Pramu LSM Bogor Diskusi Ahli Pemberdayaan dan Replikasi Aspek Finansial Usaha Kecil di Indonesia Diskusi Ahli

Gambaran Dinamika Diskusi 46 kolega mereka? Sebagai contoh, perusahaan-perusahaan sepatu di Bogor yang sudah terbelit tata niaga yang sangat tidak menguntungkan. Hal itu terjadi karena bahan baku sepatu sudah dikuasai oleh orang-orang tertentu dan mereka hanya bisa membeli dari orang-orang tersebut. Dengan kata lain, pengusaha- pengusaha tersebut sebenarnya hanya merupakan kuli-kuli saja. Akibatnya, hasil usaha mereka tidak sebaik perusahaan- perusahaan sepatu yang berada di Bandung. 7. Priyono Soemantri LIPI Ditujukan kepada Jantje Bambang Soepriyanto Seberapa jauh sebenarnya transaction cost yang dipikul Bank Purba Danarta, karena secara riil sepertinya tidak mungkin dengan sistem seperti itu bank tersebut dapat bertahan. Kalaupun memang bisa bertahan, kemajuannya tidak akan melebihi bank-bank lainnya yang biasa beroperasi secara komersial. Ditujukan kepada Yani Rodyat Saya agak terkejut ketika mendengar bahwa ada sebuah proposal dari mahasiswa yang ditolak padahal proposal tersebut bagus. Sebagaimana diketahui bahwa prinsip modal ventura itu justru ingin mendorong para penggagas yang mempunyai inventor, baik itu peneliti, bahkan mahasiswa sekalipun. Jika mereka menemukan sesuatu dan ingin menjualnya tetapi terbentur dana maka itu termasuk yang harus diprioritaskan. Respons Presentator 1. Yani Rodyat PT Sarana Jabar Ventura Perusahaan modal ventura jelas memiliki tujuan untuk menumbuhkan usaha-usaha yang baru, sehingga dengan demikian asset pengusaha-pengusaha kecil akan selalu kami perhatikan. Sebagai contohnya ada seorang pengusaha komputer yang masih baru. Dananya sebesar 50 50 juta rupiah berasal dari modal ventura dan 50 lagi 50 juta rupiah merupakan modalnya Pemberdayaan dan Replikasi Aspek Finansial Usaha Kecil di Indonesia 47 sendiri, total modalnya menjadi 100 juta rupiah. Pada tahun 1995 laba bersih yang bisa dihasilkan perusahan itu mencapai 19 juta rupiah. Untuk sebuah perusahaan baru seperti itu, profit margin yang berhasil dicapai tersebut dapat dikategorikan cukup tinggi. Rencana mereka, pada tahun 1996 ini laba bersihnya bisa mencapai kurang lebih 100 juta rupiah dan akhir 1996 ini perusahaan tersebut merencanakan mengembangkan usaha mereka. Dari sini bisa kita lihat bahwa melalui modal ventura juga dimungkinkan terjadi proses kapitalisasi. Kalau melihat sistem modal ventura, saya rasa itu sudah cukup baik. Sehubungan dengan saran Bapak Priyono tentang apa salahnya untuk menginformasikan proposal yang banyak dan cukup representatif tersebut ke lembaga keuangan yang lain, sebenarnya sejauh ini pun sudah kami laksanakan dan kami mematok pemeriksaan proposal maksimal seminggu. Dari semua proposal ada yang diteruskan ke lembaga lain, atau kami tangani sendiri dalam proses penambahan modalnya. Mengenai jangkauan wilayah, secara teoritis monitoring terhadap nasabah itu memang akan lebih efektif jika jaraknya dekat. Oleh sebab itu untuk daerah-daerah yang relatif jauh seperti Pandeglang, dll harus ditangani oleh perusahaan-perusahaan modal ventura lain yang terdekat. Sistem pengawasannya sendiri harus lebih bersifat membimbing seperti seorang dosen yang memberikan bimbingan terhadap mahasiswa dalam mengerjakan tugas akhir. Menyambung komentar tentang penolakan proposal dari mahasiswa tadi, sebenarnya jika memang proposalnya bagus atau prospektif, tentu saja kami bersama-sama dengan mahasiswa tersebut akan menindaklanjuti ide-idenya tersebut. Dan menjadi salah satu program kami adalah keluar masuk kampus. 