Analisa Dermatitis Kontak Pada Pekerja Pencuci Botol Di Pt X Medan Tahun 2008

(1)

ANALISA DERMATITIS KONTAK PADA PEKERJA PENCUCI

BOTOL DI PT X MEDAN TAHUN 2008

TESIS

Oleh

SURYANI M FLORENCE SITUMEANG

067010018/KK

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

Judul Tesis : ANALISA DERMATITIS KONTAK PADA PEKERJA PENCUCI BOTOL DI PT X MEDAN TAHUN 2008 Nama Mahasiswa : Suryani M. Florence Situmeang

Nomor Pokok : 067010018

Program Studi : Ilmu Kesehatan Masyarakat Konsentrasi : Kesehatan Kerja

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof.Dr.dr. Irma D. Roesyanto SpKK (K) ) . (Dra Lina Tarigan Apt,MS)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Direktur,

(Dr.drs. R.Kintoko Rochadi,MKM) (Prof.Dr.Ir.Chairun Nisa B,MSC)


(3)

Telah diuji

Pada tanggal : 2 September 2008

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof.Dr.dr. Irma D. Roesyanto SpKK (K) Anggota : 1. Dra. Lina Tarigan Apt, MS


(4)

PERNYATAAN

ANALISA DERMATITIS KONTAKPADA PEKERJA PENCUCI BOTOL DI PT X MEDAN TAHUN 2008

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, 2 September 2008


(5)

RIWAYAT HIDUP

Suryani M. Florence Situmeang dilahirkan di Dolok Masihul pada tanggal 28 September 1966, anak kedua dari 5 bersaudara dari pasangan Ayahanda A.P. Situmeang dan ibunda T.F. Samosir. Menikah dengan Wiyadi Silaban pada tanggal 23 Juni 1995 dan dikaruniai 3 orang anak (Wira, Yesi, Hary).

Memulai pendidikan di Sekolah Dasar Swasta Metodist 2 Rantau Prapat dari tahun 1973 – 1979, melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 3 Rantau Prapat tahun 1979 – 1982, kemudian melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Analis Kesehatan (SMAK) Depkes RI Medan tahun 1982 – 1985. Memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Riama di Medan pada tahun 1990 – 1995, dan kembali mengambil pendidikan D3 Analis di Yayasan dr. Rusdi Medan pada Tahun 2002-2005.

Pernah bekerja di Laboratorium swasta Spectrum Tahun 1985 – 1986, diangkat menjadi PNS pada tahun 1986 dan ditempatkan di Sekolah Menengah Analis Kesehatan sebagai Asisten Laboratorium pada Tahun 1986 – 1989, selanjutnya menjadi tenaga pengajar di SMAK pada tahun 1989 – 1999. Menjadi Dosen tetap di Poltekkes Depkes RI Medan Jurusan Analis Kesehatan Tahun 2000 sampai sekarang.


(6)

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan pada pekerja pencuci botol di PT X Medan Tahun 2008 untuk mengetahui hubungan antara masa kerja pengetahuan dan tindakan dengan dermatitis kontak.

Jenis penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan rancangan C ross-sectional. Populasi adalah pekerja pencuci botol di PT X Medan sebanyak 50 orang. Sampel adalah total populasi.

Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner dan observasi terhadap tindakan pekerja untuk mengetahui pekerja yang mengalami dermatitis kontak dilakukan dengan diagnosa Dokter spesialis kulit. Untuk mengetahui hubungan antara masa kerja, pengetahuan dan tindakan terhadap dermatitis kontak dilakukan uji statistik menggunakan Chi square.

Berdasarkan distribusi frekuensi menunjukkan bahwa pekerja yang menderita dermatitis kontak sebesar 54 %. Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara masa kerja dengan dermatitis kontak dengan nilai P-Value = 0,794(< 0,05), tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan dermatitis kontak dengan nilai P-Value = 0,710 (> 0,05), dan ada hubungan yang bermakna antara tindakan dengan dermatitis kontak dengan nilai P – Value = 0,001* (< 0,05),

Disarankan kepada pekerja pencuci botol agar menggunakan Alat Pelindung Diri yang sesuai dan bagi pihak perusahaan agar menyediakan Alat Pelindung Diri yang sesuai, serta pemerintah hendaknya konsisten dalam mengawasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada tenaga kerja diperusahaan.

Kata Kunci : Pekerja, Masa Kerja, Pengetahuan, Tindakan, Alat Pelindung Diri, Dermatitis Kontak


(7)

ABSTRACT

This descriptive study with Cross-sectional design was conducted in the 50 bottle cleaners working for PT X Medan in 2008 to examine the relationship between their length of service, knowledge and action and the contact dermatitis.The 50 bottle cleaners were selected to be the samples for this study. The data for this study was collected through questionnaire – based interviews and observing the action of the bottle cleaners and to find out the bottle cleaners suffering from contact dermatitis diagnose was done by a dermatologist. The data obtained were statistically analyzed through Chi-square test.

Based on the distribution of frequency, it is shown that the bottle cleaners suffering from contact dermatitis is 54%. The result of statistical test reveals that there is no significant relationship between length of service and contact dermatitis with P-value = 0,794 ( < 0,05). There is no significant relationship between knowledge and contact dermatitis with P-value = 0,710 ( > 0,05), and there is a significant relationship between action and contact dermatitis with P-value = 0,001*

(<0,05).

It is suggested that the bottle cleaners use the appropriate personal protection equipment (PPE) and the management of the company make the PPE available, and the govnerment should be consistent in monitoring the application of safety and healthy workers in a company.

Key words : Workers, Length of Service, Knowledge, Action, Personal Protection Equipment, Contact Dermatitis.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa melimpahkan rahmatnya kepada penulis sehingga pnulis dapat menyelesaikan penelitian tesis ini dengan judul “ Analisa Dermatitis Kontak Pada Pekerja Pencuci Botol Di PT X Medan Tahun 2008)”, yang mana merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Kesehatan.

Selama ada penyusunan tesis ini, penulis banyak mendapat bantuan moril maupun materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada Ibu Prof.Dr.dr.Irma D. Roesyanto, SpKK(K) dan Ibu Dra Lina Tarigan, Apt, MS yang telah membimbing penulis dari awal sampai selesainya penyusunan teis ini, selanjutnya terima kasih juga saya ucapkan kepada:

1. Ibu Prof.Dr.Ir.T.Chairun Nisa B. Msc, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr.Drs.R.Kintoko Rochadi, MKM selaku ketua program studi IKM Kekhususan Kesehatan kerja.

3. Ibu dr. Halinda Sari Lubis, MKKK, dan Ibu Ir. Kalsum, MKes selaku dosen pembanding tesis.

4. Seluruh dosn dan staf di program studi IKM Kekhususan Kesehatan Kerja Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.


(9)

5. Ibu Ir.Zuraidah Nasution, MKes, selaku Direktur Politeknik Kesehatan Depkes RI Medan.

6. Bapak dr.Fachri Nasution, DAN selaku ketua Jurusan Analis Kesehatan Depkes RI Medan.

7. Orangtua tercinta Ayahanda A.P. Situmeang dan Ibunda T.F Samosir yang telah banyak memberikan dorongan dan semangat dalam menyelesaikan tesis ini.

8. Istimewa buat suami tercinta Wiyadi Silaban serta anak-anak tersayang (Wira, yesi Hary) yang telah banyak memberikan dorongan dan semangat dalam penyelesaian pendidikan Pascasarjana.

9. Seluruh teman-teman di Politeknik Kesehatan Depkes RI Medan Jurusan Analis yang telah membantu dalam penyelesaian tesis ini.

10. Teman-teman di Sekolah Pascasarjana khususnya Konsentrasi Kesehatan Kerja. Penulis menyadari tesisi ini masih jauh dari sempurna baik dari segi isi maupun penulisan. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan masukan yang bersifat membangun demi kesempurnaan tesis ini dan pengembangan penulisan ini dimasa yang akan datang


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK.... ………. i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR... iii

RIWAYAT HIDUP... v

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ………... xi

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang………... 1

1.2 Permasalahan... 5

1.3 Tujuan Penelitian... 5

1.4 Hipotesis ... 5

1.5 Manfaat Penelitian... 6

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Anatomi Kulit... 7

2.2 Penyakit Kulit Akibat Kerja... 9

2.3 Dermatitis Kontak Akibat Pekerjaan ... 12

2.4 Iritan Primer... 14


(11)

2.6 Soda Api (Natrium hidroksida)... 17

2.7 Faktor – faktor yang Berpengaruh Terhadap Timbulnya Penyakit Kulit Akibat Kerja (Gilles L, Evan R, Farmer and Antoniette F Hood,1990) ... 17

2.8 Diagnosis Penyakit Kulit Akibat Kerja ... 19

2.9 Alat Pelindung Diri... 20

2.10 Landasan Teori... 22

2.11 Kerangka Konsep... 23

BAB 3. METODE PENELITIAN ………. 24

3.1 Jenis Penelitian... 24

3.2 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian... 24

3.3 Populasi dan Sampel... 25

3.4 Metode Pengumpulan Data... 25

3.5 Pengujian Validitas dan Realibilitas ………... 26

3.6 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 28

3.7 Metode Pengukuran... 29

3.8 Metode Analisis Data... 31

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 32

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian... 32

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian... 33


(12)

BAB 5. PEMBAHASAN ... 39

5.1 Dermatitis Kontak... 39

5.2 Hubungan Masa Kerja Dengan Dermatitis Kontak Pada Pekerja Pencuci Botol Di PT X Medan Tahun 2008... 40

5.3 Hubungan Pengetahuan Dengan Dermatitis Kontak Pada Pekerja Pencuci Botol Di PT X Medan Tahun 2008... 41

5.4 Hubungan Tindakan Dengan Dermatitis Kontak Pada Pekerja Pencuci Botol Di PT X Medan Tahun 2008... 42

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ………... 45

6.1 Kesimpulan... 45

6.2 Saran... 45


(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

3.1 Hasil Uji Validitas... 26

3.2 Hasil Uji Realibilitas... 27

3.3 Aspek Pengukuran Variabel Penelitian ... 30

4.1 Distribusi Responden Dermtitis Kontk Di PT X Medan………….. 33

4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja di PT X Medan tahun 2008……….. 34

4.3 Distribusi Responden berdasarkan Pengetahuan di PT X Medan Tahun 2008... 34

4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan di PT X Medan Tahun 2008 ... 36

4.5 Hubungan Masa Kerja Dengan DK di PT X Medan Tahun 2008 ... 36

4.6 Hubungan Pengetahuan Dengan DK di PT X Me dan Tahun 2008... 37

4.7 Hubungan Tindakan Dengan DK di PT X Medan Tahun 2008... 38


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Jadwal Penelitian ... 49

2. Kuessioner Penelitian ... 50

3. Tindakan Penggunaan APD... 52

4. Surat Pernyataan ... 55

5. Permohoan Izin Peneltian ... 56

6. Surat Keterangan Penelitian ... 57

7. Output Hasil Penelitin ... 58

8. Master Tabel Hasil Penelitian... 66


(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman


(16)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit akibat kerja (PAK) adalah setiap penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja. Penyakit ini timbul disebabkan oleh adanya pekerjaan. Kepadanya sering diberikan nama penyakit buatan manusia (manmade diseases). Berat ringannya penyakit dan cacat tergantung dari jenis dan tingkat sakit. Sering kali terjadi cacat yang berat sehingga pencegahannya lebih baik daripada pengobatan (Anies, 2005).

