Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekeri |      97 96       | Kelas VIII SMP
Untuk  menjadi  seorang  yang  bijaksana  adalah  tujuan  teringgi  dalam pembinaan  moral.  Itulah  sebabnya  mengapa  agama  Khonghucu  menekankan
komitmen menyeluruh terhadap tujuan ini dan idak pernah berheni dalam proses belajar. Sebagian dari kita merasa bahwa itu idak mungkin kita menjadi seorang
yang bijaksana, dan menjadi seorang  yang bijaksana adalah cita-cita yang terlalu inggi.
Nabi  Kongzi  sendiri  idak  mengakui  bahwa  beliau  adalah  seorang  bijaksana. beliau bersabda, “Untuk menjadi seorang nabi atau seorang yang berpericinta kasih,
bagaimana Aku berani mengatakan? Tetapi dalam hal belajar dengan idak merasa jemu, mendidik orang dengan idak merasa capai, orang boleh mengatakan hal itu
bagi Ku.” Lunyu VII: 34.
Selain itu, beliau juga bersabda, “Biar Aku idak dapat menjumpai seorang nabi, asal dapat menjumpai seorang Junzi, cukuplah bagiKu. Biar Aku idak menjumpai
seorang  yang  sempurna  kebaikannya,  asal  dapat  menjumpai  berkemauan  tetap, cukuplah  bagi  Ku.  Orang  yang  sesungguhnya  idak  mempunyai,  tetapi  berlagak
mempunyai;  sebenarnya  kosong,  tetapi  berlagak  penuh;  dan  sesungguhnya kekurangan,  tetapi  berlagak  mewah;  niscaya  sukar  mempunyai  kemauan  yang
tetap.” Lunyu VII: 26.
Tetapi ia menjadikan cita-cita untuk menjadi seorang bijaksana sebagai sebuah inspirasi dan contoh bagi pembinaan diri. Namun beliau mengatakan bahwa kita
dapat  dan  harus  bekerja  ke  arah  yang  lebih  dapat  dicapai  pada  akhirnya,  itulah menjadi seorang Junzi atau seorang yang terbina moralnya.
B. Prinsip Utama Junzi
1. Berubah Menjadi Lebih Baik Berkembang
Prinsip  utama  seorang  Junzi  adalah  ’selalu  berubah  menjadi  lebih  baik  atau berkembang’.  Nabi  Kongzi  bersabda,  “Majunya  bergerak  seorang  Junzi  menuju
ke atas berkembang, dan seorang Xiao Ren Rendah Budi itu menuju ke bawah.” Lunyu
XIV: 23
Akivitas Mandiri
D Tuliskan perilaku seorang Junzi yang kalian lihat dan
dengar dalam kehidupan kamu sehari hari
Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekeri |      97 96       | Kelas VIII SMP
Seperi  kita  ketahui  bersama  bahwa di  dunia  ini  idak  ada  yang  tetap,  selalu
berubah.  Perubahan  adalah  sebuah keniscayaan. Arinya, bahwa segala sesuatu
akan  mengalami  perubahan  idak  ada yang tetap. Bila perubahan adalah sebuah
keniscayaan,
pertanyaannya adalah:
“Kemana  arah  perubahan  itu?”  Berubah menjadi lebih baik atau lebih buruk itulah
masalahnya  Arah  perubahan  inilah  yang secara  signiikan  membedakan  antara
seorang  Junzi  dan  seorang  Xiaoren.  Junzi selalu  berubah  menjadi  lebih  baik,  ini
adalah  prinsip  dasar  dan  hakikat  seorang Junzi
majubergeraknya  seorang  Junzi menuju  ke  atas.  Seorang  rendah  budi
berubah  menjadi  lebih  buruk  maju bergeraknya  seorang  Xiaoren  menuju  ke
bawah.
Sumber: dokumen penulis
Gambar 6.2 Seorang Junzi senaniasa semangat
menuju keatas kearah yang lebih baik
Sumber: dokumen penulis Gambar 6.2 Seorang Junzi senaniasa semangat
menuju keatas kearah yang lebih baik
Tidak  perduli  dimana  level  kita sekarang.  Tidak  ada  iik  nol  sebagai  iik
awal  standar  ukur.  Di  manapun  kita sekarang,  prinsipnya  adalah:  kita harus
menuju ke atas berubah menjadi lebih
baik, atau dengan kata lain ‘berkembang’,
demikianlah Junzi. Serupa dengan hal itu, maka keika kita berubahbergerak ke arah
yang  lebih  buruk,  demikianlah  Xiaoren. Jadi bukan levelkelas sebagai ukurannya,
tetapi  arah  perubahannya  yang  akan menentukan  seseorang  itu  Junzi  atau
Xiaoren
. Kenyataanya,
seringkali orang
membandingkan  hal  yang  sebenarnya idak  sebanding.  Mengharapkan  orang
lain atau mungkin dirinya sendiri menjadi seperi orang lain. Sering kali kita berharap
seseorang  mencapai  kemampuan  atau
Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekeri |      99 98       | Kelas VIII SMP
dapat melakukan seperi yang dapat dilakukan orang lain yang jelas-jelas berbeda keadaan dan kemampuannya. Kita  lupa untuk melihat dan menghargai  perubahan
baik  yang  telah  ia  lakukan  dengan  kapasitaskemampuan  yang  ia  miliki.  Jangan sembarangan  membandingkan,  karena  mungkin  yang  dijadikan  pembandingnya
sesuatu yang idak sebanding. Orang berjuang bukan untuk melawan kemampuan yang dimiliki orang lain, atau apapun di luar dirinya, tetapi seiap orang berjuang
untuk menang atas dirinya sendiri, berjuang opimal dengan kapasitaskemampuan yang  ia  miliki.  Jadi  prinsipnya,  “berjuang  menjadi  lebih  baik  dari  yang  telah  kita
dapatmiliki, bukan berjuang untuk menjadi lebih baik dari orang lain.”
Ini jelas bukan sebuah persoalan mudah. Kemampuan untuk bertahan  pada satu keadaankondisi sudah memerlukan usaha dan konsentrasi yang inggi, apalagi
untuk berubah menjadi lebih baik atau berkembang.
2. Menempatkan Kebenaran di Tempat Teratas