36
MPR dengan pembentukan Tim Kerja Kajian Sistem Ketatanegaraan I ndonesia. I ni berarti bahwa aspirasi atas perubahan konstitusi telah
dikanalisasi secara formal di MPR dan sudah semestinya bagi DPD RI untuk memperjuangkan amanat masyarakat di Tim Kerja Kajian Sistem
Ketatanegaraan I ndonesia. Mengingat bahwa penataan sistem ketatanegaraan hanya dapat
dilakukan melalui perubahan konstitusi, dan perubahan konstitusi hanya menjadi wewenang MPR, maka sasaran DPD RI untuk mewujudkan
targetnya adalah kerja politik di MPR agar dapat diselenggarakannya Sidang Paripurna MPR untuk membahas agenda perubahan konstitusi.
b. Peningkatan kinerja DPD RI dalam kerangka hubungan kerja
dengan lembaga negara, pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat daerah
DPD RI merupakan lembaga perwakilan yang keanggotaannya dipilih melalui pemilihan umum DPR, DPD dan DPRD. DPR merupakan
representasi masyarakat melalui partai politik. Sedangkan DPD RI merupakan
lembaga perwakilan
yang merupakan
representasi masyarakat daerah Provinsi. Dengan demikian maka DPD RI mewakili
kepentingan daerah ditingkat pusat baik kepentingan pemerintahan daerah ataupun masyarakat daerah. Dalam
UU MD3 Pasal 224
dijelaskan bahwa DPD RI mempunyai tugas dan kewenangan dalam mengajukan Rancangan Undang-Undang RUU bidang tertentu dan
pengawasan atas pelaksanaan Undang-Undang yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan
pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta perimbangan keuangan
pusat dan daerah, pajak, pendidikan dan agama. Berdasarkan amanat Undang-Undang MD3 tersebut maka tugas
dan kewenangan DPD RI sangat terkait dengan tugas dan kewenangan lembaga negara, Pemerintah dan Pemerintah Daerah sehingga
37
hubungan kerjasama yang dilakukan DPD RI dilandasi semangat untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan
bangsa, seperti yang diamanahkan oleh Pembukaan UUD 1945. Pelaksanaan tugas DPD RI dalam penyusunan legislasi dan
pertimbangan berdasarkan aspirasi masyarakat dan daerah yang diperoleh baik secara langsung disampaikan ke DPD RI maupun pada
saat kegiatan reses dan pengawasan atas pelaksanaan undang-undang dengan bertemu langsung dengan masyarakat. Cukup banyak metode
yang digunakan dalam peyerapan aspirasi masyarakat seperti : Dialog dengan masyarakat dan pejabat daerah atau
stake holder lainnya, Dengar Pendapat
Public Hearing, Focus Group Discusion FGD, Kunjungan Masyarakat, pengamatan, pengumpulan data sekunder,
surat menyurat kotak pos, kotak saran, Telepon, Short Message
Service SMS, Penggunaan internet website, chating, facebook dan lain-lain, Media Massa Radio Televisi Koran dan lain lain.
c. Penyempurnaan manajemen dan mekanisme kerja internal
DPD RI
Putusan Mahkamah Konsitusi MK perkara Nomor 92 PUU-X 2012 pada tanggal 27 Maret 2013 bersifat final dan mengikat, oleh karenanya
dapat dilaksanakan tanpa menunggu revisi UU MD3 dan UU P3. Putusan MK tersebut menjadi bagian yang mempengaruhi proses legislasi di
ranah legislatif dengan otomatis juga mempengaruhi Manajemen kerja Organisai DPD RI secara I nternal.
Sebagai tindak lanjut dari putusan MK tersebut, perlu disusun dengan segera mekanisme kerja bersama DPR RI dan DPD RI dalam
proses pembahasan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan lingkup tugas DPD RI yang akan dilakukan pembahasan bersama DPR
RI , DPD RI dan Presiden tripartit. Mekanisme kerja tersebut merupakan aturan-aturan yang disepakati bersama yang selanjutnya
dituangkan dalam Tata Tertib DPR RI dan Tata Tertib DPD RI .