Penyakit kulit akibat kerja (PKAK) adalah keadaan patologi pada kulit yang terjadi akibat adanya paparan dengan banyak faktor yang berperan. Prevalensi PKAK di Negara industri tercatat cukup tinggi. Pada tahun 1975, survey tahunan The National Institute of Occupational Safety Hazards (NIOSH) menemukan angka PKAK yang sebenarnya mungkin 20-50% lebih tinggi dari yang dilaporkan. Berdasarkan data dari United States Bureau of Labor Statistict Annual Survey of Occupational Injuries and Illnesses pada tahun 1988, didapati 24% kasus penyakit akibat kerja adalah kelainan atau penyakit kulit. Jumlah kelainan yang dilaporkan paling banyak ditemukan pada pekerja pabrik. Di Amerika Serikat biaya yang digunakan untuk menanggulangi kelainan kulit akibat kerja cukup besar, yang


(17)

mencakup kehilangan penghasilan, produktivitas dan pemindahan tenaga kerja, ganti rugi, biaya pengobatan dan asuransi (Djunaedi H, Lokomanto MD, 2003).

Data di Inggris menunjukkan bahwa dari 1,29 kasus per 1000 pekerja merupakan dermatitis akibat kerja. Apabila ditinjau dari jenis penyakit kulit akibat kerja, maka lebih dari 95% merupakan dermatitis kontak, sedangkan yang lain merupakan penyakit kulit yang lain seperti akne, urtikaria kontak dan tumor kulit Data mengenai insiden dan prevalensi penyakit kulit di Indonesia termasuk di Negara maju sulit didapat. Umumnya pelaporan tidak lengkap sebagai akibat tidak terdiagnosisnya atau tidak terlaporkannya penyakit tersebut (www.kompas.com/kesehatan/news/0501/10/09o137.htm, 2007) .

Menurut Suma’mur (1995), bahan kimia dapat menyebabkan dermatitis dengan jalan perangsangan atau iritasi serta jalan sensitisasi, dengan mengambil air dari lapisan kulit, secara oksidasi atau reduksi, sehingga keseimbangan kulit terganggu dan timbulah dermatitis.

Menurut Harahap M (2000), Dermatitis kontak adalah suatu peradangan kulit yang disertai adanya spongiosis/edema interseluler pada epidermis karena kulit berinteraksi dengan bahan-bahan kimia yang berkontak atau terpajan pada kulit. Bahan-bahan tersebut dapat bersifat toksik atau alergik. Pembagian dermatitis kontak yaitu: (a) Dermatitis kontak iritan (akut dan kronik atau kumulatip), (b) Dermatitis kontak Alergik, (c) Dermatitis Fotokontak (Fotokontak toksik dan Fotokontak alergik). Dermatitis kontak iritan merupakan 80% dari seluruh dermatitis kontak.


(18)

PT X adalah perusahaan yang memproduksi minuman berbentuk sirup yang pemasarannya sudah menduduki hampir seluruh kota di Indonesia terutama Indonesia bagian Barat. Perusahaan ini dipimpin oleh seorang manager yang mempekerjakan karyawan sebanyak 200 orang, yang dibagi atas beberapa divisi yaitu; bagian produksi, bagian administrasi dan bagian pemasaran serta bagian pencucian botol yang menjadi wadah hasil industrinya. Botol-botol tersebut diperoleh dari penjual botol-botol bekas pakai. Untuk mempermudah proses pembersihan, botol-botol direndam didalam larutan kaustik soda (NaOH) yang dilarutkan dalam air dengan perbandingan 1 kg kaustik soda dengan 100 liter air. Setelah lebih 1 jam botol tersebut di cuci dan dibilas dengan air bersih.

Kaustik soda adalah senyawa kimia yang bersifat alkalis dengan rumus kimia

NaOH (Natrium Hidroksida). Natrium Hidroksida bersifat sebagai basa kuat dalam air, dan bersifat iritan yang dapat menimbulkan kerusakan atau peradangan apabila kontak dengan permukaan tubuh (kulit) , mata, dan saluran pernafasan. Kerusakan yang terjadi dapat berupa luka, gatal-gatal, dan peradangan. NaOH adalah bahan kimia yang bersifat reaktif, karena bila bereaksi dengan air akan mengeluarkan panas dan gas yang mudah terbakar (Cahyono AB, 2004).

Menurut Fregert (1981), dapat disimpulkan bahwa bahan alkalis (termasuk NaOH) pada konsentrasi yang kecil apabila berulang-ulang kontak dengan kulit dapat menimbulkan dermatitis kontak iritan kumulatip, dengan gejala gatal-gatal, fisura nyeri pada daerah kulit yang terpapar.


(19)

Kaustik soda adalah suatu bahan alkalis yang dapat melarutkan lemak kulit serta bahan pengikat – air dan memutuskan rantai kimia dalam keratin kulit. Reaksi yang terjadi tergantung pada konsentrasi zat terpapar, semakin tinggi konsentrasi zat terpapar maka semakin berat gejala dermatitis yang terjadi, serta lamanya kontak.

Berdasarkan observasi awal yang dilakukan oleh peneliti pada pencucian botol secara umum sudah baik. Perancangan stasiun kerja sudah dikondisikan sedemikian rupa sehingga pekerja dapat bekerja dengan leluasa, sistem ventilasi dan penerangan sudah baik, tetapi pada saat bekerja, pekerja tidak memakai Alat Pelindung Diri seperti sarung tangan yang tidak sesuai. Hal ini sangat berpotensi untuk menyebabkan terjadinya dermatitis kontak. Keluhan pekerja ketika peneliti melakukan wawancara singkat adalah gatal dan nyeri pada tangan yang langsung terpapar dengan bahan pencuci botol.

Dermatitis kontak pada pekerja tersebut menurut peneliti disebabkan para pekerja selalu terpapar bahan pencuci yaitu larutan Kaustik soda, lamanya mereka beskerja pada pekerja sebagai pencuci botol artinya semakin lama mereka bekerja tentu semakin lama mereka terpapar dengan bahan pencuci (kaustik soda), pengetahuan tentang pentingnya penggunaan Alat Pelindung Diri seperti sarung tangan, sepatu, baju pelindung serta tindakan pekerja ketika mencuci botol apakah sudah menggunaka Alat Pelindung Diri yang sesuai.


(20)

1.2 PERMASALAHAN

Berdasarkan latar belakang dan masalah penelitian diatas, dimana hasil survei awal oleh peneliti, pekerja pencuci botol setiap hari terpapar oleh kaustik soda. Berdasarkan wawancara singkat oleh peneliti, para pekerja mengalami gatal-gatal, nyeri pada daerah telapak tangan. Hal ini diasumsikan karena pekerja terpapar oleh kaustik soda, masa kerja, pengetahuan pekerja dan tindakan pekerja ketika melakukan pekerjaan di bagian pencucian botol PT X Medan.

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara masa kerja, pengetahuan tentang pentingnya penggunaan Alat Pelindung Diri serta tindakan pekerja pada waktu melakukan pekerjaan dengan Dermatitis kontak pada pekerja di PT X Medan.

1.4 HIPOTESIS

1. Ada hubungan antara masa kerja dengan Dermatitis kontak pada pekerja di PT X Medan.

2. Ada hubungan antara pengetahuan tentang APD dengan Dermatitis kontak pada pekerja pencuci botol di PT X Medan.

3. Ada hubungan antara tindakan penggunaan APD dengan Dermatitis kontak pada pekerja pencuci botol di PT X Medan.


(21)

1.5 MANFAAT PENELITIAN

1. Sebagai informasi bagi pekerja tentang pentingnya penggunaan alat pelindung diri serta pengetahuan individu.

2. Dapat memberikan beberapa upaya penanggulangan penyakit akibat kerja. 3. Pengembangan pengetahuan bagi penelitian bidang K3.


(22)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Kulit

Kulit merupakan pembungkus yang elastis yang melindungi tubuh dari pengaruh lingkungan. Kulit juga merupakan alat tubuh yang terberat dan terluas ukurannya, yaitu 15% dari berat tubuh dan luasnya 1,5-1,75 m ², rata-rata tebal kulit 1-2 mm. Paling tebal (16 mm) terdapat ditelapak tangan dan kaki dan paling tipis (0,5 mm) terdapat di penis (Harahap M, 2000).

Pembagian kulit secara histopatologik (Djuanda A, 1987)

a. Epidermis, terdiri dari 5 lapisan;

1. Stratum corneum, merupakan lapisan paling luar. Padat terdiri dari kumpulan sel-sel yang telah mati, dan terus menerus diganti oleh sel yang baru. Lapisan ini menebal ditelapak tangan dan kaki sedangkan dikelopak mata menipis.

2 Sratum lucidum, terdiri dari protein dan lemak, berwarna transparant, jelas terlihat dibawah sratum corneum yang tebal seperti di telapak kaki dan tangan.

3 Sratum granulosum (keratohyalin), terdiri dari sel-sel yang memipih dengan sitoplasma berwarna gelap karena keratohyalin. Adanya granula ini menunjukkan bahwa sel-sel mulai mati.


(23)

4 Stratum spinosum/squamosum, terdiri dari lapisan sel-sel polygonal, makin keatas makin pipih.

5 Stratum basale, terdiri dari 1 lapis sel silindris dengan sumbu panjang tegak lurus dan selalu membelah diri. Lapisan ini merupakan impermeable membrane terhadap bahan kimia yang larut dalam air. Lapisan ini mengandung sel-sel melanosit. Pada orang normal, perjalanan sel dari stratum basale sampai ke stratum corneum lamanya 40 sampai 56 hari. b. Cutis ( Demis/Corium)

Cutis terletak dibawah epidermis, yang membuat kulit menjadi kuat dan elastis karena terdiri dari kumpulan jaringan fibrous dan elastis. Lapisan ini terdiri dari 2 lapisan, yaitu:

1. Stratum papilare yang menonjol masuk kedalam lapisan bawah epidermis, mengandung kapiler dan ujung-ujung syaraf sensoris

2. Stratum retikulare yang berhubungan dengan subkutis, mengandung kelenjar keringat dan sebasea. Kelenjar sebasea seluruhnya bermuara pada folikel rambut, tidak dijumpai pada telapak tangan dan kaki. Sedangkan pada hidung, areola mammae dan scrotum kelenjar-kelenjarnya berbentuk lebih besar dari ukuran normal.

c. Subcutis

Terdiri dari jaringan yang longgar dan mengandung banyak kelenjar keringat dan sel-sel lemak. Kelenjar keringat terbanyak dijumpai pada telapak tangan dan


(24)

kaki, tidak terdapat pada gland penis dan kuku, sedangkan pada ketiak, daerah genitalia kelenjar peluhnya besar.

2.1.1 Skin Barrier

Kulit mengandung sejumlah tumpukan lapisan spesifik yang dapat mencegah masuknya bahan-bahan kimia yang terutama disebabkan adanya lapisan tipis lipida pada permukaan, lapisan tanduk dan lapisan epidermis malfigi. Pada daerah ini ditemukan juga suatu celah yang berhubungan langsung dengan epidermis kulit bagian dalam yang dibentuk oleh kelenjar sebasea yang membatasi bagian luar dan cairan ekstracellulair yang juga merupakan sawar (barrier). Barrier kulit terutama disusun oleh lapisan tanduk (stratum corneum). Deretan sel-sel pada lapisan tanduk saling berikatan dengan sangat kuat dan merupakan pelindung kulit yang paling efisien. Sesudah penghilangan lapisan tanduk (stratum corneum), impermeabilitas kulit dipengaruhi oleh regenerasi sel. Dalam 2-3 hari meskipun ketebalan lapisan tanduk yang terbentuk masih sangat tipis, namun lapisan tersebut telah mempunyai kapasitas perlindungan yang mendekati sempurna (Hans Schaefer,1996).

