yang di berikan terhadap masyarakaat mitra binaan sehingga anggota mendapat beberapa kendala seperti tingkat kemampuan, ketrampilan, keahlian, manajemen
sumber daya manusia, kewirausahaan, pemasaran dan keuangan. Lemahnya kemampuan manajerial dan sumberdaya manusia ini mengakibatkan pengusaha
kecil tidak mampu menjalankan usahanya dengan baik, dan mengalami kesulitan untuk berkembang. Masalah yang terdapat dilapangan adalah bahwa PT.Telkom
unit CDC sub area medan mengutamakan pemberian pinjaman, namun pembinaan dan pengawasn yang dilakukan masi sangat jauh dari konsep strategi idealnya,
selain itu masalah juga muncul dari pelaku usaha kecil, di mana kurangnya kesadaran pelaku usaka kecil tentang pentingnya pelatihan-pelatihan dan
pendidikan mengenai bagaimana menjadi wirausaha yang baik dan tangguh. Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian bidang ini dengan judul ‘’Implementasi Strategi PT. Telekomunikasi Indonesia,Tbk pada Program Kemitraan dan Bina Lingkungan dalam
Mengembangkan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Studi pada Program Kemitraan dan Bina Lingkungan PT.Telkom unit CDC Sub Area Medan.”
1.2. Perumusan Masalah
Untuk dapat memudahkan penelitian ini selanjutnya dan agar peneliti dapat lebih terarah dalam menginterprestasikan fakta dan data ke dalam
pembahasan, maka terlebih dahulu dirumuskan permasalahannya. Masalah merupakan bagian pokok dari suatu kegiatan penelitian dimana penulis
mengajukan pertanyaan terhadap dirinya tentang hal-hal yang akan di cari jawabannya melalui kegiatan penelitian. Arikunto, 2002:47
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan latar belakang yang telah diterapkan, maka permasalahan
yang menjadi perhatian penulis dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Implementasi Strategi Program Kemitraan dan Bina Lingkungan Dalam
Mengembangkan UMKM Pada PT. Telekom Unit CDC Sub Area Medan?” 1.3. Fokus Penelitian
Adapun yang menjadi fokus penelitian ini adalah Program Kemitraanya, hal ini karena program yang menjadi faktor utama dalam mengembangkan usaha
kecil adalah bagian kemitraannya, sedangkan untuk program bina lingkungan bukan menjadi fokus penelitian peneliti, karena bina lingkungan hanya sebagai
salah satu wujud tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat wilayah kerja perusahaan.
1.4 Tujuan Penelitian
Setiap penelitian yang dilakukan terhadap suatu masalah pasti memiliki tujuan penelitian. Tujuan penelitian adalah suatu pernyataan yang di susun
berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang mendasari dilakukannya penelitian.Tujuan penelitian juga merupakan suatu petunjuk kearah mana kegiatan
penelitian dilakukan. Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah Untuk Mengetahui Bagaimana Implementasi Strategi PKBL PT. Telekom Unit
CDC Sub Area Medan?
Universitas Sumatera Utara
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat di peroleh dari penelitian ini adalah: 1.
Secara Subjektif Untuk mengembangkan pengetahuan, wawasan serta kemampuan berfikir
khususnya dalam pembuatan karya ilmiah. 2.
Bagi Perusahaan PT.Telkom Medan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi Telkom
khususnya pada Unit CDC Community Development Center selaku pengelola Program kemitraan sebagai masukan dalam penyusunan
kebijakan pengembangan program kemitraan yang merupakan salah satu program CSR Telkom, yang diberikan kepada pengusaha kecil.
3. Secara Akademis
Mengembangkan dan memperluas wawasan keilmuan dalam penerpan disiplin Ilmu Administrasi Negara, khususnya Program Kemitraan dan
Bina Lingkungan dalam mengembangkan usaha kecil. Dan berharap penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi para peneliti selanjutnya.
4. Sebagai informasi yang bermanfaat khususnya bagi masyarakat usaha
kecil dalam memperoleh modal melalui program kemitraan dan bina lingkungan PKBL.
Universitas Sumatera Utara
BAB II KERANGKA TEORI
2.1
Kerangka Teori
Sebagai titik tolak atau landasan berfikir dalam menyoroti atau memecahkan masalah perlu adanya pedoman teoritis yang dapat membantu.
Landasan teori perlu ditegakkan agar penelitian mempunyai dasar yang kokoh dan bukan sekedar perbuatan coba-coba trial and error landasan teoritis.
Menurut Hoy dan Miskel Dalam sugiyono, 2005:25teori adalah seperangkat konsep,asumsi dan generalisiasi yang dapat digunakan untuk mengungkapkan dan
menjelaskan perilaku dalam berbagai organisasi. Kerangka teori adalah bagian dari penelitian, tempat penelitian, tempat
peneliti memberikan penjelasan tentang hal-hal yang berhubungan dengan variabel pokok, sub variabel atau pokok masalah yang ada dalam penelitian
Arikunto,2002:92. Untuk dapat menerangkan dan menjelaskan tentang program kemitraan dan bina lingkungan dalam mengembangkan usaha kecil, maka penulis
menggunakan kerangka teori sebagai berikut:
2.1.1 Manajemen Strategik 2.1.1.1. Manajemen
Manajemen dirumuskan sebagai seni untuk mencapai tujuan melalui Usaha-usaha orang lain. fungsi pokok Manajemen adalah perencanaan,
pelaksanaan dan pengarvasan. Ada juga yang mengartikan manajemen sebagai POAC planning orgnnizing, actuating dan cantrolling.
