20
Sipahutar diabadikan menjadi nama kecamatan yaitu Kecamatan Sipahutar.
9
Dengan latar belakang historis tersebut maka terbentuklah kecamatan Sipahutar dan terbentuklah desa-
desa di Sipahutar termasuk Desa Sabungan Nihuta 1.
2.4 Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1
Dalam menjalani kehidupan sehari-hari masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Untuk kelangsungan hidupnya
setiap masyarakat harus melakukan interaksi dengan orang lain. Interaksi ini harus dilakukan karena untuk mencukupi kebutuhan sehari-harinya, setiap orang pasti membutuhkan orang
lain. Hal ini juga tidak terlepas dari kebutuhan ekonomi yang harus dipenuhi. Untuk mencukupi kebutuhan ekonomi, masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 pada umumnya bekerja
dengan mengolah tanahnya yakni bertani. Namun di samping bertani masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 ada juga yang bekerja sebagai guru, berdagang atau dalam bidang usaha
jasa. Masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 mengenal adanya stratifikasi sosial. Stratifikasi
sosial ini tidak jelas terlihat. Stratifikasi sosial ini berdasarkan perbedaan tingkat umur, perbedaan tingkat pangkat dan jabatan, perbedaan sifat keaslian dan status kawin.
10
9
Wawancara dengan Ompung Sarni Sipahutar di Kecamatan Sipahutar tanggal 19 Desember 2012.
10
Koentjaraningrat, Manusia dan Kebudayaan di Indonesia, Jakarta : Djambatan, 2004, hal. 110.
Sistem pelapisan sosial yang berdasarkan perbedaan umur tampak dalam perbedaan hak dan
21
kewajiban terutama dalam upacara adat. Perbedaan berdasarkan umur ini juga berlaku dalam hal pembagian warisan.
Sistem pelapisan sosial yang berdasarkan pangkat dan jabatan sangat jelas terlihat dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 terdahulu. Lapisan yang
paling tinggi adalah lapisan raja-raja, keturunan raja-raja dan kepala-kepala wilayah. Sistem pelapisan sosial yang berdasarkan sifat keaslian tampak dalam perbedaan antara raja huta
atau pendiri kampung dengan penduduk yang datang kemudian. Pada umumnya masyarakat yang masuk ke dalam kategori raja huta ini memiliki tanah yang lebih luas dari pada
penduduk yang datang kemudian. Dalam masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 khusunya dan masyarakat Toba pada
umumnya dikenal sistem kekerabatan yang disebut dengan Dalihan Na Tolu
11
, yang dijadikan patokan untuk bisa saling menghormati satu sama lain. Dalihan Na Tolu, terdiri
dari hula-hula, dongan tubu dan boru
12
Seperti yang telah disebutkan masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 memiliki ikatan kekerabatan yang sangat kuat karena adanya hubungan kekeluargaan yang masih sangat
. Perbedaan status sosial seorang hula-hula, dongan tubu atau boru ini tidak hanya berlaku di dalam acara adat. Status sosial ini tidak dipandang
dari kekayaan atau kekuasaan seseorang tetapi berdasarkan kapasitasnya dalam sebuah upacara adat. Apabila sesorang memiliki jabatan lebih tinggi di pemerintahan misalnya
sebagai bupati, namun jika di dalam upacara adat dia berperan sebagai boru maka beliau harus menghormati hula-hulanya meskipun memiliki jabatan yang lebih rendah.
11
Dalihan Na Tolu artinya tungku yang berkaki tiga yang sangat membutuhkan keseimbangan agar tetap kokoh.
12
Pertama, Somba Marhula-hulasembahhormat kepada keluarga pihak Istri. Kedua, Manat Mardongan Tubu bersikap hati-hati kepada teman semarga. Ketiga, Elek Marboru sikap membujuk
mengayomi wanita atau saudara perempuan.
22
dekat dan yang telah diuraikan penulis pada paragraf terdahulu bahwa masyarakat yang ada di Desa Sabungan Nihuta 1 merupakan keturunan marga Simanjuntak. Dan bagi masyarakat
Batak Toba bahwa semua marga yang ada dalam etnik Batak Toba merupakan raja yang harus dihormati atau disegani.
Manusia merupakan mahluk sosial yang hidup bermasyarakat sehingga dalam memenuhi kebutuhan hidupnya manusia harus hidup saling tolong menolong sesama
manusia dalam masyarakat.
13
Salah satu contoh aktivitas gotong royong yang diadakan oleh masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 yakni dalam memperbaiki jalan menuju areal pertanian dan membuat
kamar mandi umum . Masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 bersama-sama membersihkan jalan dengan membawa peralatan masing-masing. Dengan demikian jalan menuju areal
Seperti halnya desa-desa lain di Indonesia masih memegang teguh sistem gotong-royong. Sistem gotong-royong ini masih dijalankan masyarakat Desa
Sabungan Nihuta 1. Masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 menerapkan sistem gotong-royong dalam kehidupan sehari-hari mereka misalnya dalam membangun infrastruktur desa seperti
membangun kamar mandi umum, membersihkan jalan dan lain sebagainya. Aktivitas gotong-royong dalam masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 biasanya
diakomodir oleh kepala desa dan perangkat-perangkat desa lainnya. Para perangkat desa biasanya lebih dahulu membuat pengumuman sebelum dilakukannya gotong-royong. Apabila
kegiatan gotong-royong berlangsung biasanya setiap anggota masyarakat yang memiliki keinginan untuk menyumbangkan sebagian rejekinya maka ia akan menyediakan minuman
dan makanan kecil untuk masyarakat tersebut.