2.2 Penyakit Kulit Akibat Kerja

Penyakit kulit akibat kerja atau Occupational Dermatitis adalah segala kelainan pada kulit yang diakibatkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja. Penyakit ini merupakan 50-60% dari seluruh penyakit akibat kerja, sebagian besar disebabkan


(25)

karena pekerja kontak dengan bahan-bahan yang dipergunakan, diolah atau dihasilkan oleh pekerjaan itu.

Penyebabnya dapat digolongkan atas:

a. Faktor mekanik

Gesekan, tekanan trauma, menyebabkan hilangnya barrier sehingga memudahkan terjadinya sekunder infeksi. Penekanan khronis menimbulkan penebalan kulit seperti kuli-kuli bangunan dan pelabuhan.

b. Faktor fisik

1. Suhu tinggi ditempat kerja dapat menyebabkan miliara, combustion. 2. Suhu rendah menyebabkan chilblans, trench foot, frostbite.

3. Kelembaban terlalu rendah menyebabkan kulit dan selaput lendir saluran pernafasan menjadi kering dan pecah-pecah sehingga dapat terjadi perdarahan pada kulit dan selaput lendir.

4. Radiasi elektromagnetik non ionisasi seperti ultraviolet dan infra merah. 5. Kelembaban yang menyebabkan kulit menjadi basah, hal ini dapat

menyebabkan malerasi, paronychia dan penyakit jamur.

6. Penerangan yang kurang baik dapat menyebabkan terganggunya indra penglihatan sehingga cenderung terjadi kecelakaan kerja.

7. Kecepatan aliran udara yang lambat menyebabkan kemungkinan kontak dengan bahan kimia dalam bentuk gas, uap, asap, kabut menjadi lebih besar.


(26)

c. Faktor biologis

Bakteri, virus, jamur, serangga, kutu, cacing menyebabkan penyakit pada karyawan perkebunan, rumah potong, pertambangan, peternakan, tukang cuci dan lain-lain.

d. Tanaman dan bahan – bahan yang berasal dari padanya

Dijumpai pada pekerja-pekerja pengolahan karet, damar dan tembakau, pekerja perkayuan dan perusahaan meubel.

e. Mental psikologis

Seperti hubungan kerja yang kurang baik, pekerjaan-pekerjaan yang monoton dan faktor-faktor psikis lainnya.

f. Faktor kimia (penyebab terbanyak)

Apabila kulit terpapar dengan bahan kimia dapat terjadi kelainan kulit berupa dermatitis kontak iritasi atau dermatitis kontak alergi.

Faktor penyebab terbanyak adalah agen kimia yang terdiri dari 4 kategori: 1. Iritan primer-asam, basa, pelarut lemak, deterjen, garam-garam logam

(arsen, air raksa dan lain-lain).

2. Sensitizer; logam dan garam-garamnya (kromium, nikel, kobal, dan lain-lain), bahan-bahan kimia karet, obat-obatan dan antibiotik, kosmetik dan lain-lain.

3. Agen-agen aknegenik – naftalen dan bifenil klor, minyak mineral dan lain-lain.


(27)

4. Photosensitizer-antrasen, pitch, derivate asam benzoate, hidrokarbon aromatk, pewarna akridin dan lain-lain.

2.3. Dermatitis Kontak Akibat Pekerjaan

Dermatitis kontak akibat pekerjaan (occupational contact dermatitis) secara medis dapat diartikan sebagai dermatitis kontak dimana pekerjaan merupakan penyebab utama atau salah satu diantara factor-faktor yang menyebabkan dermatitis kontak tersebut. Beberapa keadaan yang harus mendapatkan perhatian dalam suatu penelitian akan kecurigaan akibat pekerjaan adalah (Fregert S, 1986):

1. Adanya kontak dengan bahan-bahan yang diketahui menimbulkan dermatitis. Baik produk yang sudah ada selama bertahun-tahun maupun produk yang baru saja diperkenalkan dapat menjadi penyebabnya.

2. Adanya dermatitis dengan tipe serupa pada orang – orang lain yang bekerja pada pekerjaan yang sama. Jikalau banyak orang yang terkena pada suatu tempat kerja dalam saat yang bersamaan, maka keadaan tersebut lebih mungkin merupakan reaksi iritan dari pada reaksi alergi. 3. Adanya waktu antara kontak dan timbulnya kelainan. Ada kalanya

dermatitis alergika timbul tidak lebih cepat dari pada 4-5 hari setelah kontak.

4. Gambaran dan lokalisasinya mempunyai persamaan dengan kasus-kasus yang sudah pasti lainnya. Namun demikian, apabila ada beberapa faktor


(28)

bisa berubah. Lokalisasi biasanya pada kedua belah tangan tanpa gambaran yang spesifik.

5. Serangan terjadi ketika melakukan pekerjaan tertentu, sementara kesembuhan dapat dilihat ketika melakukan pekerjaan lainnya atau ketika cuti sakit, liburan ataupun setelah berakhir pekan.

6. Kalau ada hubungan antara riwayat penyakit dan reaksi test yang positip, maka hal ini merupakan bukti yang kuat.

7. Adakalanya 10-20% dari karyawan sendiri mengeluhkan penyakit kulit akibat pekerjaan. Dalam hal ini sebaiknya dilakukan kunjungan ketempat kerja dan menyelidiki semua hal yang dikeluhkan. Hasilnya sering menunjukkan bahwa satu atau dua orang karyawan menderita penyakit kulit akibat kerja sedangkan yang lainnya penyakit kulit biasa. Dasar keluhan tersebut kerapkali berupa “pengaruh psikologis” pada tempat kerja tersebut.

8. Kita mungkin beranggapan bahwa proses otomatisasi dalam industri berarti adanya pengamanan terhadap kemungkinan kontak antara zat-zat kimia dan kulit, tetapi sebetulnya masih banyak kontak dengan yang lain, misalnya dalam pengangkutan bahan mentah, penyimpanan dalam karung atau drum yang sudah terkontaminasi, penimbangan bahan kimia, pengisian baha-bahan pewarna, pengawet dan lan-lain, pengambilan sampel bahan yang sedang kontrol, pemeriksaan laboratorium, kebocoran


(29)

pada lantai, bejana, kran dan lain-lain, pembersihan bejana, perbaikan, pembetulan hasil akhir, pembuangan bahan sampah.

2.4. Iritan Primer

Bahan-bahan yang bersifat perangsang primer menyebabkan kelainan kulit dengan cara:

1. Melarutkan lemak dipermukaan kulit akibatnya keseimbangan kulit terganggu menyebabkan timbulnya penyakit kulit, misalnya deterjen. 2. Pengeringan permukaan kulit oleh bahan-bahan perangsang yang mudah

menguap menyebabkan kulit retak-retak (fissure). Hal ini menyebabkan mudahnya masuk bahan kimia sehingga terjadi dermatitis, misalnya oleh asam-asam kuat atau pelarut organik.

3. Bahan kimia merusak lapisan corneum/lapisan keratin sehingga fungsi pelindung kulit menurun, misalnya oleh bahan alkali dan deterjen kuat. 4. Merangsang lapisan keratin, keratin formation menyebabkan terjadinya

hyperkeratosis atau pertumbuhan ganas pada kulit, misalnya oleh arsen, teradiasi ultraviolet.

5. Mengendapkan protein kulit sehingga terjadi koagulasi protein, misalnya oleh logam-logam berat, asam kuat.

Dari semua penyakit akibat kerja, 70-80% disebabkan oleh perangsang primer yang menimbulkan dermatitis kontak iritasi. Berat ringannya iritasi kulit tergantung


(30)

a. Konsentrasi bahan kimia b. Lama pemaparan

c. Sifat-sifat bahan iritan

d. Pemakaian Alat Pelindung Diri

Kulit merupakan jalur pemaparan yang paling umum dari suatu zat, tetapi untungnnya kulit merupakan barrier yang efektif terhadap berbagai jenis zat kimia yang efektif terhadap berbagai jenis. Zat kimia yang tidak dapat menembus kulit toksisitasnya tergantung pada derajat absorbsinya ( Pratiknya W, 2006 ).

2.5Dermatitis Kontak Iritan

Dermatitis kontak iritan adalah efek sitotoksik lokal langsung dari bahan kimia iritan pada sel-sel epidermis, dengan respon peradangan pada dermis. Mekanisme dari Dermatitis kontak iritan hanya sedikit diketahui, tapi sudah jelas terjadi kerusakan pada membrane lipid keratinosit. Dalam beberapa menit atau beberapa jam bahan-bahan iritan tersebut akan berdifusi melalui membran untuk merusak lisosom, mitokondria dan komponen-komponen inti sel. Dengan rusaknya membrane lipid keratinosit maka fospolipase akan diaktifkan dan membebaskan asam arakidonik akan membebaskan prostaglandin dan leukotrin yang akan meyebabkan dilatasi pembuluh darah dan transudasi dari faktor sirkulasi dari komplemen dan system kinin. Juga akan menarik neutrofil dan limfosit serta mengaktifkan sel mast yang akan membebaskan histamine, prostaglandin dan leukotrin. Pada Dermatitis


(31)

kontak iritan terjadi kerusakan keratinosit dan keluarnya mediator-mediator (Matthew GF, Wilma FB, 1990).

Dari segi pandangan praktis, dikenal dua tipe utama Dermatitis kontak iritan yaitu:

1. Dermatitis kontak iritan tipe akut, reaksi ini bisa beraneka ragam dari nekrosis (korosi) hingga keadaan yang tidak lebih dari pada sedikit dehidrasi (kering) dan kemerahan. Kekuatan reaksi tergantung pada kerentanan individunya dan pada konsentrasi serta ciri kimiawi kontaktan, adanya oklusi dan lamanya serta frekuensi kontak. Zat-zat kimia memiliki kemampuan yang berlainan untuk menimbulkan reaksi iritan. Sebagian diantaranya akan menyebabkan kerusakan sekalipun dengan konsentrasi yang rendah, sementara lainnya mungkin memerlukan konsentrasi yang tinggi atau bahkan oklusi (berarti penyerapan dalam jumlah yang besar) untuk mencetuskan suatu respon. Iritan yang kuat akan menimbulkan dermatitis hampir pada semua individu jika terjadi kontak yang memadai. 2. Dermatitis kontak iritan kumulatip tipe kronis, merupakan tipe yang

umum. Dermatitis berkembang lambat setelah terjadi pemaparan yang berulang oleh zat iritan didukung oleh berbagai kondisi. Dermatitis biasanya disekitar jari, tetapi lambat laun tersebar sampai kesamping dan permukaan telapak tangan, kemudian tersebar semakin nyata sampai pada pergelangan tangan. Tandanya berupa vesikel, kekeringan dan merekah


(32)

2.6 Soda Api ( Natrium hidroksida)

Nama lain dari soda api adalah kaustik soda yang merupakan istilah yang dipakai untuk basa kuat (NaOH). Kekuatan basa sangat tergantung pada kemampuan basa tersebut melepaskan ion OH dalam larutan dan konsentrasi larutan basa tersebut ( http//id.answer.yahoo.com/question/index ? qid.)

Natrium hidroksida bersifat sebagai basa kuat dalam air, dan bersifat iritan yang dapat menimbulkan kerusakan dan peradangan pada kulit. NaOH juga bersifat reaktif, karena bila bereaksi dengan air akan mengeluarkan panas dan gas yang mudah terbakar (Cahyono AB,2004).