Universitas Sumatera Utara
sesungguhnya semua kegiatan manusia menghendaki berbagai bentuk manajement.Semakin kompleks kegiatan manusia, semakin kompleks jugalah
tugas manajement itu.
2.1.1.2. Strategik
Pengertian strategi ada beberapa macam sebagaimana dikemukakan oleh para ahli dalam buku karya mereka masing-masing. Menurut Stephanie K.
Marrus, seperti yang dikutip Sukristono 2003, strategi didefinisikan sebagai suatu proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan
jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai. Stephanie K. Marrus Dalam Husein Umar
2003:46. Selain definisi-definisi strategiyang sifatnya umum, ada juga yang lebih
khusus, misalnya dua orang pakar strategi, Hamel dan Prahalad1995, yang mengangkat kompetensi inti sebagai hal yang penting. Mereka berdua
mendefinisikan strategi yang terjemahannya seperti berikut ini: Strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental senantiasa meningkat
dan terus-menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan. Dengan demikian, strategi hampir
selalu dimulai dari apa yang dapat terjadi dan bukan dimulai dari apa yang terjadi. Terjadinya kecepatan inovasi pasar yang baru dan perubahan pola konsumen
memerlukan kompetensi inti core competencies. Perusahaan perlu mencari kompetensi inti di dalam bisnis yang dilakukan. Hamel dan Prahald Dalam
Husein Umar 2003:46.
Universitas Sumatera Utara
2.1.1.3. Manajemen Strategik
Manajemen strategik adalah suatu proses yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian atas keputusan-keputusan dan
tindakan-tindakan dalam suatu organisasi publik atau organisasi yang berkaitan dengan perlunya penerapan strategi. Manajemen strategic senantiasa diperlukan
oleh suatu organisasi publik, dalam hal ini adalah untuk memastikan bahwa tujuan-tujuan organisasi akan dapat dicapai secara tepat waktu dan tepat sasaran.
Manajemen strategik adalah sekumpulan keputusan dan tindakan yang menghasilkan perumusan formulasi dan pelaksanaan implementasi rencana-
rencana yang dirancang untuk mencapai sasaran-sasaran organisasi publilkperusahaan publik. Karena melibatkan pengambiran keputusan yang
rumit, berjangka panjang dan berorientasi ke masa depan serta membutuhkan sumber daya yang besar, maka partisipasi manajemen puncak tentunya menjadi
sangat penting artinya. Muhammad Qudrat nugraha 2007:16 Manajemen strategik juga dapat dikatakan sebagai sebuah proses
pengambilan keputusan yang dilaksanakan pada tiga tingkat jenjang yang melibatkan para perencana pada tingkat korporasi atau pusat organisasi
publikperusahaan publik, unit bisnis satuan organisasi dan fungsional sefta personil-personil pendukung. Makin rendah tingkatannya, kegiatan strategik
makin bersifat spesifik, sempit, berjangka pendek dan berorientasi ke tindakan dengan risiko yang lebih kecil tetapi peluangnya untuk memberikan dampak juga
relatif kecil.
Universitas Sumatera Utara
2.1.1.4. Manajemen Strategik Organisasi Publik
Strategi organisasi publikperusahaan publik merupakan kesatua rencana organisasi publikperusahaan publik yang komprehensif dan terpadu yang
diperlukan untuk mencapai tujuan organisasi publikperusahaan publik itu sendiri. Sehingga, dalam menyusun strategi perlu dihubungkan dengan lingkungan
organisasi publilperusahaan publik karena lingkungan akan mempunyai pengaruh dalam menentukan kekuatan dan kelemahan organisasi publikperusahaan publik
guna menyusun strateginya. Dalam mencapai tujuan organisasi, terdapat berbagai alternatif strategi yang perlu dipertimbangkan dan harus dipilih. Strategi yang
dipilih tentu adalah pilihan strategi yang akan diimplementasikan oleh organisasi publikperusahaan publik yang pada akhirnya akan memerlukan kegiatan evaluasi
dan pengendalian terhadap strategi tersebut. Dalam konteks bisnis, strategi akan menggambarkan arah yang harus ditempuh oleh organisasi bisnis dalam
menghadapi persaingan yang semakin ketat dan sulit diprediksi. Strategi sangat diperlukan oleh organisasi untuk dapat mengikuti perubahan lingkungan yang ada,
baik lingkungan intemal maupun lingkungan eksternal, juga merupakan pedoman untuk kegiatan mengalokasikan sumber daya yang dimiliki organisasi.selanjutnya
dipakai untuk menjalankan operasi usahanya. Dalam konteks organisasi nonprofit dan organisasi publik, strategi akan menggambarkan arah yang harus atau perlu
ditempuh oleh organisasi. Hal ini selalu diperlukan dalam menghadapi berbagai tantangan yang ada dan mengikutimerespons perubahan lingkungan internal dan
eksternal yang sekaligus merupakan pedoman yang dapat diandalkan dalam
Universitas Sumatera Utara
kegiatan mengalokasikan sumber daya yang ada untuk menjalankan operasi organisasi secara efektif.