2. Herry Hernawan Bank Purba Danarta Yang menjadi perhatian kami Bank Purba Danarta sebenarnya adalah perkembangan nasabahnya, karena perkembangan suatu bank dipengaruhi pula oleh perkembangan nasabahnya. Inti dari syarat Bank Purba Danarta adalah sang kreditur harus mau atau bersedia dibina, karena motto dari Bank Purba Danarta itu sendiri Gambaran Dinamika Diskusi 48 adalah “Uang Sebagai Sarana Pendidikan”. Seperti dalam ilmu ekonomi dikenal bahwa C = Y - S. Oleh karena itu, consumption dilakukan setelah adanya saving. Pada saat mengangsur pinjaman, mereka sedikit kami paksa untuk memupuk tabungan dulu dengan target jumlah tabungan yang telah ditetapkan. Bank Purba Danarta berharap setelah sekian tahun mereka mempunyai fund raissing sendiri, sehingga bisa lebih berkembang. Selama ini Bank Purba Danarta memiliki 75 orang pembina yang bertugas untuk mendampingi setiap pengusaha kecil yang telah diberi kredit. Mereka beroperasi sebagaimana layaknya sebuah bank dalam memberikan pelayanannya. Oleh sebab itu, Bank Purba Danarta tidak memerlukan pembukaan kantor-kantor cabang di luar. Bank Purba Danarta mempunyai komitmen bahwa „yang pertama harus dikembangkan itu adalah klien’ sebab dengan perkembangan klien, otomatis bank juga berkembang sehingga di situ kedua-duanya bisa saling diuntungkan. Jika klien tidak berkembang, tentu saja akan terjadi kredit macet dan bank pun bisa bangkrut. Dengan demikian Bank Purba Danarta tidak cuma memperhatikan pengembalian kredit, maksudnya Bank Purba Danarta tidak hanya memperhatikan capital building tetapi juga asset building. Contoh konkretnya adalah Purba Danarta menetapkan suatu syarat kepada kliennya untuk mau dibina. Artinya kalau tidak mau dibina, kredit tidak akan turun. Hal lain dari ciri Purba Danarta adalah jika nasabah berhasil mengembalikan kreditnya maka dari sekian angsuran yang lancar, ada persentase tertentu lagi yang diberikan kembali kepada pengusaha tersebut. Berkaitan dengan ulasan Bapak Herry tentang walking brands, untuk memperoleh small business consultant diperlukan 33 bulan training yang intensif sampai orang tersebut mencapai tingkatan tertentu. Semakin tinggi tingkatan yang dia capai, semakin besar juga kekuasaan dan tanggung jawab yang harus dipikulnya untuk mengambil keputusan penghapusan kredit secara instant. Di halaman 6 makalah kami dibahas bahwa dari 7 komponen interest rate , salah satunya adalah pembinaan. Di sana disebutkan bahwa Pemberdayaan dan Replikasi Aspek Finansial Usaha Kecil di Indonesia 49 seorang pengusaha harus membayar pembinaan. Oleh sebab itu, seorang pengusaha kecilpun jika posisinya sebagai pengusaha, tentu wajib membayar biaya pembinaan. 3. Kwan Hwie Liong Yayasan Paramita Sebetulnya tendensi penetapan bunga bank yang tinggi dalam penyaluran kredit saat ini masih harus dipertanyakan. Suku bunga KUK sekarang ini saja mencapai 2 diatas suku bunga komersial, misalnya suku bunga komersial sebesar 19 maka suku bunga untuk KUK adalah 21. Sebenarnya kecenderungan bunga untuk housing credit sama di setiap negara, tidak hanya di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh kelangsungan hidup small bilder tergantung saving dan loan. Dalam kaitannya dengan bank, small bilder diberi kredit berdasarkan project by project. Artinya ialah jika suatu proyek selesai maka dia harus mengajukan proposal baru. Sedangkan untuk perusahaan besar ada tendensi ke arah revolving. Misalnya seorang pengusaha diberi suatu kredit yang sangat besar, maka bila dia tidak sanggup mengembalikan kredit seluruhnya, pihak bank masih tetap dapat menarik dana tersebut meskipun dalam bentuk lain. Tendensi kepercayaan semacam ini masih banyak dilakukan oleh semua bank di dunia termasuk USA yang notabene banking deregulation-nya