2.7 Faktor – faktor yang Berpengaruh terhadap Timbulnya Penyakit Kulit Akibat Kerja (Gilles L, Evan R, Farmer and Antoniette F Hood,1990)

a. Ras

Orang berkulit hitam lebih tahan terhadap lingkungan industri karena kulitnya kaya melanin. Mereka jarang menderita tumor kulit oleh radiasi ultraviolet, kurang peka terhadap debu kimia, bahan pelarut alkali.

b. Tipe kulit

Kulit yang berminyak lebih tahan terhadap sabun, bahan dan zat –zat yang larut dalam air, sedangkan kulit yang kering kurang tahan terhadap

chemical dehydration seperti asam, basa, deterjen dan bahan pelarut lemak, misalnya terpentin, benzol dan sabun. Kulit yang banyak


(33)

rambutnya mudah terkena foliculitis bila kontak dengan minyak gemuk, ataupun debu.

c. Pengeluaran keringat

Keringat melindungi kulit dengan cara mengencerkan dan menghanyutkan bahan – bahan iritan. Keringat dapat pula merubah bahan – bahan yang larut dalam air menjadi bentuk lain dan mempermudah absorbsi kulit melalui pori– pori kulit.

d. Iklim/ musim

Dermatitis akibat kerja banyak dijumpai pada waktu musim panas karena pengeluaran keringat meningkat dan pekerja kurang senang memakai Alat Pelindung Diri bahkan lebih suka memakai celana pendek dan baju yang lebih minim sehingga lebih mudah kontak dengan bahan kimia. Cuaca dingin menyebabkan pekerja malas membersihkan diri dengan air setelah kontak dengan zat kimia.

e. Terdapat penyakit kulit lain

Pekerja yang sebelumnya atau yang sedang menderita non dermatitis akibat kerja lebih mudah mendapat dermatitis akibat kerja.

f. Personal hygiene

Pekerja yang kurang bersih misalnya tidak membersihkan diri setelah selesai bekerja menjadi penyebab terjadinya dermatitis kontak.


(34)

g. Pengetahuan

Pekerja yang tidak mengetahui prosedur kerja. Mereka bekerja dengan caranya sendiri yang lebih mementingkan kenyamanan belaka saja tanpa memperhatikan keselamatan dan kesehatan kerja, sebab pekerja tidak mengetahui resiko pekerjaannya.

h. Tindakan

Aksi pekerja ketika melakukan pekerjaan. Meskipun pekerja sudah mengetahui prosedur kerja dan resiko pekerja namun pekerja tidak bertindak sesuai dengan pengetahuan yang mereka miliki.

2.8 Diagnosis Penyakit Kulit Akibat Kerja

Untuk menegakkan occupational dermatosis tidaklah mudah karena populasi penduduk yang menderita penyakit kulit cukup tinggi termasuk tenaga kerja. Selain itu banyak tenaga kerja tidak melaporkannya karena:

̇ Tidak adanya tenaga medis di perusahaan.

̇ Perusahaan yang mempunyai tenaga dokter umum kurang mampu mendiagnosis.

̇ Perusahaan sengaja menghindar dari kewajibannya untuk melaporkannya kepada instansi yang ditunjuk karena kawatir harus membayar ganti rugi kepada penderita sebagai yang ditetapkan pada Pasal 1 UU Kecelakaan tahun 1951 yang berbunyi:” Pengurus wajib memberi ganti rugi kepada


(35)

tenaga kerja yang menderita kecelakaan, dan penyakit yang timbul karena hubungan kerja dipandang sebagai kecelakaan”.

Mengenai hal ini dipertegas lagi oleh keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Koperasi No. Kep. 116/MEN/Tahun 1977, pada Lampiran 1 tertera bahwa “ Dermatitis disebabkan iritasi dan kepekaan termasuk penyakit yang dapat dianggap sebagai kecelakaan kerja” (Mukono HJ,2000).

Untuk menegakkan diagnosis perlu dilakukan(Arndt KA,1984): a Anamnesis

Perlu diperhatikan lokalisasi kelainan kulit apakah ditempat yang seringangng kontak dengan bahan-bahan yang dicurigai seperti daerah tangan, pergelangan tangan, lengan bawah, fossa cubiti, kaki atau muka. Iritasi primer menyebabkan kulit tidak elastis dan terasa kaku, rasa tidak enak karena kering, gatal – gatal sebab peradangan dan rasa sakit karena timbulnya fisura, vesicular dan ulcus.

b. Uji tempel/Patch test

Uji tempel dilakukan pada kulit daerah punggung secara tertutup. Bahan yang mau diuji ditaruh diatas square chamber.

2.9 Alat Pelindung Diri

Alat Pelindung Diri (APD) adalah peralatan keselamatan yang harus digunakan oleh personel apabila berada pada suatu tempat kerja yang berbahaya.


(36)

limbah bahan kimia dapat dikategorikan sebagai tempat kerja yang berbahaya. APD merupakan peralatan yang harus disediakan oleh pengusaha (Cahyono AB, 2004).

APD standar untuk bahan kimia berbahaya adalah:

1. Pelindung kepala dikenal sebagai safety helmet yang bertujuan untuk melindungi kepala dari benda jatuh dan melindungi dari arus listrik serta melindungi kepala dari benturan.

2. Pelindung mata dikenal sebagai safety glasses. Safety glasses berbeda dengan kacamata biasa, karena pada bagian atas, kanan dan kiri frame terdapat pelindung dan jenis kacanya yang dapat menahan sinar ultraviolet sampai persentase tertentu.

3. Pelindung wajah yang dikenal adalah face shield melindungi wajah dari situasi yang mungkin terjadi percikan bahan kimia, uap, serbuk, debu dan kabut. Jenis pelindung wajah yang lain adalah welding helmets (topeng las).

4. Pelindung tangan. Diperkirakan hampir 20% dari seluruh kecelakaan yang menyebabkan cacat adalah tangan, kemampuan kerja akan sangat berkurang. Kontak dengan bahan kimia kaustik beracun, bahan-bahan biologis, sumber listrik, benda yang suhunya sangat dingin atau sangat panas dapat menyebabkan iritasi atau membakar tangan. APD tangan dikenal sebagai safety gloves dengan berbagai jenis penggunaannya.Untuk melindungi tangan dari bahan kimia adalah sarung tangan vinyl dan


(37)

5. Pelindung kaki. Hal yang dapat menyebabkan kecelakaan pada kaki salah satunya adalah akibat bahan kimia. Sepatu yang dapat melindungi kaki dari bahan asam, basa, ketone, aldehid adalah jenis sepatu Butyl, sepatu Vinyl dan sepatu nitrile.

2.10 Landasan Teori

Dalam dunia pekerjaan segala kendala kerja harus dihindari untuk mencapai produktivitas yang optimal. Salah satu kendala kerja adalah penyakit yang menimbulkan 2 kali lipat kerugian yaitu kerugian waktu kerja dan kerugian dalam biaya pengobatan oleh perusahaan (Silalahi N B, 1985).

Perusahaan mengenal 2 kategori penyakit yaitu penyakit akibat kerja dan penyakit umum. Pencegahan penyakit akibat kerja dapat dimulai dengan pengendalian faktor penyebab pengganggu kesehatan kerja. Gangguan ini terdiri dari: (a) beban kerja, (b) beban tambahan oleh faktor – faktor lingkungan seperti faktor fisik, kimia. biologis dan psikologis, (c) kapasitas kerja atau kualitas karyawan sendiri yang mencakup kemahiran, umur, daya tahan tubuh, jenis kelamin, gizi postur tubuh dan motivasi kerja. Langkah–langkah pencegahan penyakit akibat kerja terdiri dari (a) kesadaran manajemen untuk mencegah penyakit akibat kerja, (b) pengaturan tata cara pencegahan.

Penyakit kulit akibat kerja dapat disebabkan oleh faktor kimia, dimana pekerja terpapar dengan zat kimia pada saat melakukan pekerjaan, yang dapat menyebabkan


(38)

disebabkan oleh paparan zat kimia (kauistik soda) yang dipengaruhi oleh lama kerja (lamanya kontak) serta konsentrasi zat kimia. Kauistik soda adalah suatu larutan alkali yang dapat menyebabkan Dermatitis kontak iritan.

Menurut peneliti ada hubungan antara konsentrasi kauistik soda dengan Dermatitis pada pekerja pencuci botol di PT X Medan. Proses kerja pencucian botol di PT X. Medan menggunakan Kaustik soda (Natrium Hidroksida) yang dilarutkan dalam air. Botol yang akan dicuci dimasukkan dalam larutan, kemudian dilakukan proses pencucian menggunakan sikat sebelum dibilas dengan air bersih. Kondisi lingkungan kerja seperti penerangan, ventilasi dan suhu secara umum baik. Terjadinya Dermatitis pada pekerja secara langsung membawa dampak negatif bagi pekerja dan perusahaan.

2.11 Kerangka Konsep

Soda Api (NaoH) Dermatitis

kontak Pekerja

- Masa kerja - Pengetahuan

tentang APD - Tindakan


(39)

BAB

3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini bersifat deskriptif menggunakan studi cross sectional, yang bertujuan untuk mengetahui apakah Dermatitis kontak pada pekerja pencuci botol di PT X Medan berhubungan dengan masa kerja, pengetahuan, tindakan dimana variable dependent dan independent diamati pada saat yang bersamaan.

3.2 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di bagian pencucian botol PT X Medan. Alasan penelitian dilakukan di lokasi ini adalah:

1. Belum pernah dilakukan penelitian sejenis.

2. Pada observasi awal beberapa pekerja mengalami gatal-gatal pada tangan yang merupakan gejala dermatitis kontak dan apabila pekerja istirahat beberapa hari, maka gejala dermatitis hilang dan kambuh bila mereka bekerja kembali pada tempat yang sama sebelumnya.

3. Bagian pencucian botol di PT X Medan merupakan unit kerja yang tenaga kerjanya setiap hari dengan terpapar dengan larutan NaOH, yaitu sekitar 7


(40)

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama 6 bulan, mulai dari Januari 2008 sampai Agustus 2008, yang dimulai dengan pengajuan judul, survei awal, penelusuran pustaka, konsultasi pembimbing, mempersiapkan proposal penelitian, kolokium, pengumpulan data, pengolahan data, dan seminar hasil.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi penelitian adalah seluruh pekerja yang bekerja di PT X Medan bagian pencucian botol sebanyak 50 orang.

3.3.2 Sampel

Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja pada bagian pencucian botol di PT X Medan yang berjumlah 50 orang (total Sampling).

3.4 Metode Pengumpulan Data .

3.4.1 DataPrimer

Data primer adalah data-data dari pekerja pencuci botol di PT X Medan dengan cara:

a. Diagnosis langsung oleh Dokter Spesialis Kulit.

b. Wawancara langsung dilakukan oleh peneliti pada para pekerja pencuci botol di PT X Medan.


(41)

c. Observasi langsung dilakukan oleh peneliti pada waktu pekerja melakukan pekerjaan.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari bagian administrasi PT X Medan.

