36
harga nanas rendah, pemetikan buah nanas dilakukan oleh tenaga kerja keluarga. Hal ini disebabkan, hasil panen tidak cukup untuk membayar upah tenaga kerja upahan. Pemetikan
buah nanas pada saat harga rendah seringkali menyebabkan kerugian pada si petani, namun meskipun demikian pemetikan harus tetap dilakukan agar buah nanas tidak rusak.
3.3 Pembiayaan, Tenaga Kerja dan Pemasaran
Dalam menjalankan sebuah kegiatan tentunya tidak terlepas dari biaya atau modal, karena tanpa adanya modal maka kegiatan tersebut tidak akan terlaksana dengan baik.
Demikian halnya dengan kegiatan budidaya pertanian nanas di Desa Sabungan Nihuta 1 tentunya sangat memerlukan modal. Modal yang dipergunakan untuk pertanian nanas ini
sangatlah besar, hal ini sesuai dengan hasil yang dicapai apabila nanas yang dihasilkan mempunyai kualitas yang baik dan harga yang lumayan.
Pertanian nanas membutuhkan modal sejak awal dari kegiatan ini dilakukan. Modal dibutuhkan sejak pengolahan lahan, mendapatkan tenaga kerja, bibit, perawatan sampai
kepada memetik hasil panen. Pertanian nanas di Desa Sabungan Nihuta 1 diawali dari pengolahan lahan. Dalam hal mengolah lahan
ini sebagian masyarakat menggunakan tenaga kerja upahan. Hal ini sering terjadi karena tenaga kerja keluarga tidak dapat mengerjakan
semua lahan yang harus dibersihkan sehingga membutuhkan tenaga kerja upahan agar pekerjaan tersebut cepat selesai. Dalam hal inilah modal diperlukan dalam hal pengolahan
tanah yakni untuk biaya tenaga kerja. Tenaga kerja ini tidak hanya diperlukan pada saat pengolahan lahan tetapi juga pada saat penanaman, perawatan tanaman nanas hingga pada
pemanenan. Dengan demikian biaya yang harus dikeluarkan oleh seorang petani nanas untuk tenaga kerja diperlukan sejak pengolahan lahan hingga panen. Tanaman nanas tentunya
37
membutuhkan perawatan yang maksimal agar menghasilkan kualitas dan kuantitas nanas yang memuaskan. Perawatan nanas ini meliputi pemberian kompos, pupuk, penyemprotan
dengan pestisida, pemangkasan cabang, penyiangan rumput dan sebagainya. Dalam seluruh kegiatan ini biayanya harus dikeluarkan yaitu biaya untuk membeli kompos, pupuk dan
pestisida. Pemerolehan modal untuk kegiatan pertanian nanas di Desa Sabungan Nihuta 1 ini
sangatlah beragam. Sebahagian masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 menggunakan modal sendiri namun tidak jarang juga ada yang meminjam dari orang lain, bank ataupun dengan
cara-cara lain. Biasanya cara seperti ini dilakukan oleh petani nanas yang berpenghasilan menengah ke bawah. Keterbatasan modal yang tersedia mengakibatkan sebagian masyarakat
harus terlebih dahulu meminjam modal dari orang lain. Biasanya modal ini dikembalikan setelah jangka waktu kesepakatan yang telah dibuat. Modal yang dikembalikan ada yang
beserta bunga atau ada yang hanya modal pokok, hal ini tergantung cara peminjaman dan kesepakatan awal antara peminjam dan si pemberi modal. Modal yang digunakan untuk
pertanian nanas ini tentunya juga beragam tergantung pada luas lahan, banyaknya tenaga kerja upahan yang digunakan, kondisi lahan
,
iklim dan cuaca, perawatan dan sebagainya. Di bawah ini penulis membuat perbandingan biaya yang dikeluarkan oleh petani
nanas per tahun sesuai dengan jumlah tanaman yang ditanam. Hal ini dimaksudkan untuk melihat seberapa besar biaya yang diperlukan untuk kegiatan pertanian nanas. Untuk
memperoleh data mengenai biaya ini penulis berusaha mengumpulkan informasi dari para petani nanas di Desa Sabungan Nihuta 1.
Meskipun data ini bukanlah informasi yang bersifat akurat namun membantu. penulis memberikan gambaran mengenai biaya untuk budidaya pertanian. Perbandingan biaya
38
tersebut dapat dilihat dari tabel berikut ini.
Tabel 7 Perbandingan Biaya Budidaya Pertanian Nanas di Desa Sabungan Nihuta 1
Berdasarkan Jumlah Tanaman Pada Tahun 2000
19
No .
Jumlah Tanaman Biaya Yang Dikeluarkan Per
Tahun
1 200
Rp.500.000 2
300 Rp. 1.000.000
3 400
Rp. 1.500.000 4
500 Rp. 2000.000
Dalam mengelola usaha pertanian tentunya tidak terlepas dari tenaga kerja. Tenaga kerja merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam usaha pertanian karena tanpa
adnya tenaga kerja maka kegiatan pertanian akan terbengkalai. Terdapat dua jenis tenaga kerja yang terlibat dalam pertanian nanas di Desa Sabungan Nihuta 1, yakni dari dalam
keluarga petani dan dari luar keluarga atau yang biasa disebut tenaga kerja upahan. Tenaga kerja upahan ini biasanya berasal dari penduduk setempat dan terkadang dari luar desa
tersebut. Pada pertanian nanas di Desa Sabungan Nihuta 1 hampir semua kebutuhan akan tenaga kerja ini diperlukan pada saat panen.
