Analisa SEM Pembahasan Penelitian
kemuluran. Dimana dihasilkan ketebalan edible film dengan perbandingan tepung
tapioka : tepung terigu 7,5 g : 2,5 g sebesar 0,19 mm, kuat tarik 0,1442 KgFmm
2
dan kemuluran sebesar 48,82 dan untuk edible film dengan perbandingan tepung tapioka : tepung terigu 5 g : 5 g memiliki ketebalan sebesar 0,22 mm, kuat tarik
0,1181 KgFmm
2
dan kemuluran 38,62. Bila dibandingkan dengan penelitian Dwi Raafiah Ulpa 2011 yang membuat edible film tanpa penambahan tepung terigu
dengan kekuatan tarik sebesar 0,02 KgFmm
2
dan kemuluran sebesar 24, edible film ini jauh lebih baik.
Dari perbandingan hasil kuat tarik dan kemuluran dapat disimpulkan bahwa edible film
dari ekstrak buah pepaya dengan campuran tepung tapioka, tepung terigu dan gliserin dengan perbandingan tepung tapioka : tepung terigu 7,5 g : 2,5 g
memiliki karakteristik yang paling baik. Ini dikarenakan di dalam tepung terigu terdapat gluten, yang secara khas membedakan tepung tepung terigu dengan tepung-
tepung lainnya. Gluten adalah suatu senyawa pada tepung tepung terigu yang bersifat kenyal dan elastis. Dengan adanya senyawa ini di dalam tepung tepung terigu, edible
film yang dihasilkan semakin lebih elastis dan tidak mudah patah saat ditarik.
Hal ini juga terjadi karena dengan penambahan tepung terigu sebanyak 2,5 g, edible film berada pada titik jenuh sehingga molekul-molekul pemlastis hanya
terdispersi dan berinteraksi diantara struktur rantai polimer dan menyebabkan rantai- rantai polimer lebih sulit bergerak. Inilah yang menyebabkan kekuatan tarik
meningkat disamping karena adanya gaya intermolekuler antar rantai pati. Namun jika lebih banyak tepung terigu yang ditambahkan, titik jenuh telah terlewati sehingga
molekul-molekul pemlastis yang berlebih berada dalam fase tersendiri di luar fase polimer dan akan menurunkan gaya intermolekuler antar rantai polimer pada pati
sehingga edible film tersebut juga kurang baik karakteristiknya.