Erfan Maryono LP3ES Ditujukan kepada pihak Bank Purba Danarta dan PT. Sarana Jabar

Pemberdayaan dan Replikasi Aspek Finansial Usaha Kecil di Indonesia 43

3. Thoha PEP-LIPI Ditujukan kepada M. Zainuddin

Biasanya perumusan policy maupun perumusan skim untuk usaha kecil tidak melibatkan rakyat. Oleh sebab itu jalan keluarnya menurut Bapak Zainuddin adalah dengan mengupayakan untuk melibatkan masyarakat sebagai pemilik lembaga keuangan. Akan tetapi yang terjadi saat ini pada YMU, ternyata lebih banyak memberdayakan ekonomi YMU sendiri seperti juga terjadi pada modal ventura dibandingkan dengan usaha memberdayakan ekonomi rakyat itu sendiri. Dan paling saya kagumi adalah bagaimana kiat YMU dalam melakukan bisnis di balik yayasan, padahal yayasan itu biasanya selalu berorientasi sosial. Apakah ini memang untuk menghindari pajak atau bagaimana? 4. Otto Broto Sunaryo IPB Bagaimana cara mendekatkan bank dengan nasabahnya meskipun keduanya memiliki syarat-syarat tersendiri. Misalnya bila nasabah memerlukan kredit tetapi tidak mempunyai jaminan, sementara bank sendiri sudah menetapkan syarat 5C. Jika kelayakan hanya dilihat melalui perorangan, barangkali lama sekali untuk mengajukan kredit. Tetapi jika kelayakan usaha bisa dilihat melalui kelompok seperti terjadi pada P4K oleh penyuluh dan pada PPHBK oleh LSM ternyata kredit bisa turun lebih mudah dan cepat. Penyalurannya juga bisa langsung kepada kelompok yang mengajukan kredit didampingi penyuluhnya masing-masing. Karena dalam hal ini terdapat partisipasi dari kedua pendamping, tentu saja semestinya akan ada biaya tambahan bagi pendampingan tersebut. Bagaimana komentar untuk hal tersebut? 5. Junaidi DEPKOP dan PPK Ditujukan kepada M. Zainuddin Hampir semua kegiatan YMU adalah mengurus keuangan, mulai dari penjaminan, bagi hasil, penyertaan, dan banyak lagi yang lainnya. Namun dalam hal ini saya sependapat dengan Bapak Thoha bahwa dengan sistem yang dikembangkan YMU, yang akan lebih dulu menjadi raksasa adalah YMU-nya itu sendiri. Dalam Gambaran Dinamika Diskusi 44 hal ini apakah ada kemungkinan untuk LSM yang lain melakukan model atau sistem seperti itu? Ditujukan kepada Kwan Hwie Liong Sebetulnya ketimpangan kredit itu tidak terjadi pada sektor produksi saja atau konsumsi saja, tetapi juga terjadi pada sektor ekonomi secara keseluruhan. Kita lihat pengklasifikasian di Bank Indonesia untuk KUK, bahwa ketimpangan yang terjadi pada sektor pertanian adalah sebesar 7,3 dan kategori lain-lain seperti perumahan atau kredit-kredit di bawah nilai 25 juta rupiah itu proporsinya mencapai 54. Itu berarti bahwa ekspansi bank cenderung untuk membiayai kredit-kredit jangka panjang dan kredit yang bersifat konsumtif. Dari data tersebut kita bisa melihat bahwa ternyata proporsi yang dicapai oleh sektor lain-lain telah „mengorbankan’ proporsi sektor pertanian dan industri, sehingga proporsi untuk kedua sektor tersebut cenderung menurun. Seperti kita ketahui pada Kompas tanggal 4 Juni, bahwa proporsi KUK oleh bank-bank swasta cenderung terus menurun jika dibandingkan dengan proporsi bank-bank pemerintah. Mengapa hal seperti itu bisa terjadi, padahal masih ada beberapa bank sosial seperti Purba Danarta yang memfokuskan diri terhadap pelayanan usaha kecil? Ditujukan kepada Jantje Bambang Soepriyanto Menurut pengalaman bapak, berapa rata-rata transaction cost Bank Purba Danarta untuk setiap pengeluaran kredit usaha kecil tersebut? Ini sangat penting supaya bank-bank lain pun berminat menyelenggarakan KUK, tidak hanya sekedar formalitas dalam kaitannya dengan ketentuan penyaluran 20 pagu kredit untuk usaha kecil. Di negara lain seperti Korea, justru minimal 80 diperuntukkan KUK dan sisanya yang 20 diperuntukkan taipannya. Sedangkan untuk Indonesia yang notabene pengusaha- pengusaha kecilnya mencapai 97 ternyata hanya mengalokasikan dana untuk KUK sebesar 20 saja.