Kebijakan PRINSIP, KEBIJAKAN, STRATEGI, RUANG LINGKUP DAN

14 PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 3 TAHUN 2013 4. Pemerintah Provinsi melaksanakan supervisi terhadap alokasi dana bantuan sosial berpola hibah untuk kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi di Pemerintah KabupatenKota di wilayahnya. Untuk itu, Pemerintah Provinsi akan mendapatkan alokasi anggaran untuk melaksanakan tugas supervisi termasuk alokasi anggaran untuk membiayai konsultan pengawas danatau konsultan pendampingan atas pelaksanaan pekerjaan konstruksi danatau pekerjaan non konstruksi yang dilaksanakan oleh Pemerintah KabupatenKota penerima dana bantuan sosial berpola hibah di wilayahnya. Dalam hal dinilai perlu, maka fungsi atau pelaksanaan supervisi ini dapat dilaksanakan sendiri oleh BNPB dengan atau tanpa melibatkan BPBD setempat. 5. Apabila dana supervisi tidak tersedia atau tidak dialokasikan di BPBD Provinsi, maka pekerjaan pengawasan danatau pendampingan terhadap pekerjaan konstruksi danatau non konstruksi dimaksud dapat dilakukan oleh suatu tim pengawas lapangan yang ditunjuk oleh PPK pada BPBD KabupatenKota. 6. BPBD berperan aktif dalam mengoordinasikan dan mengendalikan SKPD terkait dan pihak lainnya dalam penyelenggaraan rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana. 7. Penentuan prioritas dan pemanfaatan sumberdaya lokal secara maksimal, komprehensif dan partisipatif berdasarkan penilaian kerusakan dan kerugian pasca bencana secara cermat dan akurat baik meliputi aspek fisik dan non fisik serta aspek kemanusiaan. 8. Pengalokasian anggaran penanggulangan bencana pada tahap pasca bencana didasarkan pada dokumen rencana aksi rehabilitasi dan rekonstruksi atau dokumen perencanaan lain yang disetarakan seperti usulanproposal dari Pemerintah Daerah yang memuat penentuan prioritas. 9. Kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi baik yang bersifat konstruksi maupun non konstruksi dilaksanakan oleh satuan kerja pemerintah daerah dan kementerianlembaga teknis terkait secara bersama-sama dengan PPK pada BNPB atau BPBD. 10. Untuk kejadian bencana lintas provinsi danatau antar kabupatenkota dalam satu provinsi danatau dalam kondisi tertentu, maka Kepala BNPB dapat membentuk Tim Pendukung Teknis TPT danatau Unit Manajemen Proyek UMP sebagai lembaga yang bersifat sementara adhoc dalam rangka pendampingan pelaksanaan kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi. 11. Pekerjaan konstruksi harus menggunakan jasa pihak ketiga kontraktual dan dilaksanakan oleh penyedia barang dan jasa berbadan usaha yang dinyatakan ahli dan profesional dibidang pelaksanaan konstruksi. 15 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN KEGIATAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI WILAYAH PASCABENCANA 12. Dapat melibatkan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan BPKP setempat untuk pendampingan akuntabilitas dalam pelaksanaan kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana di daerah.

D. Ruang Lingkup

Dalam UU Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana dan PP Nomor 21 Tahun 2008 tentang penyelenggaraan penanggulangan bencana diuraikan jenis-jenis kegiatan pada tahap pemulihan yaitu: 1. Kegiatan rehabilitasi yang terdiri dari: a. perbaikan lingkungan daerah bencana b. perbaikan prasarana dan sarana umum c. pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat d. pemulihan sosial psikologis e. pelayanan kesehatan f. rekonsiliasi dan resolusi konflik g. pemulihan sosial, ekonomi, dan budaya h. pemulihan keamanan dan ketertiban i. pemulihan fungsi pemerintahan j. pemulihan fungsi pelayanan publik Rehabilitasi bersifat segera dan kegiatannya masih berfokus utama kepada pemulihan kehidupan manusia yang masih terselamatkan nyawanya setelah tahap tanggap darurat. Pelayanan kepada masyarakat di wilayah bencana tidak boleh sampai terhenti ketika masa tanggap darurat berakhir, bahkan diupayakan dapat mendorong masyarakat melupakan kejadian bencana yang dialaminya dan memberikan kesibukan yang dapat memberikan penghasilan kepada masyarakat tersebut. Berkaitan dengan upaya pemulihan segera terhadap kehidupan masyarakat, maka bentuk kegiatan diarahkan kepada pemberdayaan masyarakat. Masyarakat sebagai pelaksana utama kegiatan rehabilitasi dan mendapatkan manfaat termasuk upah dari pelaksanaan kegiatan yang dibiayai oleh pemerintah maupun pihak lain. 2. Kegiatan rekonstruksi yang terdiri dari: a. pembangunan kembali prasarana dan sarana b. pembangunan kembali sarana sosial masyarakat c. pembangkitan kembali kehidupan sosial budaya masyarakat d. penerapan rancang bangun yang tepat dan penggunaan peralatan yang lebih baik dan tahan bencana e. partisipasi dan peran serta lembaga dan organisasi kemasyarakatan, dunia usaha dan masyarakat f. peningkatan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya g. peningkatan fungsi pelayanan publik h. peningkatan pelayanan utama dalam masyarakat. Kegiatan rekonstruksi lebih berfokus kepada pembangunan kembali bangunan-bangunan fisik secara permanen dan peningkatan sosial ekonomi dalam suatu rangkaian pemulihan jangka panjang. Kadangkala pembangunan kembali dilakukan secara menyeluruh jika kerusakan