Bahagia di dalam Jalan Suci Le Dao

Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekeri | 131 130 | Kelas VIII SMP

E. Bahagia di dalam Jalan Suci Le Dao

Dunia dengan segala romanika dan pergolakannya adalah bagai lautan dengan badai dan gelombangnya; kita hidup di dunia ini seperi sebuah perahu yang harus mengarungi lautan kehidupan ini. Dapatkah mendapatkan kebahagiaan dan kedamaian? Sesungguhnya yang menjadi masalah itu bukan hal yang bergantung pada dunia dengan segala persoalannya, tetapi bagaimanakah diri kita menghadapi semuanya itu. “Kalau memeriksa diri ternyata penuh iman, sesungguhnya iada kebahagiaan yang lebih besar daripada ini.” Mengzi VII A: 4 Kedamaian dan kebahagiaan adalah kepada mereka yang dapat takuthormat akan Tuhan, melaksanakan Firma-Nya, yang dapat bahagia di dalam Tuhan Le Tian , menerima Firman dengan kelurusan berdiam di rumah luasnya dunia cinta kasih, berdiri pada ‘tempat lurus’ nya dunia kebenaran, berjalan di ‘jalan agung’ nya dunia hidup susila; bila berhasil cita-citanya dapat mengajak rakyat berbuat yang sama, dan bila idak berhasil cita-citanya, tetap berjalan seorang diri di jalan suci. Didalam keadaan kaya dan berkedudukan inggi idak dapat tercemar, di dalam keadaan miskin dan tanpa kedudukan idak bergelisah, ancaman senjata idak dapat menyebabkannya takluk, demikianlah seorang besar itu.” Mengzi III B: 2 “Yang besar mau bekerja bagi yang kecil, itu menunjukkan selalu gembira di dalam Tuhan Yang Maha Esa, yang kecil mau bekerja bagi yang besar itu menunjukkan takut akan Tuhan Yang Maha Esa.” “Takut akan kemuliaan Tuhan Yang Maha Esa memberi perlindungan sepanjang masa.” Mengzi I B: 3 Renungan ayat ”Aku idak mengerutu kepada Tuhan Yang Maha Esa, idak pula menyesali manusia. Aku hanya belajar dari tempat yang rendah ini menuju inggi. Tuhan Yang Maha Esa lah yang mengenalmengeri diriku.” Lunyu XIV: 35 ”Melihat kebaikan, takut idak dapat mencapai; melihat keidakbaikan, merasa sebagai tercelup air mendidih.” ”Menyembunyikan diri memupuk cita, menjalankan kebenaran untuk menempuh Jalan Suci.” Lunyu XVI: 11 Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekeri | 131 130 | Kelas VIII SMP ”Yang mengeri belum sebanding dengan yang menyukai, sedang yang menyukai belum sebanding dengan yang dapat merasa gembirabahagia di dalamnya.” Lunyu VI: 20 ”Sungguh bijaksana Hui Dengan hanya sebakul nasi kasar, segayung air, diam di kampung miskin yang bagi orang lain sudah idak akan tahan; tetapi Hui idak berubah kegembiraannya.” Lunyu VI: 11 ”Siapakah keluar rumah idak melalui pintu? Mengapakah orang idak hidup menempuh Jalan Suci?” Lunyu VI: 17 ”Kalau orang mau mengeri, haruslah merasa puas; kalau orang idak mau mengeri, harus merasa puas pula” ”Bagaimana agar dapat selalu merasa puas?” ”Junjunglah kebajikan, berbahagialah di dalam kebenaran; dengan demikian akan selalu merasa puas. Maka seorang siswa itu biarpun miskin idak kehilangan kebenaran, kalau berhasil ia pun idak mau terpisah dari Jalan Suci. Miskin idak kehilangan kebenaran, seorang siswa dapat menjaga kehormatan diri. Berhasil idak mau terpisah dengan Jalan Suci, maka rakyat idak sampai kehilangan harap. Maka orang-orang jaman dahulu, bila berhasil cita-citanya ia dapat memberi faedah bagi rakyat; kalau idak berhasil cita-citanya ia membina diri memandang dunia. Di kala miskin ia seorang diri menjadikan dirinya baik, di kala berhasil, ia bersama menjadikan dunia baik.” Mengzi VII: 9 ”Pagi mendengar akan Jalan Suci, sore hari maipun iklas.” Lunyu IV B: 8 Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekeri | 133 132 | Kelas VIII SMP

F. Hai-HaiCermat Berpikir