3.5 Pengujian Validitas dan Reliabilitas 3.5.1 Uji Validitas

Uji validitas bertujuan untuk mengetahui sejauh mana suatu ukuran atau nilai yang menunjukkan tingkat kehandalan atau kesahihan suatu alat ukur dengan cara mengukur korelasi antara variabel dengan skor total variabel dengan menggunakan tekhnik korelasi Pearson product moment, dengan jumlah sampel 10 orang, berarti nilai df= n-1; df = 1 -1 = 9, maka nilai r – tabel = 0,632, hasil uji tersebut menunjukkan bahwa secara keseluruhan pertanyaan dalam kuesioner dinyatakan valid dengan perincian sebagai berikut:

Tabel 3.1. Hasil Uji Validitas

No. Pertanyaan Nilai r.tabel Nilai Product Keterangan

Pengetahuan Moment

1 Pertanyaan 1 0,632 0,816 Valid

2 Pertanyaan 2 0,632 0,655 Valid

3 Pertanyaan 3 0,632 0,816 Valid


(42)

Tabel 3.1. Lanjutan

____________________________________________________________________

6 Pertanyaan 6 0,632 0,655 Valid

7 Pertanyaan 7 0,632 0,816 Valid

8 Pertanyaan 8 0,632 0,655 Valid

9 Pertanyaan 9 0,632 0,816 Valid

10 Pertanyaan 10 0,632 0,655 Valid

3.5.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas merupakan indeks sejauhmana suatu alat pengukur dapat menunjukkan ketepatan dan dapat dipercaya menggunakan metode Cronbach’s Alpha, yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur dari satu kali pengukuran, dengan ketentuan, jika nilai r-Alpha>0,632 maka dinyatakan relialibel. Reliabilitas alat ukur dilakukan dengan menggunakan teknik Cronbach’s Alpha, dengan satu kali pengukuran, dengan ketentuan jika sampel 10 orang, maka r-hitung = 0,600 dan tidak lebih dari 1. Hasil pengujian menunjukkan bahwa secara keseluruhan variabel penelitian dinyatakan relialibel dengan perincian seperti pada tabel 3.2

Tabel 3.2. Hasil Uji Reliabilitas

No. Pertanyaan Nilai r.tabel Nilai Product Keterangan

Pengetahuan Moment

1 Pertanyaan 1 0,600 0,920 Reliabel

2 Pertanyaan 2 0,600 0,926 Reliabel

3 Pertanyaan 3 0,600 0,924 Reliabel


(43)

Tabel 3.2. Lanjutan

5 Pertanyaan 5 0,600 0,923 Reliabel

6 Pertanyaan 6 0,600 0,926 Reliabel

7 Pertanyaan 7 0,600 0,927 Reliabel

8 Pertanyaan 8 0,600 0,923 Reliabel

9 Pertanyaan 9 0,600 0,920 Reliabel

10 Pertanyaan 10 0,600 0,923 Reliabel

3.6 Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional 3.6.1 Variabel Penelitian

Variabel penelitian terdiri dari :

i. Variabel independent adalah .masa kerja, pengetahuan serta tindakan pekerja saat bekerja.

ii. Variabel dependent adalah Dermatitis Kontak.

3.6.2 Defenisi Operasional

Berdasarkan defenisi konsep tersebut, dapat dibuat beberapa defenisi operasional yang digunakan pada saat penelitian di PT X Medan sebagai berikut :

1. Dermatitis kontak adalah penyakit kulit yang terjadi akibat pekerja terpapar dengan soda api

6. Masa kerja adalah lamanya pekerja bekerja sebagai pencuci botol di PT X Medan sampai pada saat dilakukan penelitian.


(44)

7. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui pekerja tentang pentingnya penggunaan Alat Pelindung Diri pada waktu melakukan pekerjaan.

8. Tindakan adalah kepatuhan pekerja menggunakan Alat Pelindung Diri yang sesuai dengan pekerjaan seperti menggunakan: jenis sarung tangan yang sesuai, jenis baju pelindung yang sesuai, jenis sepatu pelindung yang sesuai, bentuk sarung tangan yang sesuai, bentuk baju pelindung yang sesuai dan bentuk sepatu pelindung yang sesuai.

3.7 Metode Pengukuran

1. Dermatitis kontak adalah penyakit kulit yang didiagnosis oleh Dokter spesialis penyakit kulit. Dikategorikan positip jika ditemukan Dermatitis kontak, negatip jika tidak ditemukan Dermatitis kontak, 2. Masa kerja dianalisis terlebih dahulu secara ratio dibuat menjadi data

berkelompok.

3. Pengetahuan tentang pemakaian APD diukur dengan memberi skor terhadap kuesioner. Jumlah pertanyaan 10 dengan jumlah skor tertinggi 10 dengan ketentuan jika menjawab “tidak” diberi nilai 0, dan jika menjawab “ya” diberi nilai 1. Penilaian kategori membagi indikator menjadi 2 yaitu; 1. Tingkat pengetahuan Baik : Nilai 6 – 10 (60% – 100%), 2. Tingkat pengetahuan Tidak baik : Nilai 0 – 5 (0- 50%).


(45)

4. Tindakan pemakaian APD diukur dengan memberi skor pada hasil pengamatan pemakaian APD sesuai defenisi operasional dengan ketentuan jika tidak lengkap memakai APD diberi nilai 0, dan jika terus memakai APD yang lengkap dan sesuai diberi nilai 1. Sarung tangan yang sesuai adalah yang terbuat dari bahan vinyl dan neoprene

dan bentuknya dapat menutupi lengan. Sepatu harus dapat menutupi seluruh kaki sampai lutut, dan baju terbuat dari bahan yang tidak menyerap air, yang bentuknya dapat menutupi seluruh tubuh sampai kebawah. Pengukuran dilakukan dengan melakukan observasi yang memiliki 2 alternatif jawaban yaitu lengkap dan tidak lengkap.

Tabel 3.3 Aspek pengukuran variabel penelitian

Nama Variabel Cara dan

alat ukur Indikator Skala ukur Bobot Ukur

1 2 3 4 5

Pengetahuan (APD)

Wawancara/ Kuesioner

1. Baik 2. Tidak baik

Ordinal Baik : 6-10 Tidak Baik : 0-5 Tindakan

(APD)

Observasi 1. Lengkap 2. Tidak lengkap

Ordinal Lengkap :1 Tidak Lengkap :0 Masa Kerja Wawancara/

Kuessioner


(46)

3.8 Metode Analisis Data

Data yang telah diperoleh dianalisa melalui proses pengolahan data yang mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

1. Editing, penyuntingan data yang dilakukan untuk menghindari kesalahan atau kemungkinan adanya kuessioner yang belum terisi.

2. Coding, pemberian kode dan scoring pada tiap jawaban untuk memudahkan entry data.

3. Entry data, setelah proses coding dilakukan pemasukan data ke computer. 4. Cleaning, sebelum analisis data dilakukan pengecekan dan perbaikan

terhadap data yang masuk.

5. Data-data yang telah dikumpulkan dianalisa dengan:

- Analisis univariat, analisis ini untuk melihat distribusi frekwensi setiap variabel penelitian.

- Analisis bivariat, analisis ini untuk melihat ada tidaknya hubungan antara variabel independent dengan variabel dependent, dengan uji


(47)

DAFTAR PUSTAKA

Anies, Penyakit Akibat Kerja, Penerbit PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia

Jakarta, 2005.

Arikunto,S, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Penerbit Rineka Cipta. Jakarta, 1998.

Arndt K A Pedoman Terapi Dermatologis, Yayasan Essentia Medika, Yogyakarta,1984.

Cahyono A B, Keselamatan Kerja Bahan Kimia di Industri, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 2004.

Djuanda A , Ilmu penyakit kulit dan kelamin, FKUI Jakarta 1987.

Djunaedi H, Lokananta MD, Dermatitis Kontak Akibat kerja, Majalah Kesehatan Masyarakat Indonesia Nomor 3 Volume 31, 2003

Fregert Sigfrid, Kontak Dermatitis (Manual of Contact Dermatitis), Yayasan Essentia Medica, Yogyakarta, 1981.

Gilles L, Evan R, Farmer, and Antoinette F H, The Pathophysiolgi of Irritant Contact

Dermatitis. In: Jackson EM, Goldner R, editors Irritant Contact Dermatitis,

Clinical dermatology, New york: Marcel Dekker, 1990 Harahap, Mawarli, Ilmu Penyakit Kulit, Hipokrates, Jakarta 1998.

Harrington JM & Gill FS, Buku saku Kesehatan kerja, Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta, 2003..


(48)

Matthew G Fleming, Wilma F Bergfeld, The Etiology of Irritant Contact Dermatitis. In: Edward M J& Ronald Goldner, editors Irritant Contast Dermatitis, Chairman, Departement of Dermatology SUNY Downstate Medical Centre Brooklyn, New York, 1990.

Mukono H.J, Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan, Airlangga University Press,

Surabaya, 2000.

Pratiknya A W, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan, PT Raja

Grafindo Persada, Jakarta, 2001.

Robert M. Adams. MD, Occupational Contact Dermatitis, Pitman Medical Publishing co,Philadelphia, 1973.

Sastroasmoro Sudigdo, Ismail S, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis edisi 2, Sagung Seto, Jakarta, 2002.

Schaefer H, Redelmeier TE, Skin Barrier, London, 1996.

Soekidjo Notoatmojo,Metodologi Penelitian Kesehatan, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta,

2002.

Silalahi B.N.B dan Silalahi R.B.Manajemen Keselamatan dan Keshatan Kerja,

PT. Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta 1985.

Soebaryo RE, Kesehatan Kulit Indikator Kesehatan Kerja,

http://www.comp/kesehatan/news/0501/10/090137.htm Diakses 12 Maret 2007.


(49)

Sudi Astono, Herliani Sudarja,Penyakit Kulit di kalangan Tenaga Kerja Industri Plywood di Propinsi Kalimantan Selatan, Program Pasca Sarjana Hiperkes Medik FKUI, Jakarta http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/14.Diakses 12/3/2008

Suma’mur Perusahaan dan Kesehatan Kerja, PT Toko Gunung Agung Jakarta, 1995. Taylor S, Sood A. Occupational Skin Diseases. In: Fitzpatricks et al, editors

Dermatology in General Medicine 6 th ed.New York: Mc Graw Hill Book co; 2003.


(50)

Lampiran 1

Jadwal Penelitian

No. Kegiatan Bulan Pelaksanaan

Jan' 08

Feb' 08

Mar' 08

Apr' 08

Mei' 08

Juni' 08

1 Penelusuran Pustaka X X X X

2 Studi Pendahuluan X X

3 Konsultasi Pembimbing X X X X

4 Persiapan Kolokium X

5 Kolokium X

6 Persiapan alat dan bahan X

7 Pengumpulan data X

8 Pengolahan dan analisa data X

9 Penyusunan laporan tesis X

10 Seminar Hasil X

11 Sidang Meja Hijau X


(51)

KUESSIONER PENELITIAN

A. Indentitas responden

1. Nama :

2. Jenis kelamin :

3. Umur :

4. Tempat/tgl lahir : 5. Pekerjaan : 6. Alamat : 7. Masa kerja :

. B..Pengetahuan tentang APD

1. Apakah saudara tahu kegunaan Alat Pelindung Diri ? i. tidak

ii. ya

2. Apakah saudara tahu bahwa Alat Pelindung Diri dapat mencegah terjadinya Dermatitis?

a. tidak b. ya

3. Apakah saudara tahu jenis sarung tangan yang digunakan? a. tidak

b. ya

4. Apakah saudara tahu perlu memakai baju pelindung? a. tidak

b. ya

5. Apakah saudara tahu penting memakai sepatu pelindung? a. tidak


(52)

b. ya

6. Apakah saudara tahu bentuk sarung tangan yang baik dipakai pada pekerjaan ini?

a. tidak b. ya

7. Apakah saudara tahu bentuk sepatu yang baik dipakai pada pekerjaan ini? a. tidak

b. ya

8. Apakah saudara tahu bentuk pakaian pelindung yang sesuai pada pekerjaan ini?

a. tidak b. ya

9. Apakah saudara tahu bahwa jika kontak langsung dengan bahan pencuci dapat menyebabkan Dermatitis?

a. tidak b. ya

10. Apakah saudara tahu resiko pekerjaan anda? a. tidak

b. ya


(53)

Tindakan : Ketika bekerja menggunakan APD yang lengkap dan sesuai

No Nama Ya Tidak

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 Sambungan...Tindakan ... 37 38


(54)

40

41

42

43

44

45

46

47

48

49

50

Lampiran 3


(55)

Yang bertanda tangan dibawah ini

Nama :

No. Kartu indentitas : Umur / Tempat tanggal lahir : Jenis kelamin : Pekerjaan :

Setelah mendengar keterangan secukupnya dan menyadari manfaat penelitian tersebut dengan judul : “Analisis Dermatitis Kontak Pada PT X Medan Tahun 2008”, dengan sukarela menyetujui untuk diikutsertakan dalam penelitian diatas.

