Putusan MA RI No. 3389 KPDT1984 Putusan MA RI No. 409 KSip1983

4. Putusan MA RI No. 3389 KPDT1984

Dari Putusan MA RI No. 3389 KPDT1984 dapat dilihat bahwa munculnya tindakan administratif penguasa yang menentukan atau mengikat adalah suatu kejadian yang tidak dapat diatasi oleh para pihak dalam perjanjian. Tindakan atau kebijakan dari penguasa dianggap sebagai force majeure dan membebaskan pihak yang terkena dampak dari mengganti kerugian.Tindakan penguasa merupakan force majeure yang bersifat relatif, yang mengakibatkan pelaksanaan prestasi secara normal tidak mungkin dilakukan, atau untuk sementara waktu ditangguhkan sampai ada perubahan kebijakan atau tindakan penguasa yang berpengaruh pada pelaksanaan prestasi. MA dalam hal ini telah membatalkan putusan judex facti, karena dinilai Pengadilan Tinggi telah salah menerapkan hukum, dengan pertimbangan bahwa dasar hukum perjanjian antara penggugat dan tergugat adalah Charter Partij yang telah memuat antara lain jumlah hari bongkar muat barang dari kapal adalah dua belas hari. Apabila lebih dari dua belas hari, tergugat asal akan dikenakan biaya demmurage sebesar Rp2.000.000,00 untuk satu hari kapal menunggu. Hari tersebut dihitung sejak kapal tiba dalam keadaan siap menerima muatan barang, yang dinyatakan dalam ”Notice of Readiness NOR”. NOR tersebut telah diaccepted oleh charterer, ini berarti pada saat itu kapal tersebut telah siap menerima muatan. Charterer dalam hal ini telah lalai memenuhi isi Charter Partij dan menurut Time Sheet telah terjadi demmurage selama 27 hari. Sebagai catatan, NOR tersebut dibuat berdasar pada Pasal 1337 KUH Perdata sehingga Charter Partij mengikat para pihak sebagai hukum. Atas hal tersebut, MA berpendapat bahwa force majeure yang dikemukakan oleh tergugat berupa terbitnya Surat Direksi Perusahaan Aspal Negara adalah keliru, karena Direksi ini bukan penguasa melainkan sebagai pihak yang berkontrak. Universitas Sumatera Utara

5. Putusan MA RI No. 409 KSip1983

Putusan MA RI No. 409 KSip1983 tertanggal 25 Oktober 1984 dalam perkara Perusahaan Pelayaran Lokal PT Gloria Kaltim melawan Rudy Suardana, menguatkan tentang akibat force majeure sebagai suatu peristiwa yang tidak terduga, yang tidak dapat dicegah oleh debitur dan bukan karena kelalaian atau kesalahan debitur. Putusan MA di atas tentang pertanggungjawaban seorang pengangkut yang harus bertanggung jawab sepenuhnya atas barang-barang yang diangkutnya sejak diterima sampai diserahkannya barang-barang tersebut kepada yang berhak. Seorang pengangkut juga harus mengganti kerugian sebagian atau seluruhnya akibat dari tidak dapat diserahkannya barang- barang tersebut, kecuali ia dapat membuktikan bahwa tidak dapat diserahkannya barang tersebut atau kerusakan barang adalah suatu akibat malapetaka yang secara patut ia tak dapat mencegahnya. Dalam kasus di atas, seorang pengangkut tidak dapat dimintai pertanggungjawaban atau mengganti kerugian jika kapal pengangkut mengalami kecelakaan dan tenggelam akibat ombak besar yang merusak lambung kapal. Apalagi, sebelumnya kapal telah dinyatakan laik laut dan tidak ada kelebihan muatan. Keberangkatan kapal juga sudah mendapat izin dari syahbandar sehingga tidak ada unsur kelalaian atau kesalahan dari debitur atau pengangkut. Universitas Sumatera Utara BAB IV TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN ASURANSI TERHADAP PEMEGANG POLIS APABILA TERJADI KERUGIAN YANG DISEBABKAN OLEH KEADAAN FORCE MAJEURE

A. Tanggung Jawab Perusahaan Asuransi Terhadap Pemegang Polis Apabila Terjadi