Dalam organisasi publikperusahaan publik terdapat tiga hierarki strategi, yaitu tingkat korporasiorganisasi, tingkat unit bisnis atau organisasi dan tingkat
fungsional. Dari ketiga tingkat tersebut, yang melakukan pengambilan keputusan dalam suatu organisasi yaitu tingkat puncak, tingkat menengah dan tingkat bawah.
Pada tingkat puncak dirumuskan strategi untuk tingkat korporasi atau organisasi, kemudian pada tingkat menengah dirumuskan strategi untuk tingkat unit bisnis,
sedangkan pada tingkat menengah dirumuskan strategi untuk tingkat fungsional. Hal ini analog dengan organisasi publik dan organisasi nonprofit di mana juga
terdapat strategi organisasi, strategi di tingkat program dan strategi fungsional. Dalam proses manajemen strategi terdapat tiga elemen kegiatan yang bersifat
pokok yaitu formulasi strategi, implementasi strategi dan evaluasi strategi.. Muhammad Qudrat nugraha 2007:18-19.
2.1.2 Implementasi Strategi
Dalam penelitian ini lebih mengarahkan pada model atau kerangka manajemen stratejik fokus pada tahap implementasi strategi nya. Karena
penelitian ini lebih melihat bagaimana implementasi strategi PKBL PT.Telekomunikasi yang dilaksanakan sesuai dengan rumusan masalah.
Implementasi Strategi adalah jumlah keseluruhan aktivitas dan pilihan yang dibutuhkan untuk dapat menjalankan perencanaan strategis. Implementasi
strategis merupakan proses dimana beberapa strategi dan kebijakan diubah menjadi tindakan melalui pengembangan program, anggaran dan prosedur.
Universitas Sumatera Utara
Walaupun implementasi biasanya baru dipertimbangkan setelah strategi dirumuskan, akan tetapi implementasi merupakan kunci suksesnya dari
manajemen strategik. Perumusan strategi dan implementasi strategi harus dilihat seperti dua sisi mata uang.
Tahap ini adalah tahapan di mana strategi yang telah diformulasikan tersebut kemudian diimplementasikan. Pada tahap implementasi ini beberapa aktivitas atau
cakupan kegiatan yang mendapat penekanan antara lain adalah Crown Dirgantoro 2001: 22-24 :
• Menetapkan tujuan tahunan • Menetapkan kebijakan
• Memotivasi karyawan • Mengembangkan budaya yang mendukung
• Menetapkan struktur organisasi yang efektif • Menyiapkan budget
• Mendayagunakan sistem informasi. Pada tahap ini juga akan muncul problem dalam Implementasi Strategi
Seperti dikutip Hunger 1995 terhadap hasil survei terhadap 93 perusahaan yang masuk daftar Fortune 500 menunjukkan bahwa setengah dari perusahaan-
perusahaan tersebut menemui 10 macam problem ketika mengimplementasikan sebuah strategi perubahan. Berikut adalah kesepuluh problem tersebut yang
disusun berdasarkan tingkat frekuensi kejadian. 1.
Implementasi berjalan lebih lambat dibanding dengan perencanaan awalnya
Universitas Sumatera Utara
2. Munculnya berbagai masalah yang tidak terduga
3. Koordinasi dalam implementasi tersebut tidak efektif
4. Perusahaan memberi perhatian yang berlebihan terhadap aktivitas
persaingan dan penanganan krisis sehingga kurang memperhatikan implementasi yang harus dijalankan
5. Kemampuan SDM yang terlibat dalam implementasi strategi kurang
6. Pendidikan dan pelatihan SDM di tingkat bawah kurang memadai
7. Tidak terkendalinya faktor-faktor lingkungan eksternal
8. Kualitas kepemimpinan dan pengarahan dari para manajer departemen
kurang memadai 9.
Tidak jelasnya implementasi pada tugas dan aktivitas kunci 10.
Pemantauan aktivitas oleh sistem informasi yang dimiliki perusahaan kurang memadai.
Suatu strategi yang telah diformilasikan dengan baik,belum menjamin bahwa dalam implementasinya juga sukses atau memberikan hasil sesuai dengan
yang diharapkan.
2.1.3 Model atau Kerangka Manajemen Stratejik
Agar strategi dapat diimplementasikan dengan baik, Samuel Certo dan Paul Peter mengajukan atau menawarkan sebuah model sederhana proses
implementasi strategi:
A. Analisis Perubahan
Elemen pertama dari model implementasi strategi adalah analisis perubahan. Pada tahap ini, analisis dilakukan untuk mengetahui berapa besar
Universitas Sumatera Utara
perubahan yang harus dilakukan agar implementasi strategi bisa dilaksanakan dengan baik. Beberapa implementasi strategi mungkin hanya memerlukan
perubahan yang sedikit atau kecil terhadap organisasi, sedangkan yang lainnya mungkin memerlukan perubahan organisasi yang bersifat radikal.
B. Analisis Struktur Orgonisasi
Analisis struktur organisasi perlu dilakukan karena pada perubahan yang dilakukan, struktur organisasi akan menjelaskan tentang bagaimana kebijakan
akan disusun dan juga menjelaskan tentang bagaimana sumberdaya akan dialokasikan. Pada analisis ini, ada dua jenis struktur organisasi yang perlu
diperhatikan, yaitu: 1.
