Purwo Hartono KDUK PT. PLN Persero Pusat
Pemberdayaan dan Replikasi Aspek Finansial Usaha Kecil di Indonesia
65
Para pedagang itu kami kelompokkan kedalam sepuluh kelompok dengan menggunakan sistem tanggung renteng. Ternyata semua
itu bisa berjalan dengan baik karena strata sosial mereka setara, misalnya dalam pekerjaan, lingkungan, dan sama-sama bekas
rentenir. Pengalaman kami yang masih buta dalam masalah pendanaan ini sebenarnya menguntungkan juga, karena
ketidaktahuan kami itu membuat kami menjadi tidak berani berbuat yang aneh-aneh. Maksudnya, bahwa dana yang disediakan
itu diharapkan pemerintah untuk dipakai membuat terobosan - terobosan baru. Oleh karena itu kami mengajak kawan-kawan
pelaksana untuk membuat suatu peraturan yang sederhana dengan izin yang sudah dipermudah. Banyak sekali pengusaha yang
mendapat rekomendasi tetapi justru tidak berkembang, karena sejak awal mereka memang sudah susah. Akibatnya, ketika
mereka mendapat dana, mereka merasa seperti mendapat dana cuma-cuma, sehingga bebas dipakai untuk apa saja. Dari situlah
maka terjadi kredit macet. Pada kenyataannya setelah kami melaksanakan hal seperti itu, banyak nasabah yang datang ke PLN
untuk mencari kredit, karena mereka merasa bahwa kredit dari PLN itu mudah didapat --tidak memerlukan perizinan yang sulit.
Mungkin kesederhanaan inilah yang membuat kami termasuk paling besar realisasi targetnya setiap tahun, yaitu di atas 95 per
tahun sehingga dana yang tersisa selalu hanya sedikit. Tahun ini sisa di bank kami hanya 1,3 miliar dari alokasi dana 94 miliar
yang harus disalurkan.
Mengenai promosi, alokasinya memang rendah. Akan tetapi kami mencoba untuk membantu pengusaha-pengusaha yang kualitas
produknya sudah berorientasi ekspor, jika ada fasilitatortrader yang menjembataninya, dalam arti mereka tidak mencari untung
besar. Harapannya supaya ada manfaat bagi usaha kecil tersebut. Sebagai contoh, di Perancis retail kami bersama Sribindo --
produk dagangannya kita bawakan, tempatnya juga kita sewakan untuk selama satu tahun. Hanya di tahun-tahun terakhir ini,
permintaannya cenderung menurun, karena harganya terlalu mahal. Yang kedua untuk promosi, kami mencoba mengajak
siapapun yang mau membantu usaha kecil pada tingkat lokal
Gambaran Dinamika Diskusi
66
melalui koperasi sebagai mitra binaan inti yang diharapkan membantu pemasaran usaha - usaha kecil yang tidak mempunyai
pengetahuan tentang informasi pasar yang lain. Harapan kedua dari mitra binaan inti adalah membantu secara
teknis. Sebenarnyadengan keuntungan yang didapat dari usahanya itu, mestinya dia juga memiliki kemampuan untuk mendorong
mitra binaan meningkatkan kualitas supply bahan baku, output produksi, dsb. Mitra binaan PLN adalah kelompok masyarakat
bawah seperti tukang bakso, tukang dagang eceran, dll. Oleh karena itu kami tidak memerlukan jaminan khusus seperti akte
atau suratbarang berharga lainnya. Namun, perlu diingat bahwa banyak juga usaha-usaha kecil yang tidak mau diberi pinjaman.
Tujuan kami adalah bahwa jika pemerintah menginginkan terobosan, tentu kami akan berusaha untuk mencapainya.
Misalnya jika kita menyalurkan dana sedikit hanya 22 ribu, namun bila penyalurannya tepat kepada orang yang benar-benar
membutuhkannya, akan efektif sekali. Keberhasilan pembinaan tidak harus tergantung pada dana bantuan yang besar, tetapi
keberhasilan pembinaan kepada usaha kecil lebih terletak pada aspek komunikasi, controlling, dan akses informasi.
Pemberdayaan dan Replikasi Aspek Finansial Usaha Kecil di Indonesia
67
Sessi Keempat
Dalam kesempatan ini berbicara : 1.
Sofjan Wanandi Kelompok Jimbaran 2.
Abdul Salam Kepala Urusan Kredit Kecil Bank Indonesia 3.
Dr. Gunawan Sumodiningrat BAPPENAS 4.
Dr. Didik Rachbini INDEF 5.
Drs. Soeharsono Sagir FE-UNPAD
Pertanyaan 1. Darmadi pengusaha
Ditujukan kepada Sofjan Wanandi
Apa motivasi yang melandasi kebijaksanaan yang diambil kelompok Jimbaran, apakah semata-mata berlandas pada motif
ekonomi atau juga sosial? Banyak kasus memperlihatkan bahwa setelah kelompok kecil yang dibantu oleh kelompok besar menjadi
besar, biasanya kemudian akan terjadi merger. Bagaimana antisipasi dari kelompok Jimbaran terhadap kecenderungan
tersebut?