam kontrak yaitu: 1 force majeure yang absolut Force majeure absolut adalah suatu force majeure yang terjadi sehingga prestasi dari kontrak sama sekali tidak mungkin dilakukan. contohnya barang yang merupakan objek dari kontrak musnah. dalam hal ini kontrak tersebut tidak mungkin untuk dilaksanakan. Keadaan memaksa absolut adalah suatu keaadan dimana debitur sama sekali tidak dapat memenuhi perutangannya kepada kreditur, oleh karena adanya gempa bumi, banjir bandang, dan adanya lahar. Contohnya, si A ingin membayar utangnya pada si B. Namun tiba-tiba pada saat si A ingin melakukan pembayaran utang, terjadi gempa bumi. Maka si A sama sekali tidak dapat membayar utangnya pada si B.Kalau keadaan memaksa mengakibatkan, bahwa suatu hak atau kewajiban dalam perhubungan hukum sama sekali tidak dapat dilaksanakan oleh siapapun juga dan bagaimanapun juga, maka keadaan memaksa itu dinamakan “absolut”. Keadaan memaksa yang bersifat mutlak absolut yaitu dalam halnya sama sekali tidak mungkin lagi melaksanakan perjanjiannya misalnya barangnya sudah hapus karena bencana alam. 2 force majeure yang relatif Force majeure relatif memiliki arti dimana pemenuhan prestasi secara normal tidak mungkin dilakukan, sungguhpun secara tidak normal masih mungkin dilakukan. misalnya terhadap kontrk impor-ekspor dimana setelah kontrak dibuat terdapat larangan impor atas barang tersebut. dalam hal ini barang tersebut tidak mungkin lagi diserahkan diimpor. Keadaan memaksa yang relatif adalah suatu keadaan yang menyebabkan debitur mungkin untuk melaksanakan prestasinya. Tetapi pelaksanaan prestasi itu harus dilakukan dengan memberikan korban yang besar yang tidak seimbang atau menggunakan kekuatan jiwa yang di luar kemampuan manusia atau kemungkinan tertimpa bahaya kerugian yang sangat besar. Contohnya, A telah meminjam, kredit usaha tani dari KUD, dengan janji akan dibayar pada musim panen. Tetapi sebelum panen, padinya diserang oleh ulat. Dengan demikian, pada saat itu ia 85 Op.Cit. Munir Fuady. Hlm,115-116 Universitas Sumatera Utara tidak mampu membayar kredit usaha taninya kepada KUD, tetapi ia akan membayar pada musim panen mendatang. Keadaan memaksa dinamakan “relatif”, apabila keadaan itu pelaksanaan hak-hak dan kewajiban-kewajiban pada suatu perhubungan hukum tidak dapat dibilangkan sama sekali tidak dapat terjadi bagaimanapun juga, akan tetapi demikian sukarnya dan dengan pengorbanan dari yang harus melaksanakan, sedemikian rupa, sehingga patutlah, bahwa keharusan untuk melaksanakan hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang bersangkutan dianggap lenyap Disisi lain, force majeure juga dapat dibedakan dari segi jangka waktu berlakunya keadaan yang menyebabkan terjadinya Force majeure, yaitu: 1 force majeure permanen Suatu force majeure dikatakan bersifat permanen jika sama sekali sampai kapanpun prestasi yang terbit dari kontrak tidak mungkin dilakukan lagi. contohnya jika barang yang merupakan objek dari kontrak tersebut musnah diluar kesalahan debitur 2 force majeure temporer force majeure temporer adalah pemenuhan prestasi dari kontrak tersebut tidak mungkin dilakukan untuk sementara waktu, misalnya karena terjadi peristiwa tertentu, dimana setelah peristiwa tersebut berhenti, prestasi tersebut dapat dipenuhi kembali. suatu barang dari objek suatu kontrak tidak mungkin dikirim ke tempat kreditur karena terjadinya pergolakan sosial ditempat kreditur tersebut. akan tetapi nantinya ketika keadaan sudah menjadi aman, tentunya barang tersebut masih mungkin dikirim kembali. Untuk ruang lingkup force majuere, berdasarkan Pasal 1244 dan 1245 KUHPerdata, yaitu: 86 1. Force Majeure karena sebab-sebab yang tidak terduga 2. Force majeure karena keadaan memaksa 3. Force majeure karena perbuatan tersebut dilarang Ruang lingkup atau jenis peristiwa force majuere menurut Mariam Darus Badrulzaman 87 terdiri dari: a. Bentuk umum: 1. Keadaan ikilm 2. Kehilangan 3. Pencurian b. Bentuk umum: 1. Undang-undang atau pengaturan pemerintah 2. Sumpah 86 Ibid. Hlm.14. 87 Op.Cit., Mariam Darus Badrulzaman. hlm.38-39 Universitas Sumatera Utara 3. Tingkah laku pihak ketiga 4. Pemogokan Sedangkan menurut beberapa putusan dari Mahkamah Agung Republik Indonesia, peristiwa force mjaeure meliputi: 1. Risiko perang, kehilangan benda objek perjanjian yang disebabkan dari kuasa Yang Maha Besar: disambar halilintar, kebakaran, dirampas tentara Jepang dalam masa perang Putusan MA RI No. Reg. 15 KSip1957 2. Act of God, tindakan administratif penguasa, perintah dari yang berkuasa, keputusan, segala tindakan administratif yang menentukan atau mengikat, suatu kejadian mendadak yang tidak dapat diatasi oleh pihak-pihak dalam perjanjian Putusan MA RI No. 3389 KPdt1984 3. Peraturan-peraturan pemerintah Putusan MA RI No. Reg. 24 KSip1958; Baik PN maupun PT menyatakan bahwa apa yang dikemukakan oleh tergugat Super Radio Company NV tidak dapat dipergunakan sebagai alasan force majeure karena apabila tergugat tidak bisa mendapatkan motor AJS dari NV Danau karena keluarnya peraturan- peraturan pemerintah KPUI tentang larangan untuk mengimpor lebih dari satu merek motor maka untuk memenuhi kewajibannya terhadap penggugat, ia harus berikhtiarberusaha mendapatkan sepeda motor itu dari NV Ratadjasa atau dengan jalan lain, asal tidak dengan cara melanggar hukum. Baik PN maupun PT menyatakan bahwa tergugat Super Radio Company NV telah melalaikan kewajibannya. 4. Kecelakaan di laut, misalnya kapal tenggelam karena ombak besar memukul lambung kapal Putusan MA RI No. 409 KSip1983 5. Keadaan darurat Putusan MA RI No. Reg. 1180 KSip1971 6. Situasi atau keadaan yang sama sekali tidak dapat diduga danatau yang sangat memaksa yang terjadi di luar kekuasaan pihak yang harus berprestasi Putusan No. 21Pailit2004PN.Niaga.Jkt.Pst Universitas Sumatera Utara

C. Akibat Hukum Force Majeure dalam Hukum Perdata