ketat. Di Indonesia jumlah 2 itu sangat wajar karena untuk risk factor dialokasikan sebesar itu, sebanding dengan default-nya yang mencapai nilai 2. Di sini dapat dilihat bahwa mereka sudah mulai berpikir, meskipun pemerintah hanya mengalokasikan sebesar 20 dari total dana yang dimiliki oleh bank tersebut. Ternyata di sini momentum pemerintah sangat baik untuk memaksa bank-bank tersebut menyadari bahwa usaha kecil juga mempunyai potensi untuk tumbuh dan berkembang. Untuk memecahkan dilema ini tentu saja bukan hanya merupakan tanggung jawab pihak bank, melainkan tanggung jawab kita bersama. Gambaran Dinamika Diskusi 50 Ketergantungan terhadap jaminan ataupun prosedur administrasi dan menekankan pada adanya izin-izin formal seperti TJP, NPWP, dsb membuat pemberdayaan kredit kecil semakin sulit. Apalagi kenyataan yang terjadi di lapangan menunjukkan bahwa biaya prosedural tersebut seringkali melonjak dari harga yang sudah ditetapkan di atas kertas. Sebetulnya jaminan terpenting itu adalah jaminan immaterial, yaitu kepercayaan. Akan tetapi karena untuk mendapatkan kepercayaan tanpa jaminan material itu masih sangat sulit --walaupun kecenderungan ke arah itu sudah mulai tampak-- maka yang diharapkan ialah agar pemerintah melakukan pendampingan terhadap nasabahnya dengan cara tidak mempersulit masalah perizinannya. Kami dari Yayasan Paramita juga sudah melakukan pendampingan, tetapi masih dalam skala yang sangat terbatas. Pendampingan tersebut baru mencakup managerial assistent , marketing, dsb yang tidak mengarah kepada pemberian kredit. Itupun masih dilakukan secara product pieces terhadap 30-an pengusaha kecil, dan secara intensif ke depan mungkin akan diperluas. Saya setuju dengan Pak Otto bahwa pendampingan itu perlu dan harus bersifat mendidik. Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah kualitas pembinaannya. Misalnya untuk P4K mungkin PPL-nya, kualitas pengetahuannya bisa dibantu oleh lembaga- lembaga manajemen yang ada. Jangan sampai sistem kelompok justru membuat usaha kecil menjadi tergantung kepada kelompoknya. Karena kalau skalanya membesar, rasanya sudah tidak akan natural lagi untuk menggantungkan diri kepada kelompoknya. Yang menjadi modal utama dari sistem kelompok adalah gotong-royong yang sangat berharga untuk pengembangan di tahap-tahap awal. Untuk selanjutnya, jika memang mau terus seperti itu dan tetap solid, itu tidak ada masalah. Tetapi jika tidak mau terus seperti itu maka usaha kecil tersebut harus mulai menyesuaikan diri ke arah kredit individual. Pemberdayaan dan Replikasi Aspek Finansial Usaha Kecil di Indonesia 51 Penyaluran KUK di bank-bank swasta lebih rendah dibandingkan dengan bank - bank milik pemerintah itu wajar, sebab ini merupakan masalah opportunity cost. Kita tahu bahwa dana yang dimiliki oleh bank umum swasta itu berasal dari saving-nya sendiri, jadi keuntungan yang didapatnya pun akan dipakai untuk kepentingannya sendiri, misalnya disalurkan untuk hadiah-hadiah tabungan, dsb. Sedangkan penyaluran dana di bank-bank milik pemerintah akselerasinya akan lebih tinggi karena dua hal, yang pertama karena opperation costcost of fund untuk KUK-nya lebih rendah, juga ada dana-dana bank BUMN yang diendapkan di sana dengan suku bunga rendah. Dengan demikian, dana bebas tersebut bisa disalurkan kepada pengusaha-pengusaha berisiko. Sedangkan untuk bank-bank swasta, dia selalu harus memikirkan bagaimana mengembalikan dana-dana tersebut kepada para deposannya. Alasan yang kedua adalah meskipun sudah ada privatisasi pada bank-bank BUMN, tetapi misi sosialnya masih tetap melekat. Jadi walaupun ada keluhan, mereka tetap akan menyalurkan dana tersebut untuk sarana pembangunan.