Struktur organisasi formal Pada struktur organisasi formal ini ditunjukkan hubungan antara sumberdaya
yang disusun oleh manajemen perusahaan. 2.
Struktur organisasi informal Lebih banyak menunjukkan hubungan sosial di antara orang-orang yang
berada di dalam perusahaan. Dalam implementasi strategi, kedua jenis struktur tersebut harus diperhatikan untuk menjawab pertanyaan - pertanyaan
semacam: a
Apakah struktur organisasi yang ada sekarang ini menjadi penghalang atau pendukung bagi implementasi strategi? Sebagai contoh, struktur
organisasi dengan banyak level of authority kemungkinan akan menjadi penghalang bagi implementasi strategi yang memerlukan atau
mensyaratkan kecepatan dalam pengambilan keputusan.
Universitas Sumatera Utara
b Apakah ada kemungkinan untuk menggunakan organisasi informal
untuk keberhasilan implementasi strategi? Dalam banyak kasus, peran dari organisasi informal seperti juga informal leader menjadi sumber
dari keberhasilan implementasi strategi.
C. Analisis Budaya Perusahaan
Secara formal, budaya didefinisikan sebagai pola perilaku, seni, keyakinan, kelembagaan dan semua produk yang dihasilkan dari pekerjaan
manusia dan karakteristik pemikiran masyarakat atau populasi. Adapun budaya perusahaan dapat dibedakan dari dua tingkatan atau leuel. Pada tingkatan yang
lebih dalam dan lebih sulit untuk dilihat, budaya perusahaan mengacu kepada nilai yang ada di antara orang-orang di dalam kelompok serta memiliki tendensi atau
kecenderungan untuk tetap ada, meskipun anggota-anggota kelompok berganti- ganti. Penekanan tentang apa yang paling penting dalam hidup bisa sangat
berbeda di antara perusahaan-perusahaan; dalam beberapa kasus uang menjadi hal paling utama dan dalam kasus yang lain teknologi yang paling utama. Pada level
atau tingkatan ini budaya sangat sulit untuk diubah, sebagian karena anggota kelompok pada umumnya tidak menyadari nilai-nilai apa saja yang telah
menyatukan mereka. Pada tingkatan yang lebih jelas untuk dilihat, budaya merepresentasikan pola perilaku atau gaya dari perusahaan dimana pegawai baru
akan secara otomatis terdorong untuk mengikuti apa yang dilakukan oleh pegawai-pegawai lama. Sebagai contoh adalah adanya kelompok pekerja yang
selama bertahun-tahun terkenal sebagai pekerja keras, kelompok yang dikenal sebagai sangat bersahabat terhadap orangorang asing dan lainlain. Pada level ini,
Universitas Sumatera Utara
budaya tetap sulit untuk diubah, akan tetapi masih lebih mudah ketimbang Level yang pertama disebutkan. Samuel Certo dan Paul Peter Dalam Grown Dirgantoro
2001:121-132.
2.1.4 Paradigma Global Corporate Social Responsibility CSR
Corporate Social Responsibility CSR dalam sejarah modern dikenal sejak Howard R. Bowen 1953 menerbitkan bukunya berjudul Social
Responsibilities of The Businessman. Buku yang diterbitkan di Amerika Serikat itu menjadi buku terlaris di kalangan dunia usaha pada era 1950-1960. Pengakuan
publik terhadap prinsip-prinsip tanggung jawab sosial yang ia kemukakan membuat dirinya dinobatkan secara aklamasi sebagai Bapak CSR. Sejak itu sudah
banyak referensi ilmiah lain yang diterbitkan di berbagai negara mengacu pada prinsip-prinsip tanggung jawab dunia usaha kepada masyarakat yang telah
dijabarkan dalam buku Social Responsibilities of The Businessman. Ide dasar yang dikemukakan Bowen adalah mengenai “kewajiban
perusahaan menjalankan usahanya dengan nilai-nilai dan tujuan yang hendak dicapai masyarakat di tempat perusahaan tersebut beroperasi”. Ia menggunakan
istilah sejalan dengan konteks itu demi meyakinkan dunia usaha tentang perlunya mereka memiliki visi yang melampaui urusan kinerja finansial perusahaan
Dalam dekade 1960-an, pemikiran Bowen terus dikembangkan oleh berbagai ahli sosiologi bisnis lainnya seperti Keith Davis 1960 yang
memperkenalkan konsep Iron law of social responsibility. Dalam konsepnya Davis berpendapat bahwa penekanan pada tanggung jawab sosial perusahaan
Universitas Sumatera Utara
memiliki korelasi positif dengan size atau besarnya perusahaan, studi ilmiah yang dilakukan Davis menemukan bahwa semakin besar perusahaan atau lebih tepat
dikatakan, semakin besar dampak suatu perusahaan terhadap masyarakat sekitarnya, semakin besar pula bobot tanggung jawab yang harus dipertahankan
perusahaan itu pada masyarakatnya. repository.usu.ac.idbitstream1234567892 54164Chapter20II.pdf
2.1.4.1. pengertian corporate social responsibility CSR
Berdasarkan penjelasan atas Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007, tanggung jawab sosial dan lingkungan didefinisikan sebagai komitmen perseroan
untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi
perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya.http:www.tempo.coreadkolom20130516720Tanggung-Jawab-
Sosial-Perusahaan-di-Indonesia. Dari beberapa definisi diatas maka secara umum Corporate Social
Responsibility tanggung jawab sosial perusahaan merupakan peningkatan kualitas mempunyai arti adanya kemampuan manusia sebagai individu anggota
komunitas untuk dapat menanggapi keadaan sosial yang ada, dan dapat menikmati serta memanfaatkan lingkungan hidup termasuk perubahan-perubahan yang ada
sekaligus memelihara Martono Anggusti,2010: 11
2.1.4.2 Kebijakan Coorporate Social
Terkait dengan area tanggungjawab sosial perusahaan, Organization Economic Cooperation and Development OECD dalam Wibisono 2007: 42
Universitas Sumatera Utara
menyepakati pedoman bagi perusahaan multinasional dalam melaksanakan CSR. Pedoman tersebut berisi kebijakan umum, meliputi:
1. Memberikan kontribusi untuk kemajuan ekonomi, sosial, dan lingkungan
berdasarkan pandangan untuk mencapai pembangunan berkelanjutan, 2.
