Arah Kebijakan dan strategi Nasional

33 Undang-Undang Dasar Negara Republik I ndonesia Tahun 1945, yaitu untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah I ndonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial dalam bent uk rumusan visi, misi dan arah pembangunan nasional. Visi pembangunan nasional tersebut harus dapat diukur untuk dapat mengetahui tingkat kemandirian, kemajuan, keadilan dan kemakmuran yang ingin dicapai. Visi pembangunan nasional diwujudkan melalui 8 delapan misi pembangunan nasional yaitu: 1. Mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab; 2. Mewujudkan bangsa yang berdaya-saing; 3. Mewujudkan masyarakat demokratis berlandaskan hukum; 4. Mewujudkan I ndonesia aman, damai, dan bersatu; 5. Mewujudkan pemerataan pembangunan dan berkeadilan; 6. Mewujudkan I ndonesia asri dan lestari; 7. Mewujudkan I ndonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional; dan 8. Mewujudkan I ndonesia berperan penting dalam pergaulan dunia internasional. Berlandaskan pelaksanaan, pencapaian, dan sebagai keberlanjutan RPJM 2009-2014, tahapan RPJM 2015-2019 ditujukan untuk lebih memantapkan pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan pencapaian daya saing kompetitif perekonomian berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan ilmu dan teknologi yang terus meningkat melalui pemantapan pelembagaan nilai-nilai demokrasi dengan menitikberatkan pada prinsip 34 toleransi, non diskriminasi dan kemitraan serta semakin mantapnya pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah. Kondisi itu mendorong tercapainya penguatan kepemimpinan dan kontribusi I ndonesia dalam berbagai kerja sama internasional dalam rangka mewujudkan tatanan dunia yang lebih adil dan damai dalam berbagai aspek kehidupan. Bersamaan dengan itu kesadaran dan penegakan hukum dalam berbagai aspek kehidupan berkembang makin mantap serta profesionalisme aparatur negara di pusat dan daerah makin mampu mendukung pembangunan nasional. Dalam kerangka pemantapan nilai-nilai demokrasi dan pelaksanaan desentralisasi serta otonomi daerah sebagaimana dimaksud dalam RPJM 2015-2019 maka kedudukan DPD RI memiliki arti strategis. Namun dalam perjalanannya selama 2 dua periode, DPD RI belum dapat secara optimal memenuhi harapan masyarakat dan daerah dalam pengambilan kebijakan tingkat nasional yang dapat memberikan peningkatan kehidupan yang sama antara pusat dan daerah. Hal ini disebabkan pengaturan fungsi, tugas dan wewenang DPD RI dalam undang-undang tidak sesuai dengan Pasal 22D UUD 1945. Putusan MK perkara Nomor 92 PUU-X 2012 pada tanggal 27 Maret 2013 menegaskan bahwa fungsi DPD RI adalah fungsi legislasi, anggaran, dan pengawasan. Kewenangan DPD RI dibidang legislasi telah memposisikan kedudukan yang sama dengan DPR RI dan Presiden dalam hal mengajukan RUU yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah. DPD RI sebagai lembaga negara juga mempunyai hak dan atau kewenangan yang sama dengan DPR RI dan Presiden dalam membahas RUU yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan 35 sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah. Keterlibatan DPD RI untuk memberikan pertimbangan dimaksudkan supaya DPD RI berkesempatan menyampaikan pandangan dan pendapatnya terhadap RUU yang berkaitan dengan kepentingan daerah sedangkan kewenangan DPD RI dibidang pengawasan diberikan terkait dengan pelaksanaan undang-undang yang menyangkut jenis undang-undang yang ikut dibahas dan atau diberikan pertimbangan oleh DPD RI . Kewenangan pengawasan DPD RI juga dilakukan bagi pelaksanaan berbagai UU yang berkaitan dengan daerah. Pada tahun 2015-2019 beberapa hal yang menjadi prioritas lembaga DPD RI yaitu:

a. Penguatan fungsi dan kew enangan DPD RI sebagai lembaga

perw akilan Empat tahap perubahan UUD 1945 telah meletakkan dasar-dasar kehidupan berbangsa dan bernegara yang lebih demokratis, menjunjung tinggi hak asasi manusia, dan meletakkan orientasi pembangunan pada daerah. Namun demikian harus disadari pula bahwa empat tahap perubahan konstitusi masih menyisakan permasalahan yang mengganggu kehidupan ketatanegaraan. Karenanya penataan terhadap sistem ketatanegaraan tetap harus diupayakan demi tercapainya masa depan I ndonesia yang lebih baik. Untuk penguatan fungsi dan kewenangan DPD RI sebagai lembaga perwakilan daerah, DPD RI menetapkan strategi pencapaian secara internal maupun eksternal. Secara internal dilakukan melalui optimalisasi peran dan fungsi DPD dengan mendorong penataan sistem ketatanegaraan dan optimalisasi kinerja DPD RI sebagai bentuk pertanggungjawaban moral dan politis kepada konstituen. Secara eksternal dilakukan oleh Anggota DPD RI dalam kapasitasnya sebagai Anggota MPR. Dalam hal ini inisiasi DPD RI dalam melakukan usul perubahan UUD 1945 telah diapresiasi oleh Pimpinan 36 MPR dengan pembentukan Tim Kerja Kajian Sistem Ketatanegaraan I ndonesia. I ni berarti bahwa aspirasi atas perubahan konstitusi telah dikanalisasi secara formal di MPR dan sudah semestinya bagi DPD RI untuk memperjuangkan amanat masyarakat di Tim Kerja Kajian Sistem Ketatanegaraan I ndonesia. Mengingat bahwa penataan sistem ketatanegaraan hanya dapat dilakukan melalui perubahan konstitusi, dan perubahan konstitusi hanya menjadi wewenang MPR, maka sasaran DPD RI untuk mewujudkan targetnya adalah kerja politik di MPR agar dapat diselenggarakannya Sidang Paripurna MPR untuk membahas agenda perubahan konstitusi.

b. Peningkatan kinerja DPD RI dalam kerangka hubungan kerja

dengan lembaga negara, pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat daerah DPD RI merupakan lembaga perwakilan yang keanggotaannya dipilih melalui pemilihan umum DPR, DPD dan DPRD. DPR merupakan representasi masyarakat melalui partai politik. Sedangkan DPD RI merupakan lembaga perwakilan yang merupakan representasi masyarakat daerah Provinsi. Dengan demikian maka DPD RI mewakili kepentingan daerah ditingkat pusat baik kepentingan pemerintahan daerah ataupun masyarakat daerah. Dalam UU MD3 Pasal 224 dijelaskan bahwa DPD RI mempunyai tugas dan kewenangan dalam mengajukan Rancangan Undang-Undang RUU bidang tertentu dan pengawasan atas pelaksanaan Undang-Undang yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta perimbangan keuangan pusat dan daerah, pajak, pendidikan dan agama. Berdasarkan amanat Undang-Undang MD3 tersebut maka tugas dan kewenangan DPD RI sangat terkait dengan tugas dan kewenangan lembaga negara, Pemerintah dan Pemerintah Daerah sehingga