13
Abdul Syani, Sosiologi dan Perubahan Masyarakat, Jakarta: Pustaka Jaya, 1995, hal. 14-15
23
pertanian lebih mudah untuk dilalui dan masyarakat bisa menggunakan kamar mandi umum secara bersama-sama. Masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 bersama-sama mengelola dan
merawat fasilitas-fasilitas umum dengan menjaga kebersihan. Gotong-royong juga dilakukan dalam pekerjaan lain seperti memperbaiki jalan di kampung dan membersihkan desa.
Akvitas gotong-royong yang dilakukan masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 secara spontanitas yang bersifat kekeluargaan, hal itu terlihat apabila ada masyarakat yang
mengalami musibah kemalangan. Masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 akan memberikan bantuan berupa materi ataupun tenaga. Dalam hal ini masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1
tidak pernah memandang agama, suku maupun status sosialnya. Masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 menganggap bahwa mereka adalah satu keluarga yang seharusnya saling
membantu. Hal seperti ini menyebabkan masyarakat Desa Sabungan Ni huta 1 dapat hidup berdampingan secara rukun, meskipun kadang-kadang terjadi konflik-konflik kecil antar
sesama tetangga. Demikian juga apabila salah satu dari warganya yang baru mendapatkan kehadiran
seorang anak ditengah-tengah keluargannya, maka masyarakat Sabungan Nihuta 1 terutama kaum ibu akan datang ke rumah tersebut untuk memberikan ucapan selamat. Biasanya
banyak ibu-ibu yang berkunjung, mereka menginap dengan tujuan untuk merawat si anak sampai kondisi ibunya sudah membaik dan juga masyarakat Desa Sabungan Nihuta turut
merasakan kebahagian kehadiran si anak. Selain itu apabila salah satu masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 mengadakan
upacara pernikahan, maka semua tetangga akan menghadiri pesta tersebut untuk mengucapkan selamat. Masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 juga akan membantu si
penyelenggara pesta dalam hal tenaga untuk mempersiapkan acara tersebut dan juga dalam
24
hal dana karena biasanya pada saat pesta diadakan setiap keluarga akan memberikan dana sukarela.
Masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 yang mayoritasnya adalah etnik Toba dapat hidup berdampingan secara damai dengan etnik pendatang. Hal ini menunjukkan bahwa
masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 merupakan masyarakat yang terbuka dan memiliki rasa toleransi yang cukup tinggi. Hal ini terlihat dari beberapa hal seperti apabila ada masyarakat
yang sakit atau tertimpa musibah, maka masyarakat akan saling mengunjungi dan memberikan bantuan semampunya.
Penduduk asli Desa Sabungan Nihuta 1 dan penduduk pendatang dapat hidup berdampingan secara harmonis. Adanya pernikahan antara penduduk asli dengan penduduk
pendatang sangat mendukung keharmonisan dalam kehidupan sehari-hari. Adanya pernikahan ini menyebabkan terjalinnya hubungan kekeluargaan antara satu sama lain
sehingga timbul rasa saling memiliki dan menghormati. Aktivitas gotong-royong yang bersifat ekonomi di Desa Sabungan Nihuta 1 juga
terlihat dalam kehidupan masyarakat petani. Dalam suku Batak Toba kegiatan gotong-royong yang dilakukan untuk kegiatan pertanian disebut marsidapari.
14
14
Marsidapari adalah istilah yang dipakai masyarakat etnik Batak Toba yang berarti gotong-royong pada masa panen.
Kelompok marsidapari ini pada dasarnya berasaskan kekeluargaan. Kelompok marsidapari biasanya bekerja di ladang
ataupun di sawah secara berkelompok. Mereka terlebih dahulu mengerjakan sawah yang perlu dikerjakan lalu kemudian sawah berikutnya hingga seluruh sawah atau ladang setiap
anggota kelompok selesai dikerjakan. Namun akibat perkembangan teknologi dan dorongan ekonomi yang semakin meningkat mengakibatkan rasa kebersaman antara mereka semakin
25
berkurang dan mengakibatkan sistem kerja marsidapari lambat laun mengarah pada sistem pengupahan.
Dalam bidang pola tanam dan tertib tanam, seperti halnya masyarakat Batak Toba pada umumnya, masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 masih sangat lemah dalam hal
mengantisipasi kebutuhan pasar. Hal ini dapat dilihat dari contoh berikut, ketika harga sayur di pasaran mahal maka masyarakat kemudian menanamnya secara bersamaan yang akhirya
kelebihan produk dan menyebabkan harga turun. Ketika tanaman pertaniannya tidak menguntungkan, tanpa pikir panjang para petani menggantinya dengan tanaman lain.
Walaupun bagi sebahagian besar masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 bertani adalah mata pencaharian utama namun untuk sebahagian orang, bertani merupakan pekerjaan
sampingan. Hal ini karena mereka memiliki pekerjaan lain seperti berdagang, usaha jasa terutama dalam bidang transportasi, guru dan pegawai di kantor-kantor pemerintahan.
Biasanya mereka mengolah lahannya pada saat waktu senggang atau setelah pulang dari bekerja.
26
BAB III PERKEMBANGAN PERTANIAN NANAS DI DESA SABUNGAN NIHUTA 1