59 Tabel 5. Profil subyek korban KDRT
No. Nama
Alamat Usia
Kasus Pendampingan
1. Yn
Yogyakarta 40 KDRT
Psikologis 2.
Pr Yogyakarta 35
KDRT Psikologis
Berdasarkan data subyek di atas sumber data primer merupakan seseorang yang memberikan informasi atau data secara langsung.
Sedangkan sumber data sekunder menjadi pendukung data, yaitu informasi atau data yang didapatkan tidak secara langsung.
B. Hasil Penelitian
1. Prinsip Pemberdayaan Perempuan Korban KDRT dalam
Pelaksanaan Pendampingan berbasis Perspektif Gender
Pemberdayaan perempuan korban KDRT dalam pelaksanaan pendampingan yang dimiliki LSM Rifka Annisa dilakukan melalui dua
cara yaitu konseling psikologis dan hukum untuk korban. Kegiatan ini bertujuan untuk memberdayakan korban dengan cara pemulihan
mental dan kejiwaan korban agar tidak terjadi trauma yang mendalam atau jangka panjang. Sedangkan untuk pelaku kekerasan dapat
melakukan konseling perubahan perilaku yang tujuannya untuk mengubah mindset agar pelaku tidak lagi melakukan tindak kekerasan
terhadap istri maupun keluarganya. LSM Rifka Annisa merupakan sebuah lembaga bagi korban
kekerasan berbasis gender, maka di perlukannya sebuah pondasi utama
60 dalam kegiatan pelaksanaan pendampingan adalah adanya prinsip yang
sejalan dengan konteks kekerasan yang terjadi. Berikut ini prinsip yang akan menjadi pedoman bagi para konselor untuk melakukan
pendampingan terhadap korban dan pelaku KDRT, antara lain : a.
Prinsip pertama dalam melakukan pendampingan adalah Non Judgemental yaitu tidak melakukan penilaian negatif terhadap
korban kekerasan sehingga korban tidak menjadi korban untuk kedua kalinya.
b. Prinsip kedua, Egaliter atau kesetaraan antara konselor dan
korban. Sering kali konselor ditempatkan sebagai orang yang dianggap ahli dalam memberikan penyelesaian masalah.
Namun dalam proses pendampingan berperspektif gender ini korban akan ditempatkan sebagai orang yang memiliki
kemampuan dalam menyelesaikan persoalannya sendiri. Dalam hal ini fungsi dari pendamping akan cenderung sebagai pihak
yang memfasilitasi korban dalam menemukan jalan keluar yang paling baik menurutnya.
c. Prinsip ketiga yang merupakan pemberdayaan korban KDRT,
dalam hal ini pemberdayaan bagi korban berisi informasi tentang hak-hak kemerdekaan seseorang, hak-hak hukum,
proses hukum yang akan dilakui dan proses non litigasi yang dapat ditempuh termasuk tentang bagaimana memberikan
dukungan psikologis bagi korban.