Menghormati hak-hak asasi manusia yang dipengaruhi kegiatan yang dijalankan perusahaan tersebut sejalan dengan kewajiban dan komitmen
pemerintah di negara tempat perusahaan beroperasi, 3.
Mendorong pembangunan kapasitas lokal melalui kerja sama yang erat dengan komunitas lokal, termasuk kepentingan bisnis, selain
mengembangkan kegiatan perusahaan di pasar dalam dan luar negeri sejalan dengan kebutuhan praktik perdagangan,
4. Mendorong pembentukan human capital, khususnya melalui penciptaan
kesempatan kerja dan memfasilitasi pelatihan bagi para karyawan, 5.
Menahan diri untuk tidak mencari atau menerima pembebasan di luar yang dibenarkan secara hukum yang terkait dengan sosial lingkungan,
kesehatan dan keselamatan kerja, perburuhan, perpajakan, insentif finansial, dan isu-isu lain,
6. Mendorong dan memegang teguh prinsip-prinsip Good Corporate
Governance GCG serta mengembangkan dan menerapkan praktik- praktik tata kelola perusahaan yang baik,
7. Mengembangkan dan menerapkan praktik-praktik sistem manajemen yang
mengatur diri sendiri secara efektif guna menumbuhkembangkan relasi
Universitas Sumatera Utara
saling percaya diantara perusahaan dan masyarakat tempat perusahaan beroperasi,
8. Mendorong kesadaran pekerja yang sejalan dengan kebijakan perusahaan
melalui penyebarluasan informasi tentang kebijakan-kebijakan itu pada pekerja termasuk melalui program-program pelatihan,
9. Menahan diri untuk tidak melakukan tindakan tebang pilih diskriminatif
dan indispliner, 10.
Mengembangkan mitra bisnis, termasuk para pemasok dan subkontraktor, untuk menerapkan aturan perusahaan yang sejalan dengan pedoman
tersebut, 11.
Bersikap abstain terhadap semua keterlibatan yang tak sepatutnya dalam kegiatan-kegiatan politik lokal.
http:www.rahmatullah.net201201konsep-dasar-csr.html Peran dan tanggung jawab dari BUMN sebagai korporasi dijabarkan lebih
lanjut dalam Undang-undang RI No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang telah disahkan pada tanggal 20 Juli 2007. Pasal 74 UU RI No. 40 Tahun
2007 menyebutkan bahwa: 1.
Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang danatau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab
Sosial dan Lingkungan. 2.
Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksudkan pada ayat 1 merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan
Universitas Sumatera Utara
diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.
3. Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud
pada ayat 1 dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan perundang- undangan.
2.1.5. Program Kemitraan dan Bina Lingkungan
Program kemitraan dan bina lingkungan merupakan Program Pembinaan Usaha Kecil dan pemberdayaan kondisi lingkungan oleh BUMN melalui
pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN. Jumlah penyisihan laba untuk pendanaan program maksimal sebesar 2 dua persen dari laba bersih untuk
Program Kemitraan dan maksimal 2 dua persen dari laba bersih untuk Program Bina Lingkungan.
Program Kemitraan dan Bina Lingkungan meliputi Program Kemitraan untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri
dan Program Bina Lingkungan untuk pemberdayaan kondisi sosial masyarakat oleh BUMN di wilayah usaha BUMN tersebut melalui pemanfaatan dana dari
bagian laba BUMN tersebut. Program kemitraan dan bina lingkungan merupakan salah satu produk yang
dihasilkan CSR corporate social responsibility. PKBL ini dibentuk untuk menangani langsung masalah pembinaan dan pemberdayaan usaha masyarakat
dengan cara memberikan bantuan dana berupa kredit, dimana besaran alokasi dana PKBL tersebut bernilai 2 dari laba bersih perusahaan Dwi Kartini,
2009:78.
