Kwan Hwie Liong Yayasan Paramita Ditujukan kepada Soeharsono Sagir

Gambaran Dinamika Diskusi 72 Respons Presentator 1. Sofjan Wanandi Kelompok Jimbaran Kerja sama kemitraan itu harus ekonomis dan saling menguntungkan, sebab jika kita memikirkan moral, tentu terlalu sulit bagi seorang pengusaha. Oleh karena itu, yang pertama harus dilakukan adalah go public dan jika ada yang mau beli terserah. Sekarang yang jadi permasalahannya adalah ekspansi-ekspansi baru itu jangan diberikan kepada perusahaan-perusahaan sendiri. Cobalah Internal efficiency itu dikesampingkan dulu, beri kesempatan kepada usaha kecil untuk mengembangkan diri, sehingga tercipta proses saling menguntungkan. Sebagai contoh adalah pabrik terigunya Liem Sioe Liong. Dulu, mulai karung, bahan bakar, dsb diproduksi sendiri sehingga tidak ada keuntungan yang terdistribusi ke luar. Akan tetapi kini dia mulai membuka diri dengan produksi karung terigu dari penjahit di Majalaya. Karena struktur birokrasi itu terlalu rumit maka saya harapkan mereka memberikan input dan pengawasannya secara transparan. Saya pernah bertanya kepada Pak Haryono mengenai penyaluran dana yang 2. Seharusnya LSM, lembaga-lembaga keuangan lain, dsb dilibatkan supaya dapat mengetahui efektivitas dana yang telah disalurkan. Subcontracting itu bisa saling menguntungkan kedua belah pihak. Misalnya pabrik minyak goreng di Subang, pada awal pertama omset sebulan bisa menjual 1 ton, sekarang meningkat menjadi 100 ton. Dan kita juga harus bedakan di antara ketiga strata usahanya. Jadi saya minta ke BPKM supaya jangan memberi izin kredit kepada pengusaha besar terus, tapi juga kepada pengusaha kecil. Mengenai yang besar bisa mematikan yang kecil, saya tidak percaya masalah inefficiency bisa mematikan usaha. Oleh karena itu dengan kerja sama antara yang kecil dan yang besar itu pasti akan saling menguntungkan. Target Jimbaran adalah 2000 per tahun mengangkat rakyat kecil dan mudah - mudahan ini berhasil. Pemberdayaan dan Replikasi Aspek Finansial Usaha Kecil di Indonesia 73

2. Abdul Salam Kepala Urusan Kredit Kecil- BI

Kunci keberhasilan dari inovatif financial scheme diambil dari model-model yang sudah berhasil menjangkau usaha-usaha mikro. Penerapannya sudah dilakukan dengan BP4K, BHBK, BBPKP, dsb. yang sudah jalan. Jadi ini hanya menyarikan dari semua model yang ada. Yang penting adalah replikasi dari model-model tersebut dan ini memerlukan dana bagi pengembangannya. Dan yang terjadi harus mass landing untuk menjaga high cost. Apabila nasabahnya banyak maka overhead cost akan dimasukkan ke dalam transaction cost, sehingga antara unit usaha kecil, LSM, dan bank itu sendiri akan menjadi suatu rantai segitiga yang baik dalam pereplikasiannya. Untuk corporate banking yang segmennya adalah kredit-kredit besar, tidak bisa membantu KUK. Namun, alokasi minimum sebesar 20 tetap harus dilaksanakan apapun alasannya. Oleh sebab itu kami menawarkan 9 cara untuk mengatasinya : 1. Kerja sama dengan bank-bank kecil dan BPR, ini sudah berjalan dengan mencapai omset 4 triliun rupiah. 2. Dukungankomitmen manajemen yang jelas. 3. Memperluas jaringan kantor network mis, Danamon, BRI, dsb. 4. Menetapkan target supaya masalah yang akan dihadapi menjadi lebih jelas. 5. Pendelegasian wewenang. 6. Meningkatkan SDM, antara lain dengan training-training khusus untuk account officer. 7. Pengembangan scheme inovatif, misalnya BCA. 8. Pemberian kredit secara massal. 9. Adanya pemusatan. Orientasi bunga pasar tidak terbatas, sehingga dana yang dikumpulkan selalu berlanjut maksudnya dana BUMN yang 5 itu diperuntukkan usaha kecil yang belum bankable. Apabila ada strata usaha kecil yang belum bisa mencapai bank, harus kita subsidi dan itu yang sebenarnya menjadi misi BUMN. Namun Gambaran Dinamika Diskusi 74 relita yang terjadi di lapangan, biasanya bank cenderung mencari perusahaan yang sudah bankable dan inilah yang merusak sistem. Tugas kita sekarang adalah mereplikasikan model dari dua arah, dari sisi bank dan dari sisi demand. Pertama adalah pengidentifikasian proyek dan selanjutnya adalah pereplikasian- nya. Jika sistem dan SDM-nya buruk, jangan harap replikasi model itu bisa berjalan. Oleh karena itu, harus ada langkah kongkrit berupa training-training. Jika kita amati, KUK itu banyak yang bersifat konsumtif, tetapi riilnya hanya 16 dan untuk KPR 18. Oleh karena itu, sebagian besar KUK masih berada di sektor produktif. Sekalipun memang terjadi peningkatan konsumtif tapi porsinya masih tetap proporsional. Sesuai dengan sifat usaha kecil atau mikro, biasanya mereka berada dalam sektor perdagangan dan jasa.

3. Gunawan Sumodiningrat BAPPENAS

Secara makro prinsipnya adalah peningkatan SDM, misalnya di Bappenas manusia itu adalah self employee. Saran saya, jika akan memberikan kredit harus dilihat dulu stratanya. Apabila semua sudah bisa diklasifikasikan maka segalanya akan menjadi lebih jelas. Jadi yang harus diperhatikan disini adalah: 1. Model inovatifnya. 2. Komitmen. 3. Lingkungannya, yaitu kerjasama. 4. Peran pemerintah. 5. Peran lembaga lain seperti LSM, mahasiswa, dll.

4. Didik Rachbini INDEF

Saya kira peran regulatory dari pemerintah itu sangat perlu. Dan kombinasinya dengan design market seperti yang terjadi di Korea Selatan, Jepang, USA, dsb sangat berhasil. Contohnya Bill Gates. Di satu sisi design market-nya bagus, tapi di sisi lain dia memonopoli pasar. Monopoli inilah yang harus kita batasi atau