Mengetahui Yang Menyetujui

Peneliti

(Suryani Situmeang) (……….)

Perbaikan proposal yang diajukan pada hari Kamis tanggal 22 Mei Tahun 2008

Pembanding I


(56)

2. Pada kerangka konsep langsung memakai DO seperti pengetahuan, tindakan dan lama kerja

3. Peraturan kerja ( proses kerja dijabarkan.)

4. Surat pernyataan kesediaan pekerja bersedia menjadi sample penelitian 5. Uji hubungan ditampilkan

6. Kuessioner diperbaiki untuk pengetahuan. 7. Model APD yng baik digunakan dipaparkan

Pembanding II

1. Lama terpapar diganti dengan masa kerja

2. Kuessioner pengetahuan dan tindakan dijelaskan pengukurannya 3. Paparkan prosedur kerja yang benar.

4. Pada latarbelakang tambahkan keluhan pekerja selain gatal-gatal

Pembimbing II

1. Masa kerja sesuaikan dengan konsep dan kuessioner 2. Sepakat untuk tidak membuat variable prosedur kerja.

3. Perilaku kerja dihilangkan, cukup dengan pengetahuan dan tindakan yang meliputi Penggunaan APD.

Pembimbing I (Ketua)

1. Kerangka konsep diperbaiki

2. Masa kerja disesuaikan denga kerangka konsep dan kuessioner 3. Pada tinjauan pustaka tambahkan fungsi barrier kulit.


(57)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

PT X adalah perusahaan yang memproduksi minuman dalam bentuk sirup yang pemasarannya sudah menduduki hampir seluruh kota besar di Indonesia.

Untuk memenuhi kebutuhan atas permintaan pasar terutama menjelang hari-hari besar seperti hari-hari raya Idul Fitri dan Natal serta Tahun Baru perusahaan ini meningkatkan produksinya. Dengan demikian maka sejalan pula dengan penambahan tenaga kerja dibidang produksi, dan bagian penyediaan bahan-bahan produksi serta bagian pencucian botol. Untuk mempermudah proses pencucian botol, botol terlebih dahulu direndam dengan soda api dengan perbandingan 1 kg soda api dengan 100 liter air. Setelah lebih 1 jam botol dicuci lalu dibilas dengan air bersih.

Perancangan stasiun kerja sudah dikondisikan dengan baik sehingga pekerja dapat bekerja secara leluasa, sistem ventilasi dan penerangan sudah baik. Namun pekerja tidak memakai Alat Pelindung Diri

se

perti sarung tangan yang sangat berpotensi untuk menyebabkan Dermatitis kontak.

Umumnya pekerja pada pencucian botol tidak terikat dengan perusahaan, apabila perusahaan merekrut pekerja pada saat-saat peningkatan produksi. Namun ada beberapa pekerja tetap pada pencucian botol yang terikat dengan perusahaan.


(58)

Bagian pencucian botol di perusahaan X berjumlah 50 orang, seluruhnya terdiri dari wanita mulai usia 20 tahun sampai 45 tahun.

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian

4.2.1Data Proporsi Dermatitis Kontak

Dermatitis kontak adalah kelainan kulit pada pekerja pencuci botol di PT X Medan dengan keluhan nyeri serta menunjukkan gejala : kulit menebal, dehidrasi, kemerahan.

Data proporsi dermatitis kontak di PT X Medan dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.1.Distribusi Responden Dermatitis Kontak di PT X Medan Tahun 2008

Dermatitis Kontak N %

Positip 27 54

Negatip 23 46

Jumlah 50 100

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dermatitis kontak pada pekerja pencuci botol di PT X berjumlah 27 orang (54%).

4.2.2Masa Kerja Responden


(59)

Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja di PT X Medan

Tahun 2008

Masa Kerja N %

≤ 1tahun 24 48

≥ 2 tahun 26 52

Jumlah 50 100

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah pekerja dengan masa kerja 1 tahun dan kurang dari 1 tahun sebanyak 24 0rang (48%) masa kerja 2 tahun dan lebih dari 2 tahun sebanyak 26 orang (52%).

4.2.3 Pengetahuan Responden

Pertanyaan pengetahuan untuk responden meliputi, pengetahuan tentang APD, jenis APD dan bentuk APD yang sesuai. Distribusi frekuensi tentang pengetahuan dapat dilihat di bawah ini.

Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan APD Pada Pekerja Pencuci Botol Di PT X Medan

Jumlah

Benar Salah Total

No Pengetahuan

n % n % n %

1. Apakah saudara tahu kegunaan APD?

48 96,0 2 4,0 50 100

2. Apakah saudara tahu bahwa APD dapat mencegah DK?

42 84,0 8 6,0 50 100 3. Apakah saudara tahu jenis sarung

tangan yang digunakan?

7 14,0 43 86,0 50 100 4. Apakah saudara tahu perlu

menggunakan baju pelindung?

12 24,0 38 76,0 50 100 5. Apakah saudara tahu perlu

memakai sepatu pelindung?


(60)

Tabel 4.3 Lanjutan

6. Apakah saudara tahu bentuk sarung tangan yang baik?

6 12,0 44 88,0 50 100 7. Apakah saudara tahu bentuk

sepatu yang baik pada pekerjaan ini?

9 18,0 41 82,0 50 100

8. Apakah saudara tahu bentuk pakaian pelindung yang baik?

11 22,0 39 78,0 50 100 9. Apakah saudara tahu jika kontak

langsung dengan bahan pencuci menyebabkan DK

38 76,0 12 24,0 50 100

10. Apakah saudara tahu resiko pekerjaan anda?

45 90,0 5 10,0 50 100

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar pekerja tidak berpengetahuan baik. Pengetahuan yang rendah dijumpai pada pertanyaan mengenai jenis sarung tangan yang sesuai, mengenai perlunya memakai baju pelindung, mengenai bentuk sarung tangan yang baik, bentuk sepatu pelindung yang baik dan mengenai pakaian pelindung yang baik.dengan skor masing-masing sebanyak 7 0rang (14%), 12 orang (24%), 16 orang (32%), 6 orang (12%), 9 orang (18%) dan 11 orang (22).

4.2.4 Tindakan Pekerja

Tindakan pekerja di PT X Medan dinilai melalui observasi langsung yang meliputi: memakai sarung tangan yang sesuai, bentuk baju pelindung sesuai, bentuk sepatu pelindung yang sesuai. Jika bekerja bertindak sesuai hal diatas dianggap tindakan sudah baik (lengkap) dan apabila salah satu hal diatas tidak dilaksanakan dianggap tindakan tidak baik (tidak lengkap).


(61)

Tabel 4.4. Distribusi Responden Terhadap Tindakan Penggunaan Alat

Pelindung DiriPada Pekerja Pencuci Botol di PT X Medan

Tahun 2008

Penggunaan APD N %

Lengkap 20 40

Tidak lengkap 30 60

Jumlah 50 100

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar pekerja tidak baik dalam dalam melakukan tindakan memakai alat pelindung diri yang lengkap, yaitu sebanyak 30 orang (60%), dan yang baik ( memakai APD lengkap) sebanyak 20 orang (40%).

4.3 Hasil Uji Statistik

4.3.1. Hubungan Masa Kerja Dengan Dermatitis Kontak Pada Pekerja Pencuci Botol Di PT X Tahun 2008

Hubungan antara masa kerja dengan dermatitis kontak pada pekerja pencuci botol di PT X dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.5 Hubungan Antara Masa Kerja Dengan Dermatitis Kontak Pada Pekerja Di PT X Medan Tahun 2008

Dermatitis Kontak P

-

Negatif Positif Jumlah va

Masa

kerja N % N % N %

≤1 tahun

12 24 12 24 24 48 0, 7 9 4 ≥2

tahun

11 22 15 30 26 52

Jumlah 23 46 27 54 50 100


(62)

4.3.2 Hubungan Pengetahuan Responden Dengan Dermatitis Kontak Pada pekerja Pencuci Botol di PT X Medan Tahun 2008

Hubungan antara pengetahuan responden dengan dermatitis kontak di PT X Medan dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.6 Hubungan Pengetahuan Responden Dengan Dermatitis Kontak Pada Pekerja Pencuci Botol di PT X Medan di PT X Medan Tahun 2008

Dermatitis Kontak P -

value

Negatip Positip

Jumlah Pengetahuan

APD

N % N % N %

Tidak Baik 15 30 20 40 35 70 0,710

Baik 8 16 7 14 15 30

Jumlah 23 46 27 54 50 100

Responden yang berpengetahuan baik mengalami dermatitis kontak sebanyak 7 orang (14%) dari 15 orang dan yang berpengetahuan tidak baik mengalami dermatitis kontak 20 orang (40%) dari 35 orang. Hasil uji chi-square menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan dermatitis kontak di PT X Medan dengan nilai p- value = 0,710 (>0,05).

4.3.3 Hubungan Tindakan Dengan Dermatitis Kontak Di PT X Medan

Tahun 2008

Hubungan antara tindakan dengan dermatitis kontak dapat dilihat pada tabel dibawah ini:


(63)

Tabel 4.7 Hubungan Tindakan Dengan Dermatitis Kontak Pada Pekerja Pencuci Botol di PT X Medan Tahun 2008

Dermatitis Kontak

Negatip Positip Jumlah

p

-value

Penggunaan APD

N % N % N %

Tidak lengkap 7 14 23 46 30 60

Lengkap 16 32 4 8 20 40 0,001

Jumlah 23 46 27 54 50 100

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa pekerja yang tidak lengkap menggunakan APD mengalami dermatitis kontak sebanyak 46 % sedangkan pekerja yang lengkap menggunakan APD hanya 8 % mengalami dermatitis kontak. Ada hubungan yang bermakna antara tindakan dengan dermatitis kontak dengan nilai P -Value 0,001* (< 0,05), artinya jika responden tidak menggunakan Alat Pelindung Diri dengan benar maka semakin sering kontak dengan soda api yang dapat menyebabkan dermatitis kontak. Berdasarkan hasil tabulasi silang maka pekerja yang tidak menggunakan Alat Pelindung Diri yang tidak lengkap sebanyak 23 orang yang mengalami dermatitis kontak dari 30 orang yang tidak menggunakan Alat Pelindung Diri.


(64)

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1 Dermatitis Kontak

Dermatitis kontak adalah suatu peradangan kult disertai adanya spongiosisis intraseluler pada epidermis karena kulit berinteraksi dengan bahan – bahan kimia yang berkontak atau terpajan pada kulit ( Harahap,2000).