Tenaga kerja keluarga biasanya diperlukan mulai sejak membersihkan lahan, penanaman, perawatan hingga kepada saat panen buah nanas. Meskipun demikian masih ada
19
Sumber: Wawancara, dengan Tiur br. Silalahi dan Jakob Barus di Desa Sabungan Nihuta Kecamatan Sipahutar 23 September 2012.
39
petani nanas di Desa Sabungan Nihuta 1 yang menggunakan tenaga kerja upahan sejak
dimulainya pengolahan lahan untuk menanam nanas. Hal ini dikarenakan oleh ketidakmampuan dalam hal tenaga untuk mengurus
pertanian mereka. Biasanya alasan untuk menggunakan tenaga kerja upahan beragam, pertama karena petani tersebut memiliki pekerjaan lain di luar bertani. Semakin banyak
seorang pemilik terlibat dalam aktifitas mata pencaharian lain
,
semakin mungkin tenaga kerja upahan digunakan. Alasan kedua yaitu apabila musim panen tiba. Biasanya pada musim
panen, buah nanas melonjak drastis, untuk itu diperlukan tenaga kerja yang banyak dalam memanennya. Alasan ketiga adalah apabila jumlah pohon nanas yang dimiliki seorang petani
sangat banyak sehingga tidak dapat dikerjakan oleh tenaga kerja keluarga. Untuk mengatasi hal tersebut maka biasanya diperlukan tenaga kerja upahan. Dalam pengumpulan tenaga
kerja itu biasanya tergantung dalam sistem penjualan nanas tersebut. Jika penjualan nanas dijual dengan sistem borong maka dalam pengumpulan tenaga kerja itu biasanya dilakukan
oleh si pembeli dan jika nanas tersebut dijual dengan sistem per kilo maka yang mengumpulkan tenaga kerjanya biasanya pemilik nanas tersebut.
Tenaga kerja ini pasti mendapatkan upah dari pekerjaannya tersebut. Dalam hal ini upah ada yang diberikan oleh petani nanas ataupun oleh si pembeli tokeh tergantung
kesepakatan antara kedua belah pihak pembeli dan petani. Pembayaran upah tenaga kerja ini dibayarkan setelah nanas selesai dipanen dan dikepak dalam kemasan.
Upah yang diterima oleh tenaga kerja ini sesuai dengan kesepakatan yang telah dibuat sebelum bekerja. Jumlah upah yang diterima pemetik jeruk sejak tahun 1980 hingga tahun
2000 tidak diketahui dengan pasti. Namun menurut keterangan beberapa masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 yang bergelut dalam pertanian nanas dan dari keterangan beberapa tenaga
40
kerja yang sering ikut dalam pemetikan nanas bahwa pada tahun 1980-2000, upah yang diterima seorang pemetik nanas yakni Rp. 15.000,00 per hari
20
Perdagangan nanas di Desa Sabungan Nihuta 1 dilakukan dengan cara yang beragam. Adapun cara memasarkan hasil panen nanas yang dilakukan oleh masyarakat Desa Sabungan
. Selain menerima upah tenaga kerja ini juga menerima fasilitas lain seperti makan siang dan rokok untuk kaum
tenaga kerja laki-laki, meskipun fasilitas diberikan namun untuk upah yang diterima hingga penelitian ini selesai dilakukan tidak mengalami peningkatan. Untuk setiap petani yang akan
memanen nanasnya harus menyediakan makan siang bagi orang-orang yang turut dalam memetik hasil panen.
Nanas asal Kecamatan Sipahutar sudah dikenal oleh banyak orang baik oleh penduduk lokal maupun penduduk di luar daerah Kecamatan Sipahutar. Hal ini tidak
terlepas, dan kualitas rasanya yang cukup disukai oleh konsumen. Nanas asal Kecamatan
Sipahutar sudah sampai ke berbagai daerah di luar Sumatera seperti Jawa, bahkan sampai ke luar negeri Singapore. Demikian juga, nanas asal Desa Sabungan Nihuta 1 yang juga berada
di Kecamatan Sipahutar ini sudah diekspor ke berbagai penjuru. Nanas-nanas hasil pertanian masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 ini tentunya harus
dipasarkan karena tujuannya bukan untuk konsumsi keluarga saja. Masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 yang memiliki kebun nanas tentunya sudah memikirkan kemana saja
hasil panen ini akan dipasarkan dan bagaimana cara memasarkannya, karena pemasaran hasil panen merupakan salah satu hal yang perlu dipertimbangkan dengan matang sebelum
memulai penanaman.