Universitas Sumatera Utara
Pada tanggal 27 April 2007 Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Republik Indonesia mengeluarkan Peraturan No. Per-05MBU2007 tentang
Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan. Surat Keputusan Menteri No. 236MBU2003 tanggal 17 Juni
2003 tentang Program Kemitraan dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan juncto Surat Edaran Menteri Badan Usaha Milik Negara Republik
Indonesia No. SE-433MBU2003 tanggal 16 September 2003 tentang Petunjuk Pelaksanaan Program Kemitraan dan saat ini disebut dengan Program Kemitraan
dan Bina Lingkungan PKBL. Peran BUMN dalam pengembangan usaha kecil dilaksanakan sejak
terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 3 tahun 1983 tentang Tata Cara Pembinaan dan Pengawasan Perusahaan Jawatan PERJAN, Perusahaan Umum PERUM
dan Perusahaan Perseroan PERSERO. Pertimbangan yang mendasari pelaksanaan program tersebut adalah adanya posisi strategis BUMN dalam
hubungannya dengan usaha kecil yaitu memiliki keunggulan pada bidang produksipengolahan, teknologi, jaringan distribusi dan SDM yang dapat
dimanfaatkan untuk membina dan mengembangkan usaha kecil sehingga menjadi usaha yang tangguh dan mandiri.
Pelaksanaan pembinaan usaha kecil oleh BUMN mulai tertata setelah terbitnya Keputusan Menteri Keuangan No.:
1232KMK.0131989. Pada saat itu program ini dikenal dengan nama Program Pegelkop pembinaan pengusaha golongan ekonomi lemah dan koperasi dan
pada tahun 1994 dengan terbitnya Keputusan Menteri Keuangan No.: 316KMK. 0161994 nama program diganti menjadi program PUKK Pembinaan Usaha
Universitas Sumatera Utara
Kecil dan Koperasi. Seiring dengan perkembangan kegiatan ekonomi masyarakat yang sangat pesat dan dinamis, peraturan-peraturan tersebut beberapa kali
mengalami perubahan, terakhir melalui Peraturan Menteri Negara BUMN No.: Per-05MBU2007 tanggal 27 April 2007 nama program diganti menjadi Program
Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan PKBL. Peran dan tanggung jawab dari BUMN sebagai korporasi dijabarkan lebih
lanjut dalam Undang-undang RI No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang telah disahkan pada tanggal 20 Juli 2007. Pasal 74 UU RI No. 40 Tahun
2007 menyebutkan bahwa: 1.
Perseroan yang menjalankan kegiatan usaha 2.
Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksudkan pada ayat 1 merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan
diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.
3. Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud
pada ayat 1 dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan perundang- undangan.
Pasal 74 UU RI No. 40 Tahun 2007 tersebut tidak hanya melahirkan bias dan kerancuan atas sikap pemerintah terhadap kepedulian dan kontribusi BUMN
sebagai korporasi dengan masyarakat sekitar, namun juga menimbulkan sikap kontra dan protes atas ketentuan pasal tersebut. Pasal tersebut sungguh-sungguh
menunjukkan suatu sikap yang diskriminatif dari pemerintah sendiri, yakni dengan melakukan polarisasi perseroan termasuk didalamnya BUMN sebagai
Universitas Sumatera Utara
korporasi dengan masyarakat sekitar, namun juga menimbulkan sikap kontra dan protes atas ketentuan pasal tersebut. Pasal tersebut sungguh-sungguh
menunjukkan suatu sikap yang diskriminatif dari pemerintah sendiri, yakni dengan melakukan polarisasi perseroan termasuk didalamnya BUMN sebagai
korporasi berdasarkan ruang gerak dan bidang usahanya. Ketegasan perintah yang tercermin pada kata ‘wajib’ dalam kalimat yang dipergunakan oleh pasal
tersebut, ternyata membebaskan bagi perseroan yang lainnya sehingga tidak memiliki tanggung jawab sosial dan lingkungan. Tanggung jawab sosial dan
lingkungan hanya diwajibkan bagi perseroan termasuk didalamnya BUMN sebagai korporasi yang kegiatan usahanya dibidang danatau berkaitan dengan
sumber daya alam, sedangkan perseroan yang tidak terkait dengan sumber daya alam bebas dari kewajiban tersebut.
Kementerian Negara Badan Usaha Milik Negara, sebagai lembaga pemerintah yang menaungi dan mengayomi institusi BUMN, turut
menindaklanjuti Pasal 88 UU RI No. 19 Tahun 2003 tersebut dengan diterbitkannya Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara No. Per-
05MBU2007 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan disingkat ‘PKBL’ yang telah mulai
diberlakukan untuk tahun buku 2007 dan ditetapkan pada tanggal 27 April 2007. Peraturan ini menggantikan peraturan sejenis terdahulu yakni Keputusan Menteri
Badan Usaha Milik Negara No. Kep-236MBU2003 tanggal 17 Juni 2003. Dengan peraturan tersebut, pemerintah . Kementerian Negara BUMN
menjabarkan peran dan partisipasi BUMN kedalam 2 program, yakni : Program
Universitas Sumatera Utara
Kemitraan dan Program Bina Lingkungan. Pasal 2 ayat 1 Permen.BUMN tersebut menegaskan bahwa Persero dan Perum wajib melaksanakan Program
Kemitraan dan Program Bina Lingkungan dengan memenuhi ketentuan-ketentuan yang diatur dalam Peraturan ini. Berdasarkan Pasal 1 Angka 5 Permen.BUMN
tersebut, yang dimaksud dengan Program Kemitraan dengan usaha kecil adalah program untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan
mandiri melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN. Sedangkan Angka 6 dari pasal tersebut menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan Program Bina
Lingkungan adalah program pemberdayaan kondisi sosial masyarakat oleh BUMN melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN.