Dari 50 orang pekerja pencuci botol di PT X Medan, yang menderita dermatitis kontak sebanyak 27 orang (54%). Umumnya pekerja menderita iritasi pada telapak tangan dengan keluhan nyeri, gatal-gatal, kemerahan, kulit telepak tangan menebal. Pekerja yang mengalami dermatitis ringan hanya menunjukkan gejala gatal-gatal, nyeri, kulit kering dan retak-retak, sedangkan yang mengalami dermatitis berat merasakan nyeri, panas, kulit bengkak dan melepuh.

Pekerja yang mengeluh nyeri, gatal-gatal tersebut disebabkan pekerja kontak langsung dengan bahan pencuci (soda api) ketika melakukan pekerjaan selama 7 sampai 8 jam per hari, tanpa menggunakan Alat Pelindung Diri seperti sarung tangan yang terbuat dari bahan kedap air, yang menyebabkan bahan pencuci lebih lama kontak akibat sarung tangan yang melekat ditangannya. Sarung tangan yang dipakai terbuat dari bahan kain tebal yang hanya berfungsi melindungi tangan dari pecahan-pecahan botol yang dicuci meskipun pada pecahan-pecahan botol yang tajam sarung tangan ini kurang berfungsi sebagai pelindung.


(65)

Menurut (Suma’mur,1995), bahan kimia (termasuk bahan alkali) dapat menyebabkan dermatitis dengan jalan perangsangan atau iritasi, dengan jalan mengambil air dari lapisan kulit, secara oksidasi dan reduksi, sehingga keseimbangan kulit terganggu dan timbullah dermatitis. Berdasarkan pengamatan peneliti di PT X Medan, penderita yang mengalami dermatitis kontak adalah menggunakan sarung tangan yang terbuat dari bahan kain tebal, hal ini akibat dari pekerja yang tidak menggunakan Alat Pelindung Diri yang benar terutama sarung tangan. Jika menggunakan sarung tangan tidak sesuai dengan jenis dan bentuk. Semua pekerja sudah memakai baju pelindung dari bahan kedap air yang menutupi bagian tubuh sampai betis, serta sepatu pelindung kedap air yang menutupi kaki sampai lutut. Hal ini terbukti bahwa pekerja yang mengalami dermaitis kontak hanya terdapat pada bagian tangan saja.

40

5.2 Hubungan Masa Kerja dengan Dermaitis Kontak Pada Pekerja Pencuci

Botol Di PT X Medan.

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara masa kerja dengan dermatitis kontak pada pekerja pencuci botol di PT X Medan dengan nilai P = 0,794. Berdasarkan tabulasi silang dapat dilihat bahwa pada masa kerja 1 tahun dan dibawah 1 tahun pekerja yang mengalami dermatitis kontak sebanyak 12 orang dan yang tidak mengalami dermatitis kontak sebanyak 12 orang . Dan pada masa kerja 2 tahun atau lebih dari 2 tahun sebanyak 15 orang yang


(66)

mengalami dermatitis kontak sedangkan yang tidak mengalami dermatitis kontak sebanyak 11 orang.

Menurut Pratiknya W. 2006 mengatakan bahwa zat kimia dapat melarutkan lemak dipermukaan kulit, merusak lapisan corneum/lapisan keratin sehingga fungsi pelindung kulit menurun, misalnya oleh bahan alkali (termasuk NaaOH).

Menurut Taylor (2003) bahwa zat kimia memiliki kemampuan yang berlainan untuk menimbulkan reaksi iritan. Sebagian diantaranya akan menyebabkan kerusakan sekalipun dengan konsentrasi yang rendah. Iritan yang kuat akan menimbulkan dermatitis hampir pada semua individu jika terjadi kontak yang memadai.

5.3 Hubungan Pengetahuan Dengan Dermatitis Kontak Pada Pekerja Pencuci Botol Di PT X Medan Tahun 2008

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan tentang Alat Pelindung Diri pada pekerja pencuci botol di PT X Medan dengan dermatitis kontak dengan nilai P = 0,710 ( > 0,05). Pengetahuan pekerja yang kurang merupakan pemahaman dalam bersikap untuk melakukan tindakan dalam melakukan pekerjaan. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan pekerja, hanya 15 orang (30%) saja pekerja yang berpengetahuan baik, dan yang tidak berpengetahuan baik sebanyak 35 orang (70%). Dalam hal ini berdasarkan pengetahuan pekerja yang tidak baik lebih dari 50% sangat mendukung pekerja untuk bersikap. Sikap yang baik didasarkan pengetahuan yang baik membuat pekerja melakukan tindakan yang baik. Sesuai dengan pertanyaan pada kuesioner mengenai


(67)

pengetahuan tentang jenis sarung tangan yang sesuai, kegunaan baju pelindung diri, perlunya sepatu pelindung, bentuk sarung tangan yang baik, bentuk sepatu yang baik dan bentuk pakaian pelindung yang baik, pekerja yang menjawab benar dibawah 50%. Pengetahuan yang kurang baik mempengaruhi bekerja dalam bertindak ketika melakukan pekerjaan.

5.4 Hubungan Tindakan Dengan Dermatitis Kontak Pada Pekerja Pencuci

Botol Di PT X Medan Tahun 2008

Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara tindakan dengan dermatitis kontak pada pekerja pencuci botol di PT X Medan dengan nilai P = 0,001* (< 0,05), artinya jika responden tdak menggunakan Alat Pelindung Diri dengan benar maka semakin sering kontak dengan soda api yang dapat menyebabkan dermattis kontak. Berdasarkan hasil tabulasi silang maka pekerja yang tidak menggunakan Alat Pelindung Diri yang tidak lengkap sebanyak 23 orang yang mengalami dermatitis kontak dari 30 orang yang tidak menggunakan Alat Pelindung Diri yang lengkap

. Pekerja yang menggunakan Alat Pelindung Diri yang lengkap mengalami dermatitis sebanyak 4 orang, dan yang tidak mengalami dermatitis kontak sebanyak 16 orang. Pekerja yang mengalami dermatitis kontak meskipun sudah memakai Alat Pelindung Diri yang lengkap sebanyak 4 orang disebabkan beberapa faktor, antara lain Alat Pelindung Diri (sarung tangan) bentuknya tidak sesuai, sehingga


(68)

memungkinkan bahan pencuci masuk ke permukaan tangan, bekerja kurang hati-hati sehingga memberikan peluang untuk kontak dengan bahan pencuci (NaOH).

Adanya pekerja yang tidak menggunakan Alat Pelindung Diri yang sesuai disebabkan kurangnya fasilitas sarung tangan yang sesuai (sarung tangan), dan kurangnya pengetahuan pekerja mengenai jenis dan bentuk Alat Pelindung Diri yang sesuai, kelupaan menggunakan Alat Pelindung Diri serta adanya perasaan kurang leluasa ketika melakukan pekerjaan, perasaan panas yang dirasakan mengurangi rasa nyaman ketika melakukan pekerjaan.

Menurut Suma`mur (1995), Alat Pelindung Diri adalah suatu alat untuk melindungi diri atau tubuh dari bahaya-bahaya kecelakaan kerja. Berarti Alat Pelindung Diri adalah suatu alat untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja, namun diakui secara tekhnis Alat Pelindung Diri tidak sempurna untuk melindungi tubuh akan tetapi dapat mengurangi tingkat keparahan pada kecelakaan yang terjadi.

Proses terjadinya kecelakaan akibat kerja membutuhkan waktu yang lama meskipun pada beberapa kasus tertentu tidak membutuhkan waktu yang lama. Oleh sebab itu penggunaan Alat Pelindung Diri harus digunakan setiap melakukan pekerjaan. Dalam melakukan pekerjaan mencuci botol di PT X harus terus menggunakan Alat Pelindung Diri karena hal ini berhubungan dengan kejadian dermatitis konttak di PT X. Sarung tangan, baju pelindung diri dan sarung tangan dan sepatu pelindung yang digunakan pada waktu melakukan pekerjan harus yang terbuat dari bahan kedap air, supaya bahan pencuci (NaOH) tidak kontak dengan kulit pekerja pencuci botol.


(69)

Berdasarkan hasil penelitian antara lain Diepgen,et all, (2003) mengatakan bahwa 78% pekerja konstruksi bangunan di Jerman mengalami dermatitis kontak, dan 74% diantaranya tidak patuh dalam menggunakan Alat Pelindung Diri. Berdasarkan hasil penelitian tersebut ada keterkaitan antara tindakan penggunaan Alat Pelindung Diri ketika bekerja dengan kejadian dermatitis kontak di PT X Medan.


(70)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan setelah dilakukan serangkaian analisis dan pembahasan pada pekerja pekerja pencuci botol di PT X Medan Tahun 2008 dapat dirumuskan beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Pekerja pencuci botol di PT X Medan Tahun 2008 yang mengalami dermatitis kontak sebesar 54%.

2. Tidak ada hubungan yang bermakna antara masa kerja dengan dermatitis kontak pada pekerja pencuci botol di PT X Medan Tahun 2008

3. Tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan tentang APD dengan dermatitis kontak pada pekerja pencuci botol di PT X Medan Tahun 2008.

4. Ada hubungan yang bermakna antara tindakan dengan dermatitis kontak pada pekerja pencuci botol di PT X Medan Tahun 2008.

6.2 Saran

1. Dengan adanya penderita dermatitis kontak pada pencuci botol di PT X Medan perlu dilakukan penyuluhan mengenai pencegahan dermatitis kontak oleh bahan pencuci (NaOH) dan melakukan pemeriksaan khusus oleh tenaga kesehatan bagian penyakit kulit. Melakukan pengobatan


(71)

2. Bagi pihak perusahaan supaya menyediakan Alat Pelindung Diri yaitu sarung tangan, baju pelindung diri, sepatu pelindung diri yang terbuat dari bahan kedap air, serta melaksanakan pengawasan terhadap tindakan penggunaan Alat Pelindung Diri.

3. Bagi pekerja supaya terus menggunakan Alat Pelindung Diri yang sesuai ketika bekerja, karena jika kontak dengan NaOH maka akan dapat menyebabkan terjadinya dermatitis kontak.

4. Kepada pihak pemerintah supaya tetap konsisten dalam pengawasan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.


(1)

Pratiknya A W,

Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan,

PT

Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2001.

Robert M. Adams. MD,

Occupational Contact Dermatitis,

Pitman Medical

Publishing co,

Philadelphia, 1973.

Sastroasmoro Sudigdo, Ismail S,

Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis

edisi 2,

Sagung Seto, Jakarta, 2002.

Schaefer H, Redelmeier TE,

Skin Barrier,

London, 1996.

Soekidjo Notoatmojo,

Metodologi Penelitian

Kesehatan, Penerbit Rineka Cipta,

Jakarta, 2002.

Silalahi B.N.B dan Silalahi R.B.

Manajemen Keselamatan dan Keshatan Kerja,

PT.

Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta 1985.

Soebaryo RE,

Kesehatan Kulit Indikator Kesehatan Kerja,

http://www.comp/kesehatan/news/0501/10/090137.htm

Diakses 12 Maret

2007.

Sudi Astono, Herliani Sudarja,

Penyakit Kulit di kalangan Tenaga Kerja Industri

Plywood

di Propinsi Kalimantan Selatan,

Program Pasca Sarjana Hiperkes

Medik FKUI, Jakarta

http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/14.Diakses

12/3/2008

Suma’mur Perusahaan

dan Kesehatan Kerja

, PT Toko Gunung Agung Jakarta, 1995.

Taylor S, Sood A.

Occupational Skin Diseases

. In: Fitzpatricks et al, editors

Dermatology in General Medicine

6 th ed.New York: Mc Graw Hill Book co;

2003.


