Pengaturan dalam perundang-undangan lainnya

tentang asuransi mengutamakan dari segi keperdataan sedangkan dalam Undang-Undang No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian lebih mengutamakan pengaturan asuransi dari segi bisnis dan publik administratif yang jika dilanggar mengakibatkan pengenaan sanksi pidana dan administratif. 28 Pengaturan dari segi bisnis artinya menjalankan usaha perasuransian harus sesuai dengan aturan hukum perasuransian yang berlaku. Dari segi publik administratif artinya kepentingan masyarakat dan negara tidak boleh dirugikan. Jika hal ini dilanggar, maka pelanggaran tersebut diancam dengan sanksi pidana dan administratif. 29

5. Pengaturan dalam perundang-undangan lainnya

Selain dari KUHD dan Undang-Undang No. 2 Tahun 1992 Pemerintah Indonesia telah mengundangkan perundang-undangan mengenai pertanggungan asuransi, satu undang- undang mengenai usaha perasuransian, dan beberapa lainnya mengenai berbagai jenis pertanggungan khusus, Perundang-undangan tersebut adalah sebagai berikut : 30 a. Asuransi wajib kecelakaan penumpang yang diatur dalam UU Nomor 33 Tahun 1964 b. Asuransi atas kecelakaan lalu lintas yang diatur dalam UU Nomor 34 Tahun 1964 c. Asuransi Kredit yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 1971 d. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1965 sebagai Peraturan Pelaksana UU Nomor 33 Tahun 1964 e. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1965 sebagai Peraturan Pelaksana UU Nomor 34 Tahun 1964 f. Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 1977 tentang Asuransi Sosial Tenaga Kerja Astek, dengan berbagai peraturan pelaksananya g. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 1971 tentang Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia untuk Pendirian Perusahaan Perseroan dalam Bidang Perasuransian Kredit h. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 1963 tentang Tabungan Asuransi Pegawai Negeri Taspen i. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1971 tentang Asuransi Angkatan Berrsenjata Republik Indonesia Asabri j. Surat Keputusan Presiden Nomor 230 Tahun 1968 tentang Asuransi Kesehatan Askes untuk Pegawai Negeri dan Pensiunan beseta keluarganya. 28 Zainuddin Ali, Hukum Asuransi Syariah, Sinar Grafika, Jakarta, 2008, hlm. 63 29 Ibid, hlm. 19 30 Abdul Muis, Op.Cit, hlm.6. Universitas Sumatera Utara

B. Sejarah Asuransi

Pada tahun 365-323 sebelum masehi, di Negara Yunani pada masa Pemerintahan Raja Alexander Yang Agung Alexander The Great mempunyai seorang menteri keuangan yang bernama Antimenes. Pada suatu ketika terjadi krisis keuangan yang agak parah di Negara itu dan memerlukan uang yang sangat banyak guna membiayai pemerintahannya pada waktu itu. Untuk mendapatkan uang itu Antimetes mempunyai suatu gagasan yaitu mengumunkan kepada orang-orang kaya di Negara itu mendaftarkan budak-budak beliannya; kemudian antara Antimetes dan pemilik budak belian tadi membuat perjanjian dimana pihak pemilik budak akan membayar kepada Pemerintah sejumlah uang setiap tahun dan sebagai imbalannya Antimetes Pemerintah menjanjikan kepada mereka jika ada budak belian mereka yang melarikan diri, maka dia akan mencari dan memerintahkan kepada kepala daerah di bawah pemerintahannya supaya budak itu ditangkap, atau jika tidak tertangkap, maka pihak Antimetes akan mengganti rugi kepada pemilik budak sejumlah uang harga dari budak itu. Perjanjian ini dibuat antara Antimetes dengan orang-orang kaya ini merupakan perjanjian yang mirip dengan perjanjian Asuransi. 31 Di Inggris sekelompok orang yang mempunyai profesi sejenis membentuk sebuah perkumpulan yang disebut gilde. Perkumpulan ini mengurus kepentingan anggota- anggotanya dengan janji apabila ada anggota yang kebakaran rumah, gilde akan memberikan sejumlah uang yang diambil dari dana gilde yang terkumpul dari anggota-anggota. Perjanjian ini banyak terjadi pada abad ke-9 dan mirip dengan asuransi kebakaran. 32 Pada abad ke-13 dan abad ke-14 perdagangan melalui laut mulai berkembang pesat. Akan tetapi, tidak sedikit bahaya yang mengancam dalam perjalanan perdagangan melalui laut. Keadaan ini mulai terpikir oleh para pedagang waktu itu untuk mencari upaya yang 31 Wirjono Prodjodikoro, Op.Cit, hlm.15 32 Abdulkadir Muhammad, Op. Cit., hlm.2 Universitas Sumatera Utara