a. Imunostimulator
Imunostimulator adalah senyawa yang dapat meningkatkan respon imun. Imunostimulator dapat mereaktivasi sistem imun dengan
berbagai cara seperti meningkatkan jumlah dan aktivitas sel T, NK-cells dan makrofag serta melepaskan interferon dan interleukin Tan dan
Rahardja, 2007. Imunostimulator banyak digunakan untuk menjaga kondisi tubuh saat terjadinya defisiensi imunitas, pada terapi AIDS,
infeksi kronik, dan keganasan terutama yang melibatkan sistem limfatik Nafrialdi, 2007.
b. Imunosupresor
Imunosupresor adalah senyawa yang dapat menurunkan respon imun yang berlebihan. Imunosupresor mampu menghambat transkripsi dari
sitokin dan memusnahkan sel T Tan dan Rahardja, 2007. Kegunaannya secara klinis terutama pada transplantasi dalam usaha
mencegah reaksi penolakan dan berbagai penyakit inflamasi yang menimbulkan kerusakan, mengatasi penyakit autoimun Baratawijdaja,
2012, mencegah hemolisis rhesus dan neonatus Nafrialdi, 2007.
2.4.4 Siklofosfamid
Gambar 2.4 Siklofosfamida Lake, 2004
Universitas Sumatera Utara
Nama kimia : 2-[Bis2-kloroetilamino]tetrahidro-2H-1,3,2-
oksazafosforin 2-oksida monohidrat Rumus molekul
: C
7
H
15
Cl
2
N
2
O
2
P.H
2
O Berat molekul
: 279,10 Pemerian
: serbuk hablur, putih. Kandungan
: tidak kurang dari 97,0 dan tidak lebih dari 103,0 C
7
H
15
Cl
2
N
2
O
2
P, dihitung sebagai zat anhidrat Kelarutan
: Siklofosfamida larut dalam air dan dalam etanol Ditjen POM, 1995
Siklofosfamida Gambar 2.4 merupakan agen alkilasi yang mempunyai efek imunosupresif. Siklofosfamida memiliki aktivitas antiproliferasi yang kuat
dilihat dari kemampuannya menurunkan produksi antibodi selama fase proliferasi. Efek obat ini lebih nyata pada penekanan imunitas humoral. Efek
terhadap imunitas seluler bervariasi sebagian dihambat, sebagian mengalami perangsangan Nafrialdi, 2007.
Siklofosfamida menghambat aksi sel Ts dan sel Th2 sehingga menekan produksi antibodi oleh sel B. Sel Th1 tidak dipengaruhi oleh siklofosfamid. sel
Th1 akan melepaskan sitokin yang bersifat proinflamasi sehingga akan menarik makrofag ketempat terjadinya infeksi. Hal inilah yang menyebabkan
terjadinya pembengkakan ditempat infeksi Turk, 1989. Agen-agen imunosupresif terbukti sangat berguna untuk meminimalkan
kejadian atau dampak buruk dari respon imun yang berlebihan atau respon imun yang tidak tepat. Dalam hal ini diberikan dengan dosis rendah untuk
Universitas Sumatera Utara
menghambat imunoproliferasi secara terus menerus karena ransangan antigen terus berlangsung Lake, 2004.
2.4.5 Metode Pengujian Efek Imunomodulator
Ada beberapa metode yang digunakan dalam pengujian efek imunomodulator. Diantaranya adalah uji respon hipersensitivitas tipe lambat
dan pengukuran antibodi Vogel, 2008; Roit, 1989.
a. Uji Hipersensitivitas Tipe Lambat
Uji respon hipersensitivitas merupakan pengujian efek imunomodulator terkait dengan respon imun spesifik. Respon hipersensitivitas tipe lambat
merupakan respon imun seluler yang melibatkan aktivasi sel Th yang akan melepaskan sitokin yang bersifat proinflamasi dan meningkatkan aktivitas
makrofag yang ditandai dengan pembengkakan kaki hewan Roit, 1989.
b. Titer Antibodi
Respon imun spesifik dapat berupa respon imun seluler dan respon imun humoral. Penilaian titer antibodi merupakan pengujian terhadap respon imun
humoral yang melibatkan pembentukan antibodi. Peningkatan nilai titer antibodi terjadi karena peningkatan aktivasi sel Th yang menstimulasi sel B
untuk pembentukan antibodi dan peningkatan aktivasi sel B dalam pembentukan antibodi Roit, 1989.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan secara eksperimental dengan tahapan penelitian yaitu penyiapan tumbuhan, karakterisasi simplisia, pembuatan ekstrak,
karakterisasi ekstrak, penyiapan hewan percobaan dan pengujian respon hipersensitivitas tipe lambat dan titer antibodi pada hewan percobaan. Data
hasil penelitian dianalisis secara ANAVA analisis variansi dan dilanjutkan dengan uji Post Hoc Tukey menggunakan program SPSS Statistical Product
and Service Solution versi 17.
3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat-alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat gelas laboratorium, aluminium foil, neraca listrik Vibra, seperangkat alat destilasi
penetapan kadar air, rotary evaporator, blender National, mortir dan stamfer, neraca hewan, spuit 1 ml Terumo, oral sonde, pletismometer air raksa,
velocity 18R refrigerated centrifuge Dynamic, microtube, microtitration plate, micropipette Socorex, dan kertas saring. Gambar alat-alat yang
digunakan dapat dilihat pada Lampiran 6, halaman 63.
3.1.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun bangun- bangun, karboksi metil selulosa CMC, sel darah merah domba SDMD,
natrium klorida NaCl, kalium klorida KCl, dinatrium hidrogen fosfat
Universitas Sumatera Utara