(2)

Master Data Analisa Dermatitis Kontak Pada Pekerja Pencuci Botol Di PT X Medan Tahun 2008

Pengetahuan Kategori Tindakan Keluhan/ Dermatitis Kategori

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Total 1 2 3 4 5 6 Total Kategori Gejala

1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 3 0 1 1 0 1 1 4 Tidak Lengkap Ya Positif 1

1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 5 1 1 1 1 1 1 6 Lengkap Tidak Negatif 0

1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 5 0 1 1 0 1 1 4 Tidak Lengkap Tidak Negatif 0

1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 7 0 1 1 0 1 1 4 Tidak Lengkap Ya Positif 1

1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 6 0 1 1 0 1 1 4 Tidak Lengkap Tidak Negatif 0

1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 5 1 1 1 1 1 1 6 Tidak Lengkap Ya Positif 1

1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 6 1 1 1 1 1 1 6 Lengkap Ya Positif 1

1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 6 0 1 1 1 1 1 5 Tidak Lengkap Ya Positif 1

1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 6 1 1 1 1 1 1 6 Lengkap Tidak Negatif 0

1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 7 0 1 1 1 1 1 5 Tidak Lengkap Ya Positif 1

1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 10 1 1 1 1 1 1 6 Lengkap Tidak Negatif 0

1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 6 0 1 1 0 1 1 4 Tidak Lengkap Ya Positif 1

0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 7 1 1 1 1 1 1 6 Lengkap Ya Positif 1

1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 6 1 1 1 1 1 1 6 Lengkap Tidak Negatif 0

1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 9 0 1 1 1 1 1 5 Tidak Lengkap Tidak Negatif 0

1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 10 1 1 1 0 1 1 5 Tidak Lengkap Ya Positif 1

1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 5 1 1 1 0 1 1 5 Tidak Lengkap Ya Positif 1

1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 8 1 1 1 1 1 1 6 Lengkap Tidak Negatif 0

1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 6 0 1 0 1 1 1 4 Tidak Lengkap Ya Positif 1

1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 6 1 1 1 1 1 1 6 Lengkap Tidak Negatif 0

1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 6 1 1 1 0 1 1 5 Tidak Lengkap Ya Positif 1

1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 7 1 1 1 0 1 1 5 Tidak Lengkap Ya Positif 1

1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 5 0 1 0 1 1 0 3 Tidak Lengkap Ya Positif 1

1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 7 1 1 1 1 1 1 6 Lengkap Tidak Negatif 0

1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 7 0 1 1 0 1 1 4 Tidak Lengkap Ya Positif 1

1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 7 1 1 1 1 1 1 6 Tidak Lengkap Tidak Negatif 0

1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 7 1 1 1 1 1 1 6 Lengkap Tidak Negatif 0


(3)

1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 11 1 1 1 1 1 1 6 Tidak Lengkap Ya Positif 1

1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 10 1 0 1 1 1 1 5 Tidak Lengkap Tidak Negatif 0

1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 9 1 1 1 1 1 1 6 Lengkap Ya Positif 1

1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 7 1 0 1 1 1 1 5 Tidak Lengkap Ya Positif 1

1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 5 1 1 1 0 1 1 5 Tidak Lengkap Ya Positif 1

1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 8 1 1 1 1 1 1 6 Lengkap Ya Positif 1

1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 4 1 1 1 1 1 1 6 Lengkap Tidak Negatif 0

1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 3 0 1 1 0 1 1 4 Tidak Lengkap Ya Positif 1

1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 5 1 1 0 1 1 1 5 Tidak Lengkap Ya Positif 1

1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 6 1 1 0 1 1 1 5 Tidak Lengkap Ya Positif 1

0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 3 1 1 1 1 1 1 6 Lengkap Tidak Negatif 0

1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 4 1 1 1 1 1 1 6 Lengkap Tidak Negatif 0

1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 7 1 1 1 1 1 1 6 Lengkap Tidak Negatif 0

1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 5 1 1 1 1 1 1 6 Lengkap Tidak Negatif 0

1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 9 1 1 1 1 1 1 6 Lengkap Tidak Negatif 0

1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 7 1 0 1 1 1 1 5 Tidak Lengkap Tidak Negatif 0

1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 8 1 0 1 1 1 1 5 Tidak Lengkap Ya Positif 1

1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 5 0 1 1 1 0 1 4 Tidak Lengkap Tidak Negatif 0

1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 7 1 1 1 1 0 0 4 Tidak Lengkap Ya Positif 1

1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 5 1 1 1 1 1 1 6 Lengkap Tidak Negatif 0

1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 8 1 1 1 1 1 1 6 Lengkap Tidak Negatif 0

1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 5 1 0 1 0 1 0 3 Tidak Lengkap Ya Positif 1

49 44 10 16 21 12 16 19 52 55 36 45 45 37 48 47 27

c. Pengetahuan d. Tindakan (penggunaan APD lengkap) 1. Tahu kegunaan APD 1. Memakai jenis sarung tangan yang sesuai 2. Tahu APD dapat mencegah DK 2. Memakai baju pelindung yang sesuai 3. Tahu jenis sarung tangan yang sesuai 3. Memakai jenis sepatu pelindung yang sesuai 4. Tahu perlu menggunakan baju pelindung 4. Memakai bentuk sarung tangan yang sesuai 5. Tahu perlu memakai sepatu pelindung 5. Memakai baju pelindung yang sesuai


(4)

7. Tahu bentuk sepatu yang sesuai

8. Tahu bentuk pakaian pelindung yang sesuai e. Dermatitis Kontak

9. Tahu bahan pencuci dapat menyebabkan DK 1. Ada keluhan /gejala = + (1) 10. Tahu resiko pekerjaan yang dilakukan 2. Tidak ada keluhan / gejala = - (0)

Master Data Analisa Dermatitis Kontak Pada Pekerja Pencuci Botol Di PT X Medan Tahun 2008

Pengetahuan Kategori Tindakan Keluhan/ Dermatitis Kategori

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Total 1 2 3 4 5 6 Total Kategori Gejala

1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 3 0 1 1 0 1 1 4 Tidak Lengkap Ya Positif 1

1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 5 1 1 1 1 1 1 6 Lengkap Tidak Negatif 0

1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 5 0 1 1 0 1 1 4 Tidak Lengkap Tidak Negatif 0

1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 7 0 1 1 0 1 1 4 Tidak Lengkap Ya Positif 1

1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 6 0 1 1 0 1 1 4 Tidak Lengkap Tidak Negatif 0

1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 5 1 1 1 1 1 1 6 Tidak Lengkap Ya Positif 1

1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 6 1 1 1 1 1 1 6 Lengkap Ya Positif 1

1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 6 0 1 1 1 1 1 5 Tidak Lengkap Ya Positif 1

1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 6 1 1 1 1 1 1 6 Lengkap Tidak Negatif 0

1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 7 0 1 1 1 1 1 5 Tidak Lengkap Ya Positif 1

1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 10 1 1 1 1 1 1 6 Lengkap Tidak Negatif 0

1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 6 0 1 1 0 1 1 4 Tidak Lengkap Ya Positif 1

0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 7 1 1 1 1 1 1 6 Lengkap Ya Positif 1

1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 6 1 1 1 1 1 1 6 Lengkap Tidak Negatif 0

1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 9 0 1 1 1 1 1 5 Tidak Lengkap Tidak Negatif 0

1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 10 1 1 1 0 1 1 5 Tidak Lengkap Ya Positif 1

1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 5 1 1 1 0 1 1 5 Tidak Lengkap Ya Positif 1

1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 8 1 1 1 1 1 1 6 Lengkap Tidak Negatif 0

1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 6 0 1 0 1 1 1 4 Tidak Lengkap Ya Positif 1

1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 6 1 1 1 1 1 1 6 Lengkap Tidak Negatif 0

1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 6 1 1 1 0 1 1 5 Tidak Lengkap Ya Positif 1

1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 7 1 1 1 0 1 1 5 Tidak Lengkap Ya Positif 1

1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 5 0 1 0 1 1 0 3 Tidak Lengkap Ya Positif 1


(5)

1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 7 0 1 1 0 1 1 4 Tidak Lengkap Ya Positif 1

1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 7 1 1 1 1 1 1 6 Tidak Lengkap Tidak Negatif 0

1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 7 1 1 1 1 1 1 6 Lengkap Tidak Negatif 0

1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 8 0 1 0 1 1 1 4 Tidak Lengkap Ya Positif 1

1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 11 1 1 1 1 1 1 6 Tidak Lengkap Ya Positif 1

1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 10 1 0 1 1 1 1 5 Tidak Lengkap Tidak Negatif 0

1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 9 1 1 1 1 1 1 6 Lengkap Ya Positif 1

1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 7 1 0 1 1 1 1 5 Tidak Lengkap Ya Positif 1

1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 5 1 1 1 0 1 1 5 Tidak Lengkap Ya Positif 1

1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 8 1 1 1 1 1 1 6 Lengkap Ya Positif 1

1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 4 1 1 1 1 1 1 6 Lengkap Tidak Negatif 0

1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 3 0 1 1 0 1 1 4 Tidak Lengkap Ya Positif 1

1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 5 1 1 0 1 1 1 5 Tidak Lengkap Ya Positif 1

1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 6 1 1 0 1 1 1 5 Tidak Lengkap Ya Positif 1

0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 3 1 1 1 1 1 1 6 Lengkap Tidak Negatif 0

1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 4 1 1 1 1 1 1 6 Lengkap Tidak Negatif 0

1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 7 1 1 1 1 1 1 6 Lengkap Tidak Negatif 0

1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 5 1 1 1 1 1 1 6 Lengkap Tidak Negatif 0

1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 9 1 1 1 1 1 1 6 Lengkap Tidak Negatif 0

1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 7 1 0 1 1 1 1 5 Tidak Lengkap Tidak Negatif 0

1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 8 1 0 1 1 1 1 5 Tidak Lengkap Ya Positif 1

1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 5 0 1 1 1 0 1 4 Tidak Lengkap Tidak Negatif 0

1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 7 1 1 1 1 0 0 4 Tidak Lengkap Ya Positif 1

1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 5 1 1 1 1 1 1 6 Lengkap Tidak Negatif 0

1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 8 1 1 1 1 1 1 6 Lengkap Tidak Negatif 0

1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 5 1 0 1 0 1 0 3 Tidak Lengkap Ya Positif 1

49 44 10 16 21 12 16 19 52 55 36 45 45 37 48 47 27

c. Pengetahuan d. Tindakan (penggunaan APD lengkap) 1. Tahu kegunaan APD 1. Memakai jenis sarung tangan yang sesuai 2. Tahu APD dapat mencegah DK 2. Memakai baju pelindung yang sesuai


(6)

3. Tahu jenis sarung tangan yang sesuai 3. Memakai jenis sepatu pelindung yang sesuai 4. Tahu perlu menggunakan baju pelindung 4. Memakai bentuk sarung tangan yang sesuai 5. Tahu perlu memakai sepatu pelindung 5. Memakai baju pelindung yang sesuai

6. Tahu bentuk sarung tangan yang sesuai 6. Memakai bentuk sepatu pelindung yang sesuai 7. Tahu bentuk sepatu yang sesuai

8. Tahu bentuk pakaian pelindung yang sesuai e. Dermatitis Kontak

9. Tahu bahan pencuci dapat menyebabkan DK 1. Ada keluhan /gejala = + (1) 10. Tahu resiko pekerjaan yang dilakukan 2. Tidak ada keluhan / gejala = - (0)