oleh hasil wawancara yang menunjukkan bahwa orang tua sering mendengarkan penjelasan anak terlebih dahulu sebelum memberikan hukuman kepada anak, jika
anak melakukan kesalahan maka orang tua tidak langsung menjatuhkan hukuman kepada anak tetapi menanyakan terlebih dahulu alasannya. Dan apabila anak
terlambat pulang sekolah, orang tua selalu menanyakan alasan mengapa pulang terlambat. Hal ini sesuai dengan pendapat Djamarah 2014:61 yang
mengemukakan bahwa ciri-ciri pola asuh demokratis adalah mentolerir jika anak membuat kesalahan dan memberikan pendidikan kepada anak agar jangan berbuat
kesalahan dengan tidak mengurangi daya kreativitas, inisiatif dan prakarsa anak.
4.4.2 Kedisiplinan Siswa
Prijodarminto dalam Tu’u 2004:31 disiplin adalah suatu kondisi yang
tercipta dan berbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan keterikatan.
Berdasarkan hasil perhitungan, secara umum kedisiplinan siswa memiliki skor rata-rata 75,46 yang berada pada kategori tinggi. Dari 54 responden, dalam
kategori sangat tinggi sebesar 24 13 siswa telah mampu menjaga kedisiplinan dengan sangat baik, kategori tinggi sebesar 70 38 siswa yang berarti bahwa
siswa telah menjaga kedisiplinan dengan baik, berada dalam kategori cukup sebesar 6 3 siswa, yang berarti bahwa siswa sudah cukup baik menjaga
kedisiplinannya. Hasil skor ketaatan menunjukkan rata-rata sebesar 75,69 berada pada
kategori tinggi, yang artinya siswa menjaga ketaatan dengan baik. Maman Rachman 1999 dalam Tu’u 2004:32 menyatakan disiplin sebagai upaya
mengendalikan diri dan sikap mental individu atau masyarakat dalam mengembangkan kepatuhan dan ketaatan terhadap peraturan dan tata tertib
berdasarkan dorongan dan kesadaran yang muncul dari dalam hatinya. Hal ini terlihat pada pernyataan siswa yang datang ke sekolah tepat waktu, mengerjakan
PR tepat waktu, mengikuti upacara bendera, dan melaksanakan tugas piket. Perilaku ini yang mencerminkan ketaatan siswa terhadap aturan yang ada.
Pada indikator kepatuhan menunjukkan hasil skor rata-rata 72,68 yang berada pada kategori tinggi, hasil ini menunjukkan bahwa siswa telah menjaga
kepatuhan dengan baik. Kepatuhan merupakan salah satu bentuk dari kedisiplinan, sesuai yang dijelaskan oleh
Maman Rachman 1999 dalam Tu’u 2004:32 menyatakan disiplin sebagai upaya mengendalikan diri dan sikap mental individu
atau masyarakat dalam mengembangkan kepatuhan dan ketaatan terhadap peraturan dan tata tertib berdasarkan dorongan dan kesadaran yang muncul dari
dalam hatinya. Kepatuhan siswa terlihat pada saat siswa akan meninggalkan kelas, terlebih dahulu meminta izin kepada guru. Perilaku inilah yang mencerminkan
kepatuhan siswa terhadap guru. Hasil indikator ketertiban menunjukkan rata-rata sebesar 75,64 berada
pada kategori tinggi, yang berarti bahwa siswa telah menjaga ketertiban dengan baik. Ketertiban menurut
menurut Prijodrminto dalam Tu’u 2004:31 merupakan salah satu perilaku yang menunjukkan nilai kedisiplinan. Ketertiban
siswa yang meliputi siswa sering memakai seragam lengkap, mulai dari topi, dasi, ikat pinggang, kaos kaki, dan sepatu hitam. Kemudian siswa sering menjaga
kebersihan kelas maupun sekolah contohnya dengan membuang sampah pada
tempatnya dan melaksanakan tugas piket sesuai dengan jadwal yang telah dibuat. Siswa sering menjaga ketertiban pada saat ulangan dengan cara tidak gaduh dan
tidak mencontek.
4.4.3 Hubungan Pola Asuh Demokratis dengan Kedisiplinan Siswa