4. M. Zainuddin Yayasan Mitra Usaha

Kami baru lahir tahun 1993 dan secara efektif memulai program- program kami pada akhir 1994, jadi praktis memang masih sangat singkat. Input yang diberikan Pak Sony Isono Sadoko tadi sangat berharga, apa yang kami lakukan sekarang masih berada dalam tahap eksplorasi. Jadi konsepnya sudah ada dan kami coba eksplorasikan. Perlahan-lahan kami melakukan monitoring dan rekonseptualisasi, seperti saat ini yang pada dasarnya kami ingin menginformasikan mengenai apa yang kami lakukan dengan harapan agar yang lain bisa mereplikasinya. Cara kedua adalah penulisan. Seperti seminar ini, finding-nya mungkin adalah penulisan buku yang bisa kita publishing. Jika terjadi replikasi, dan kita mempunyai kesepakatan yang sama, mungkin para pengambil keputusan akan mempertimbangkannya. Saat ini juga kami telah membangun suatu aliansi informal dengan teman- teman CRS untuk bersama-sama ke lapangan. Dengan PT Sarana Gambaran Dinamika Diskusi 52 Jabar Ventura, teman-teman kami dari LSM di Jakarta sudah membentuk suatu konsorsium LSM bagi pengembangan modal ventura, hanya kebetulan Jabar belum sempat dihubungi. Harapan Pak Thoha supaya YMU menjadi besar semoga dikabulkan Allah SWT. Untuk itu diperlukan suatu skala ekonomi yang besar untuk kelangsungan hidup YMU, tetapi kami ingin besar bersama rakyat. Contohnya begini, pada sebuah BPR di Bandung kami mengambil porsi besar yaitu sebesar 60 dari saham, karena partner memang tidak mempunyai uang. Untuk sebuah BPR, minimum modal adalah 200 juta rupiah, kurang dari itu akan sulit untuk berkembang. Akan tetapi, kesepakatan pada bulan Februari yang lalu diputuskan bahwa kami tidak akan menambah modal saham. Setoran saham untuk memenuhi modal dasar dipersilahkan untuk diambil oleh LSM mitra dengan cara mengkonfersikan deviden menjadi tambahan saham. Yang kedua dipersilahkan untuk pegawai bank dan KSM untuk juga dikonfersikan seperti Pak Bambang mengilustrasikan Insentif Pengembalian Tepat Waktu IPTW bagi kredit yang tepat menjadi saham. Dan itu butuh waktu. Namun, kami mengambil sikap tidak akan menambah, dan saham kami akan kami jual justru pada saat kinerja perusahaan sedang bagus-bagusnya. Pada kasus BPR di Bandung ini, pada bulan ke-7 sudah mencapai BEP, dan pada bulan ke-14 BI sudah memberikan predikat sebagai BPR sehat. Contoh lain adalah pada kasus pembiayaan ekspor barang kerajinan dari koperasi Manunggal Karsa. Kami bersama pengurus mengkalkulasikan harga, dan ternyata mereka mendapat untung bersih 20. Mereka mendapat modal dari kami sebesar 4 untuk dikembalikan dan mereka masih menerima 16; yang 2 persennya kami gunakan untuk biaya pendampingan dan 2persennya lagi adalah market rate untuk kami sendiri. Yang ingin saya tegaskan bahwa core bussines kami adalah di investasi dan tentu saja sebuah yayasan boleh berinvestasi. Akan tetapi, untuk mengelola bisnis seperti itu kami harus mendirikan sebuah PT. Sekarang kami mempunyai PT Mitra Kotama Inti yang bergerak di bidang