Pelaksana dari kedua program tersebut adalah unit organisasi khusus yang merupakan bagian dari organisasi BUMN yang berada dibawah pengawasan
seorang direksi sumber dana yang dapat dipergunakan oleh BUMN guna melaksanakan kedua program tersebut diatas berasal dari: penyisihan laba setelah
pajak maksimal sebesar 2, jasa administrasi pinjamanmarjinbagi hasil, bunga deposito danatau jasa giro dari administrasi pinjamanmarjinbagi hasil, bunga
deposito danatau jasa giro dari dana sisa program tersebut pada tahun-tahun sebelumnya, atau pelimpahan dana program dari BUMN lain vide Pasal 9.
Adapun tujuan dari program kemitraan dan bina lingkungan yaitu; 1.
Meningkatkan citra baik dan hubungan sinergi dengan masyarakat sekitar keegiatan BUMN.
2. Mendorong kegiatan dan pertumbuhan ekonomi rakyat di lingkungan
BUMN
Universitas Sumatera Utara
3. Terciptanya pemerataan pembangunan melalui peningkatan penyerapan
tenaga kerja dan kualitas dan sumber daya manusia masyarakat, kesempatan berusaha dan pemberdayaan masyarakat di lingkungan di luar
kegiatan BUMN.
2.1.5.1. Bentuk Program Dan Dana Kemitraan dan Mitra Binaan
Program Kemitraan yang dilakukan oleh BUMN. Sesuai dengan pasal 11 ayat 1 peraturan mentri BUMN tersebut adalah diberikan dalam bentuk
pinjaman untuk membiayai modal kerja danatau pembelian aktiva tetap dalam rangka meningkatkan produksi dan penjualan, daan ppinjaman khusus untuk
membiayai kebutuhan dana pelaksanaan kegiatan usaha mitra binaan yang bersifat pinjaman tambahan dan berjangka pendek dalam rangka memenuhi pesanan dari
rekanan usaha mitra binaan.Sedangkan Program Bina Lingkungan, sesuai dengan pasal 11 ayat 2 menyatakan bahwa program bina lingkungan BUMN dibeikan
dalam bentuk bantuan-bantuan untuk korban bencana alam, pendidikan danpelatihan, peningkatan kesehatan, pengembangan sarana dan prasarana
umum, sarana ibadah,atau pelestarian alam. Sumber dana yang dapat diergunakan oleh BUMN guna melaksanakan
kedua program diatas berasal dari penyisihan laba setelah pajak sebesar 2, jasa dministrasi pinjamanmarjinbagi hasil, bunga deposito danjasa giro dari dana
sisa program tersebut pada tahun-tahun sebelumnya, atau pelimpahan dana program dari BUMN lain. Dana PKBL akan diberikan dalam beberapa bentuk,
yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1. Pinjaman untuk membiayai modal kerja dan atau pembelian aktiva tetap
dalam rangka meningkatkan produksi penjualan. 2.
Pinjaman khusus untuk membiayai kebutuhan dana pelaksanaan kegiatan usaha mitra binaan yang bersifat jangka pendek dalam rangka memenuhi
pesanan dari rekanan usaha mitra binaan. 3.
Biaya pembinaan yang bersifat hibah, yang meliputi biaya pendidikan, pelatihan, pemagangan, pemasaran, promoso, dan hal lain yang
menyangkut peningkatan produktivitas mitra binaan serta untuk pengkajianpenelitian yang bekaitan dengan program kemitraan.
Anggusti, martono. 2009:46
2.1.5.2. Kewaiban BUMN Pembina PKBL
Sebagai lembga Pembina atau lembaga yang menjalankan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan maka BUMN juga memiliki kewajiban. Adapun
kewajiban BUMN dalam menjalankan PKBL adalah sebagai berikut: 1.
Membantuk unit PKBL 2.
Menyusun Standar Operating Procedure SOP untuk pelaksanaan PKBL 3.
Menyusun Rencana Kerja PKBL 4.
Melakukan Evaluasi dan Seleksi Kelayakan Usaha Calon Mitra Binaan. 5.
Menyiapkan dan Menyalurkan Dana 6.
Melakukan Pemantauan dan Pembinaan Terhadap Mitra Binaan. 7.
Mengadministrasikan Kegiatan Pembinaan. 8.
Melakukan Pembukuan atas PKBL
Universitas Sumatera Utara
9. Menyampaikan Laporan Pelaksanaan PKBL Kepada Koordinator BUMN
Pembina Di Wilayah Masing-Masing Dan Kepada Mentri BUMN baik triwulan maupun tahunan.
Selain kewaiban lembaga Pembina, maka mitra binaan yang memperoleh pembiayaan dari PKBL juga memiliki kewajiban yang harus dipenuhi guna
mendukung berjalannya program kemitraan dan bina lingkungan, adapun yang menjadi kewajiban mitra binaan adalahsebagai berikut:
1. Melaksanakan kegiatan usaha sesuai dengan rencana yang telah disetujui
oleh BUMN Pembina. 2.
