Bentuk – Bentuk Peran Pendamping

21 dan bertindak secara autonom. Oleh karena itu, gender bisa jadi faktor penting dalam membentuk diri.

4. Perspektif Gender

Kaum laki-laki dan perempuan memiliki peran gender yang berbeda-beda. Terdapat pekerjaan yang dilakukan mereka daam komunitasnya, dan status maupun kekuasaan di dalam masyarakatnya. Perbedaan perkembangan peran gender di dalam masyarakat disebabkan oleh berbagai faktor mulai dari lingkungan alam hingga cerita dan mitos-mitos yang ada sejak zaman dahulu. Menurut Caplan 1987 dalam Elfi Muawanah 2009:7, menegaskan bahwa : “perbedaan antara laki-laki dan perempuan selain biologis, sebagian justru terbentuk melalui proses budaya dan sosial. Perubahan sosial budaya mempengaruhi watak sosial masyarakat, semakin berkembangnya suatu keadaan sosial akan mempengaruhi pola pikir dan cara pandang masyarakatnya. ” Menurut Mansour Eakih 1997:14, mengungkapkan bahwa: “perspektif gender merupakan cara pandang masyarakat yang mulai memfokuskan perbedaan dan peran gender melainkan dari akibat ketidak- adilan yang ditimbulkannya. Peran gender yang dimiliki perempuan dinilai lebih rendah dibanding peranan laki-laki. ” Sedangkan menurut Laporan Kebijakan Bank Dunia 2005:2 mengungkapkan bahwa “perspektif gender merupakan penafsiran dan pengembangan peran laki- laki dan perempuan yang dilakukan sedemikian rupa oleh setiap kebudayaan dan menjadi seperangkat tuntutan sosial tentang kepantasan dalam berperilaku dan berkegiatan, serta hak, sumber daya, dan kekuasaan yang dimiliki.” Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa perspektif gender merupakan cara pandang masyarakat mengenai peranan 22 perempuan dan laki-laki yang terbentuk melalui berkembangnya proses sosial dan budaya secara turun temurun yang mengakibatkan ketidakadilan peran gender dalam menjalankan tuntutan sosial hingga mengakibatkan ketidaksetaraan gender. Misalnya, hampir semua masyarakat memberikan tanggung jawab pengasuhan anak kepada perempuan, sementara untuk urusan kemiliteran dan pertahanan negara kepada laki-laki.

5. Kekerasan Dalam Rumah Tangga

Dalam kehidupan berumah tangga setiap pasangan menginginkan kehidupan yang bahagia, saling mencintai dan penuh keharmonisan. Namun di sayangkan bahwa, tak ada satupun keluarga yang tidak mengalaminya. Adanya ketegangan dan konflik yang biasa terjadi dapat menambah warna-warna dalam kehidupan berumah tangga. Tanpa disadari konflik dan ketegangan dapat berkembang menjadi tindak kekerasan yang terjadi dalam rumah tangga. Pengertian Kekerasan Dalam Rumah Tangga KDRT menurut Pasal 1 Undang - Undang No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga adalah: “Setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya penderitaan fisik, seksual, psikologis, danatau penelantaran rumah tangga, termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga. ” Menurut Tarigan, dkk 2001 menyatakan bahwa: “Kekerasan dalam rumah tangga adalah segala bentuk tindakan kekerasan baik fisik maupun psikis yang terjadi dalam rumah tangga, baik antara suami dan istri maupun orang tua dan anak. Dapat dikatakan pula bahwa kekerasan dalam rumah tangga terhadap perempuan adalah tindakan yang menghambat, melangar, atau meniadakan kenikmatan dan pengabaikan hak asasi perempuan atas d asar gender.”