Kebutuhan kredit untuk usaha kecil bukan sesuatu yang bisa

Kesimpulan dan Rekomendasi 22 berhubungan dengan lembaga-lembaga perkreditan selain bank. Kebutuhan kredit untuk mereka lebih pada kebutuhan modal usaha. Tahap perkembangan akumulasi usaha . Jenis usaha pada tahap ini umumnya sudah terjangkau oleh berbagai fasilitas kredit perbankan termasuk KKUKUK. Apabila KKU bisa dilaksanakan secara meluas dan lebih luwes, usaha kecil pada tahap ini akan lebih banyak terbantu. Pandangan lain mengkategorikan usaha kecil lebih spesifik berdasarkan sektor dan jenis penggunaan teknologi. Dalam kaitan dengan hal ini, sektor industri kecil bisa dikelompokkan menjadi industri kecil tradisional dan industri kecil modern. Industri kecil tradisional yang dimaksud adalah industri yang menggunakan teknologi perlengkapan modal yang relatif sederhana atau usang dan umumnya berlokasi di daerah pedesaan dan masih berorientasi pada pasar lokal. Karakteristik maupun kebutuhan modal jenis industri ini tidak jauh berbeda dengan usaha kecil yang berada pada tahap rintisan dan perkembangan. Sementara industri kecil modern diartikan sebagai industri yang menggunakan perlengkapan modal mesin khusus specialized machinery yang relatif modern. Industri kecil modern ini berorientasi pada pasar yang lebih luas ketimbang industri kecil tradisional, termasuk pasar ekspor, atau telah terkait dengan sistem produksi industri besar melalui jaringan subkontraktor. Kategori industri kecil yang modern inilah yang dianggap potensial untuk menjadi motor pertumbuhan usaha kecil di era persaingan bebas yang segera akan terjadi. Bantuan keuangan yang dibutuhkan oleh industri modern lebih pada upaya untuk pengembangan dan peningkatan kemampuan teknologi dan manajerial. Tanpa tersedianya dana yang memadai untuk upaya ini maka industri jenis ini tidak akan bisa menghasilkan produk lebih bermutu yang dapat memenuhi standar perusahaan perakit besar. Akibatnya, bisa dibayangkan bila perusahaan ini tidak banyak mengalami perkembangan maka perusahaan jenis ini tidak akan mampu bersaing dengan perusahaan-perusahaan berskala sama terlebih perusahaan asing. Pemberdayaan dan Replikasi Aspek Finansial Usaha Kecil di Indonesia 23

4. Pilihan Pendekatan Kelompok atau Individual Untuk Pertumbuhan Usaha kecil

Dalam hal ini muncul perdebatan antara pendekatan individu dan pendekatan kelompok yang dianggap paling sesuai untuk perkembangan usaha kecil. Materi ini dipandang masih tetap relevan dibahas untuk melihat lebih jauh kelebihan masing-masing pendekatan dan konteksnya di mana usaha kecil berada. Dalam kaitan dengan pendekatan yang paling ideal, menarik untuk melihat pengalaman yang membandingkan dua skim kredit usaha kecil yaitu KUPEDES dan KPK. Dua skim kredit tersebut memiliki karakteristik yang berbeda. Nasabah KUPEDES adalah individu pengusaha kecil yang mengajukan pinjaman secara individual tanpa melalui kelompok, sedangkan KPK dijalankan dengan pendekatan kelompok. Tanggung jawab pengembalian KUPEDES ada di pundak individu nasabah yang bersangkutan. Sebaliknya pada KPK, pengusaha kecil merupakan anggota kelompok KPK yang dibina oleh Proyek Peningkatan Pendapatan Petani Kecil P4K -yang diinisiasi oleh Departemen Pertanian. Pinjaman KPK yang diajukan tanpa jaminan tambahan kecuali tanggung jawab kelompok tanggung renteng. Tunggakan oleh seorang anggota kelompok akan menjadi tanggungan semua anggota kelompok untuk melunasinya. Rata-rata realisasi pinjaman KPK adalah Rp195,4 ribu per anggota atau sekitar 17 dari rata-rata pinjaman KUPEDES Rp1,1 jutanasabah. Dengan demikian tampak bahwa pangsa pasar kedua skim kredit tersebut cukup berbeda. Nasabah KUPEDES adalah para pengusaha kecil yang lebih siap berurusan dengan bank dibandingkan dengan anggota KPK. Namun demikian tidak berarti bahwa nasabah KPK bukan nasabah potensial. Walaupun hubungannya dengan bank lebih elementer, jika dibina dengan baik oleh instansi yang terkait mereka dapat melakukan lompatan kemajuan usaha yang sepadan dengan apa yang telah dilakukan oleh nasabah KUPEDES. Pengalaman lain yaitu pengalaman Pola Hubungan Bank dengan Kelompok Swadaya Masyarakat PHBK yang juga mencoba Kesimpulan dan Rekomendasi 24 menyalurkan kredit secara kelompok ternyata menampakkan hasil dan pengalaman yang hampir sama dengan pengalaman dalam penyaluran KPK. Pelajaran yang bisa diambil dari kasus-kasus di atas adalah ternyata ada beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dengan menerapkan sistem kredit kelompok. Pertama, adanya sistem tanggung renteng yang mengandalkan kontrol sosial di antara anggotanya sehingga bisa membantu anggota kelompok lain. Melalui sistem tanggung renteng persoalan agunan yang selama ini menjadi persoalan yang cukup pelik untuk usaha kecil bisa dihindari. Kedua, biaya transaksi dapat diperkecil. Artinya, melalui sistem kelompok pihak bank tidak memiliki alasan untuk tidak menyentuh nasabah- nasabah yang berasal dari usaha-usaha kecil. Hasil analisis perbandingan penerapan dua pendekatan memperlihatkan bahwa kredit individual cocok untuk usaha kecil yang bankable kasus KUPEDES. Sebaliknya kredit kelompok cocok untuk usaha kecil yang relatif baru atau belum pernah berhubungan dengan pihak perbankan kasus KPK dan PHBK. Meskipun kesimpulan ini masih bersifat kasar, namun tampaknya bisa menjadi pengalaman yang menarik untuk menganalisis kedua pendekatan tersebut secara lebih mendalam. Pendekatan individual juga cocok untuk diterapkan pada tingkat usaha yang akan mengalami pertumbuhan atau akumulasi pada tingkat lanjut, sementara pendekatan kelompok lebih cocok bagi tingkat usaha rintisan di mana proses kontrol sosial masih relatif diperlukan. Di dalamnya akan terjadi seleksi secara alamiah dimana kelompok atau individu yang dapat menunjukkan kenerja usaha yang baik lebih cocok untuk membangun hubungan secara individual dengan pihak perbankan. 5. Kebutuhan kredit usaha kecil tidak berdiri sendiri Seperti telah diungkapkan pada bagian pertama bahwa persoalan finansial hanya merupakan salah satu persoalan pelik yang dihadapi oleh usaha kecil di Indonesia. Persoalan satu dengan persoalan yang lain saling berkait dan membutuhkan pemecahan yang bersifat integratif. Artinya., pemecahan persoalan pada satu sisi, misalnya