Menyelenggarakan pencatatanpembukuan dengan tertib. 3.
Membayar kembali pinjaman secara tepat waktu sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati.
4. Menyampaian laporan perkembangan usaha setiap triwulan keapada
BUMN Pembina.
2.1.6. Pengembangan Usaha
Perkembangan usaha adalah suatu bentuk usaha kepada usaha itu sendiri agar dapat berkembang menjadi lebih baik lagi dan agar mencapai pada satu titik
atau puncak menuju kesuksesan. Perkembangan usaha di lakukan oleh usaha yang sudah mulai terproses dan terlihat ada kemungkinan untuk lebih maju lagi.
http:nnaalliiaa.blogspot.com201103perkembangan-usaha.html. Pengembangan usaha adalah ” Tugas dan proses persiapan analitis
tentang peluang pertumbuhan potensial, dukungan dan pemantauan pelaksanaan peluang pertumbuhan usaha, tetapi tidak termasuk keputusan
Universitas Sumatera Utara
tentang strategi dan implementasi dari peluang pertumbuhan usaha. Sekarang
ini kita dituntut untuk dapat mengembangkan usaha , supaya usaha kita dapat maju dan besar serta menjadi pengusaha yang sukses. Banyak hambatan –
hambatan yang dihadapi seperti kekurangan modal, tenaga kerja yang ahli atau terampil, kinerja keuangan usaha yang buruk , dan sebagainya . Tetapi hambatan-
hambatan itu semua dapat diatasi dengan cara mengembankan dan menerapkan strategi pengembangan usaha yang baik . Pengembangan usaha bukan saja
dibarengi dengan modal yang banyak atau tenaga kerja yang terampil , tetapi juga harus dibarengi dengan niat dari diri kita sendiri. Dengan niat yang sungguh –
sungguh kita bisa mengembangkan usaha kita menjadi lebih besar. Jika tidak mengembangkan usaha dengan sungguh – sungguh maka sebaliknya usaha akan
kita akan bangkrut. Cara lain yang harus dilakukan untuk dapat mengembangkan usaha dengan baik adalah dengan memberikan pendidikan meningkatkan keahlian
kepada pengusaha wirausaha seperti memberi pelatihan workshop tentang pengembangan usaha , dan sebagainya. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan dan wawasan yang lebih kepada pengusaha terhadap pengembangan usaha yang baik . http:harrisfadilah.wordpress.com20120417pengembangan-
usaha
2.1.6.1. Unsur – Unsur Dalam mengembangkan Usaha
Adapun unsur – unsur penting dalam mengembangkan usaha ada 2 yaitu: 1.
Unsur yang berasal dari dalam pihak internal:
a Adanya niat dari si pengusaha wirausaha untuk mengembangkan
usahanya menjadi lebih besar.
Universitas Sumatera Utara
b Mengetahui teknik memproduksi barang seperti berapa banyak
barang yang harus diproduksi , cara apa yang harus digunakan
untuk mengembangkan barangproduk, dan lain – lain.
c Membuat anggaran yang bertujuan seberapa besar pemasukkan
dan pengeluaran produk. .
2.
Unsur dari pihak luar Pihak eksternal:
a
Mengikuti perkembangan informasi dari luar usaha.
b Mendapatkan dana tidak hanya mengandalakan dari dalam
seperti meminjam dari luar.
c Mengetahui kondisi lingkungan sekitar yang baik kondusif untuk
usaha . 2.1.6.2. Usaha Mikro,Kecil, Menengah UMKM
Dalam perekonomian Indonesia Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah UMKM merupakan kelompok usaha yang memiliki jumlah paling besar. Selain
itu Kelompok ini terbukti tahan terhadap berbagai macam goncangan krisi ekonomi. Maka sudah menjadi keharusan penguatan kelompok usaha mikro, kecil
dan menengah yang melibatkan banyak kelompok. Kriteria usaha yang termasuk dalam Usaha Mikro Kecil dan Menengah telah diatur dalam payung hukum
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah UMKM
a. usaha mikro
Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, definisi usaha mikro yaitu usaha produktif milik
Universitas Sumatera Utara
orang perorangan danatau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang. Kriteria usaha mikro
yang dimaksud oleh Undang-undang tersebut yaitu: a.
memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 lima puluh juta rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00
tiga ratus juta rupiah. Ciri-ciri usaha mikro:
1. Jenis barangkomoditi usahanya tidak selalu tetap, sewaktu-waktu dapat
berganti; 2.
Tempat usahanya tidak selalu menetap, sewaktu-waktu dapat pindah tempat;
3. Belum melakukan administrasi keuangan yang sederhana sekalipun, dan
tidak . 4.
memisahkan keuangan keluarga dengan keuangan usaha; 5.
Sumber daya manusianya pengusahanya belum memiliki jiwa wirausaha yang memadai;
6. Tingkat pendidikan rata-rata relatif sangat rendah;
7. Umumnya belum akses kepada perbankan, namun sebagian dari mereka
sudah akses ke lembaga keuangan non bank; 8.
Umumnya tidak memiliki izin usaha atau persyaratan legalitas lainnya termasuk NPWP.
Universitas Sumatera Utara
b. usaha kecil