20
Wawancara dengan Saulina Panggabean di Desa Sabungan Nihuta 1 Kecamatan Sipahutar pada tanggal 12 November 2012.
41
Nihuta 1 yaitu, pertama dengan menjual langsung nanas hasil panennya ke pedagang. Dari cara pertama ini bisa dibagi lagi yakni si petani langsung menjual nanasnya kepada pedagang
yang lazim disebut tokeh, biasanya dengan cara seperti ini nanas dijual langsung tanpa adanya calo atau agen, dengan dernikian harga akan lebih mahal, dan si petani nanas
memasarkan langsung nanas-nanasnya ke berbagai daerah seperti Medan, Pulau Jawa dan sebagainya.
Cara seperti ini biasanya dilakukan oleh masyarakat yang memiliki relasi di berbagai
daerah dan memiliki modal yang cukup besar. Masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 yang memasarkan hasil nanasnya dengan cara seperti ini biasanya memiliki lahan nanas yang luas
serta memiliki alat transportasi sendiri. Kedua, masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 biasanya menjual nanasnya melalui
agen-agen yang ada di kampung tersebut. Biasanya hal ini dilakukan apabila jumlah panen nanasnya tidak terlalu banyak sehingga cukup dijual kepada agen nanas tersebut.
Ketiga, masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 sebagian ada juga memilih untuk menjual nanasnya langsung ke pusat pasar karena menurut mereka harga di pusat pasar lebih
mahal daripada penjualan di ladang. Jadi, masyarakat lebih memilih untuk menjual ke pasar. Cara pembayaran nanas-nanas yang sudah dijual juga cukup beragam. Ada beberapa
cara pembayarannya seperti dibayar sebelum dipanen dengan cara memborong, dan dibayar setelah nanas tersebut diserahkan langsung kepada pembeli. Cara pembayaran pertama ini
sangat sering dilakukan oleh masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1. Biasanya nanas yang sudah besar dan mulai matang sudah ditawar oleh pedagang.
Nanas dibayar dengan cara memborong, artinya nanas tersebut tidak perlu ditimbang berapa beratnya. Seorang pembeli biasanya cukup menaksir berapa banyak buah nanas yang
42
bisa dihasilkan dari jumlah tanaman yang ada kemudian menentukan harganya. Dengan cara memborong seperti ini kerugian dalam hal menaksir merupakan resiko si pembeli. Apabila
jumlah yang dihasilkan jauh lebih rendah dari yang ditaksirkan maka pembeli tersebut tidak dapat menuntut si petani, demikian sebaliknya apabila jumlah nanas yang dihasilkan lebih
banyak dari hasil taksiran maka si petani tidak dapat menuntut pembeli tersebut. Cara pembayaran yang kedua adalah pembayaran langsung. Pembeli akan
membayarkan sejumlah uang tunai kepada si petani setelah nanas berpindah tangan. Setelah selesai dipanen nanas dimasukkan ke dalam keranjang kemudian ditimbang, baru diserahkan
kepada pembeli. Harga dari nanas tersebut merupakan hasil kesepakatan antara pembeli dan petani. Pembeli membayar uang sesuai dengan jumlah berat nanas yang dikalikan dengan
jumlah harga yang telah disepakati bersama. Dalam hal pemasaran nanas tentunya diperlukan sarana pengangkutan. Sarana,
pengangkutan ini diperlukan mulai dari mengangkut tenaga kerja ke kebun. Tenaga kerja yang diangkut ini terutama tenaga kerja upahan dari luar Desa Sabungan Nihuta 1.
Transportasi ini juga diperlukan dalam pengangkutan nanas mulai dari kebun sampai ke tangan si pembeli. Sarana transportasi yang biasanya digunakan oleh masyarakat Desa
Sabungan Nihuta 1 ini adalah truk, mobil dengan bak terbuka dan juga sepeda. Biaya pengadaan sarana pengangkutan ini harus ada kesepakatan antara petani nanas
dengan pembeli. Biaya pengangkutan ini juga terkait dengan cara yang digunakan dalam memasarkan hasil panen nanas tersebut. Pengangkutan diperlukan terutama jika ladang atau
lokasi nanas yang hendak dipanen tidak berada di pinggir jalan raya, karena apabila lokasi nanas berdampingan dengan jalan raya maka biaya untuk pengangkutan tidak perlu
dikeluarkan.
43
Ada beberapa cara yang digunakan masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 dalam hal penetapan tanggung jawab biaya pengangkutan. Pertama, jika lokasi nanas yang hendak
dipanen itu cukup jauh dari jalan raya maka si pembeli dan si pemilik nanas membuat kesepakatan untuk biaya transportasi. Setelah adanya kesepakatan maka pihak yang sudah
diserahkan tanggung jawab harus melaksanakannya. Kedua, jika lokasi berada di bukit-bukit maka nanas diangkut dengan cara dipikul kemudian dikumpulkan di lokasi yang bisa
dijangkau oleh truk atau pick-up. Biaya untuk orang yang memikul nanas tersebut dikenakan kepada si pemilik nanas.
44
BAB IV PENGARUH PERTANIAN NANAS TERHADAP PEREKONOMIAN