Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekeri |      99 98       | Kelas VIII SMP
dapat melakukan seperi yang dapat dilakukan orang lain yang jelas-jelas berbeda keadaan dan kemampuannya. Kita  lupa untuk melihat dan menghargai  perubahan
baik  yang  telah  ia  lakukan  dengan  kapasitaskemampuan  yang  ia  miliki.  Jangan sembarangan  membandingkan,  karena  mungkin  yang  dijadikan  pembandingnya
sesuatu yang idak sebanding. Orang berjuang bukan untuk melawan kemampuan yang dimiliki orang lain, atau apapun di luar dirinya, tetapi seiap orang berjuang
untuk menang atas dirinya sendiri, berjuang opimal dengan kapasitaskemampuan yang  ia  miliki.  Jadi  prinsipnya,  “berjuang  menjadi  lebih  baik  dari  yang  telah  kita
dapatmiliki, bukan berjuang untuk menjadi lebih baik dari orang lain.”
Ini jelas bukan sebuah persoalan mudah. Kemampuan untuk bertahan  pada satu keadaankondisi sudah memerlukan usaha dan konsentrasi yang inggi, apalagi
untuk berubah menjadi lebih baik atau berkembang.
2. Menempatkan Kebenaran di Tempat Teratas
Nabi bersabda, “Seorang Junzi hanya mengeri akan kebenaran, sebaliknya Xiao Ren
hanya mengeri akan keuntungan.” Lunyu  IV: 16 Nabi  bersabda,  “Seorang  Junzi  memegang  kebenaran  sebagai  pokok
pendiriannya,  kesusilaan  sebagai  pedoman  perbuatannya,  mengalah  dalam pergaulan  dan  menyempurnakan  diri  dengan  laku  dapat  dipercaya.  Demikianlah
Junzi. ” Lunyu  XV: 18
Seorang Junzi mencari kebenaran. Oleh karena itu, moralnya terus meningkat dari hari ke hari. Berbeda dengan Xiao Ren, hanya mencari kepuasan bagi dirinya.
Oleh karena itu, sikap moralnya menurun dari hari ke hari.
3.  Prinsip Memimpin Diri Sendiri
Kemampuan  untuk  memimpin  diri  sendiri  berari  kemampuan  untuk  idak terpengaruh oleh lingkungan, atau orang–orang di sekitarnya.   Banyak orang menjadi
sebuah pribadi karena terpengaruh oleh lingkungan. Seperi, “Mengapa kamu jadi penjudisuka berjudi?” “Soalnya saya dibesarkan di lingkungan yang penuh dengan
perjudian, maka jadilah saya seorang pejudi” Banyak orang menjadi didikte oleh suara mayoritas. Tetapi orang yang dapat memimpin dirinya proakif idak didikte
oleh suara-suara mayoritas.
Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekeri |      99 98       | Kelas VIII SMP
Ini serupa dengan cara bergaul yang diajarkan Nabi Kongzi. Murid Zi Xia bertanya kepada Zi Zhang tentang cara bergaul. Zi Zhang berkata, “Apa yang dikatakan Zi Xia
kepadamu?” Jawabnya: “Bergaullah dengan orang yang patut diajak bergaul, dan jangan bergaul dengan orang yang idak patut diajak bergaul”
Zi  Zhang  berkata,  “Yang  kudengar  idak  demikian,  seorang  kuncuJunzi memuliakan  para  bijaksana  dan  bergaul  dengan  siapapun;  ia  memuji  orang  yang
pandai dan menaruh belas kasihan kepada orang yang bodoh. Kalau orang benar- benar  bijaksana,  mengapa  idak  mau  bergaul  dengan  siapapun?  Kalau  idak
bijaksana, orang lain yang akan menolak kita. Bagaimana kita berani menolak orang lain?”
Nabi  Kongzi  idak  mempersoalkan  perbedaan  pandangan  antara  dua orang  muridnya  itu.  Masing-masing  pendapat  memiliki  alasan  yang  bisa
dipertanggungjawabkan. Perbedaan keduanya hanya dalam hal carasudut pandang dan pendekatannya. Zi Xia melihat dengan sudut pandang manusia dengan kapasitas
rata-rata  kapasitas  manusia  secara  umum  yang  cenderung  mudah  dipengaruhi terpengaruh oleh sesuatu yang mayoritas atau sesuatu yang lebih dominan. Pertama,
manusia  dengan  kapasitas  rata-rata    akan  terbawa  arusmudah  terpengaruh,  ia menjadi penjudi jika ia bergaul di lingkungan penjudi dalam waktu yang lama. Ia
akan menjadi idak baik bila hidup dalam lingkungan yang idak baik. Kedua, ia sulit menyesuaikan diri dengan sesuatu yang lain dari sesuatu yang telah adamelekat
dalam dirinya, seperi orang miskin sulit menyesuaikan diri bergaul dengan orang kaya dan sebaliknya, atau seorang penganut agama X sulit menyesuaikan diri dengan
penganut agama Y dan sebaliknya.
Suatu kali Kongzi mendukung pendapat ini dengan mengatakan:  “…Janganlah bergaul dengan orang yang idak seperi dirimu”
Filsuf Mo Zi 468-376 SM, mengatakan: ”Warna sutra apapun yang dicelupkan ke  dalam  warna  biru  akan  menjadi  biru.  Bila  dicelupkan  ke  dalam  warna  kuning
akan menjadi kuning. Setelah diberi pewarna beberapa kali, warna asli dari sutra itu menjadi idak dapat dikenali lagi. Hal ini berlaku bukan saja pada sutra, tetapi juga
pada manusia.”
Sementara Zi Zhang dengan pendekatannya yang lain. Bila orang benar-benar bijaksana tentu idak akan terpengaruh oleh kondisi yang berbeda dengan apa yang
telah adamelekat pada dirinya melihat dari sudut pandang orang dengan kapasitas di atas rata-ratabijaksana. Suatu keika Nabi Kongzi juga mendukung pendapat Zi
Zhang dengan mengatakan:
Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekeri |      101 100       | Kelas VIII SMP
“Seorang  muda  di  rumah  bersikap  baki,  di  luar  bersikap  rendah  hai,  hai- hai  dalam  perkataan  dan  perbuatan  sehingga  dapat  dipercaya,  menaruh  cinta
kepada masyarakat semua orang, dan berhubungan erat dengan orang-orang yang berpericinta kasih…”
Bagaimana pendapat Kongzi tentang hal ini? “Jangan  jadi  seperi  batu  yang  idak  berubah  meski  dimasukkan  ke  dalam
lingkungan  air  panas,  jangan  seperi  telor  yang  menjadi  keras  karena  air  panas, jangan  pula  menjadi  seperi  wortel  yang  lembek  karena  air  yang  panas.  Jadilah
gula batu yang larut dan melebur dalam air yang panas, tetapi perhaikanlah siapa sebenarnya yang terpengaruh? Melebur dan larut tapi airnya menjadi manis…?
C. Pribadi Junzi